Translate this Article...
Ironis ketika para pembela tatanan yang ada saat ini menuduh Marxisme sebagai "materialistis", ketika kaum borjuis itu sendiri mempraktekkan jenis materialisme yang paling vulgar dan mengerikan, makna dalam kamusnya, bukan makna filsafatnya. Pengejaran kekayaan, diangkatnya kerakusan sebagai prinsip yang dominan, itulah pusat dari kebudayaan kita sekarang. Inilah agama mereka yang sebenarnya.
Di masa lalu, mereka bersusah-payah untuk menutupi ini sejauh mungkin, bersembunyi di balik segala moral munafik tentang kewajiban, patriotisme, kerja yang jujur, dan segala kepalsuan yang lain. Kini mereka melakukannya secara terbuka.
Di setiap negeri kita melihat wabah korupsi yang belum pernah terjadi sebelumnya, penggelapan, kebohongan, penipuan, pencurian - bukan pencurian oleh kriminal kelas teri, tapi penjarahan dalam skala masif, yang dikerjakan oleh para pebisnis, politisi, para kepala polisi dan militer dan para hakim. Ujarnya... (Whay Not..???) Mengapa tidak? Bukankah sudah kewajiban dan takdir kita untuk menjadi kaya?
Trotsky menulis bahwa hubungan uang telah tertanam dalam-dalam di kepala manusia sehingga kita mengatakan bahwa orang itu berharga sekian juta dolar. Uang adalah alat ukur bagi tingkat keterasingan yang hadir dalam masyarakat masa kini sehingga pernyataan seperti itu biasanya dianggap jamak. Maka juga tidak ada orang yang terkejut ketika, sepanjang satu krisis moneter, televisi bicara tentang mata uang layaknya seseorang yang sedang pulih dari sakit tertentu ("Poundsterling/dolar/Deutschmark menguat sedikit hari ini....").
Manusia dianggap sebagai benda, sementara benda, khususnya uang, dipandang dengan ketakjuban yang penuh tahyul, mengingatkan kita pada sikap religius orang-orang liar jaman dulu pada tiang pemujaan dan berhala-berhala mereka. Alasan untuk pemberhalaan komoditi ("fetishism of commodities") dijelaskan oleh Marx dalam jilid pertama Capital.
Buaian monetarisme mengangkat egotisme dan kerakusan menjadi sebuah prinsip. Ambil sebanyak yang Anda dapat, dengan cara apapun yang Anda sanggup, dan biarkan setan mengambil yang ketinggalan..!!! Inilah hakikat inti dari kapitalisme. Itulah hukum rimba, yang diterjemahkan ke dalam bahasa mantra-mantra ekonomi. Setidaknya, ia dianugerahi dengan kebersahajaan. Ia mengatakan terus-terang seperti apa sistem ekonomi kapitalis itu sebenarnya.
Di bawah keadaan ini, berbagai seksi dalam masyarakat mencari jalan keluar melalui obat-obatan dan alkohol. Ketika masyarakat ini tidak lagi rasional, manusia, laki-laki dan perempuan, lari kepada hal-hal yang tidak rasional untuk mendapatkan penghiburan.
Agama, seperti yang dikatakan Marx, adalah candu, dan jika dituruti sampai titik ekstrimnya dampaknya tidaklah lebih berbahaya daripada lain-lain seperti obat-obatan dan Alkohol. Kita telah melihat bagaimana ide-ide religius dan mistik telah merasuk, bahkan ke dalam dunia ilmiah. Inilah satu cerminan dari watak jaman yang kini sedang kita lewati.
Keluarga, Keteraturan, Kepemilikan Pribadi dan Agama selalu tertulis pada panji-panji kaum konservatif pembela status quo. Namun, dari seluruh institusi yang kelihatannya kokoh ini, hanya satu, kepemilikan pribadi, yang menjadi kepentingan sejati kelas penguasa. Agama adalah, seperti yang dikatakan Rees-Mogg dengan terus-terang, adalah senjata yang perlu untuk mengatur kaum miskin.
Sebagian terbesar dari anggota kelas penguasa tidak percaya sepatah katapun tentang agama, atau lebih sering pergi ke Gereja daripada mereka pergi menonton opera, untuk memamerkan pakaian mereka yang terbaru. Pemahaman mereka tentang teologi sama kaburnya dengan apresiasi mereka terhadap komposisi karya Wagner, Ring.
.
#Kritikan Kaum Sosialis