Translate this Article...
Environmentalisme Perspektif Taoisme
Dengan keutamaan environmentalisme jalan ecopiety diperlebar memantapkan konsep tentang moralitas atau etika yang dibatasi untuk mengatur hubungan manusia. Sebagaimana ekofilsuf Amerika Serikat yang tidak tertandingi Aldo Leopold mengemukakan dengan rapih: “Sebelumnya belum ada etika berkaitan dengan hubungan manusia dengan daratan dan binatang serta tumbuhan yang tumbuh dipermukaannya.
Daratan, seperti budak perempuan Odyseus yang masih menjadi harta milik. Hubungan dengan daratan adalah masih hubungan ekonomi yang ketat, menjadi hak istimewa tetapi tanpa kewajiban.” “Moral Daratan” Leopold adalah contoh sempurna apa yang kita sebut geopiety ketika memperluas batasan komunitas meliputi tanah, air, tumbuhan, binatang atau secara kolektif: daratan.”
Sebagaimana jalan ecopiety Sinitic mensinkronkan yang dari humanisme dan yin dari environmentalisme yang bersifat komplementer, itu masih merupakan kontras yang keras untuk menerima konvensi etika yang hanya merumuskan hubungan sesama manusia dan menyingkirkan hubungan antara manusia dengan makhluk dan benda lainnya. Sementara itu etika konvensional menggunakan bahasa “penyingkiran”, jalan ecopiety Sinitic menggunakan bahasa “pencakupan”. Filsuf Amerika Erazim Kohak meringkaskan dengan baik bahasa kaum inklusif tentang ecopiety ketika dia berkata: “Untuk menemukan kembali kepekaan dalam kemanusiaan kita, kita memerlukan pertama-tama kepekaan moral terhadap alam” (Erazim Kohak, 1984: 13).
Enviornmentalisme merupakan prinsip dominan dalam Taois dan Zen. Taoisme dan Zen Buddhisme bagaimana pun tidak menyingkirkan humanisme. Pada bab 25 Tao Te Ching, kita dapat menemukan ekspresi yang mengharukan dari ecopiety, sebagai contoh bahwa Tao (Jalan) sebagai ecopiety:
Ada sesuatu yang campur-aduk, dan kacau-balau,
Ia sudah ada sebelum langit dan bumi,
Betapa sunyi! Betapa sepi!
Ia berada dengan sendirinya, dan tak pernah berubah,
Bergerak berputar, tak henti,
Ia layak menjadi ibu alam semesta,
Ku tak tahu siapa namanya,
Terpaksa kunamakan Tao,
Kusebut dia sebagai yang besar.
- Besar bermakna meluas (mencapai segala tempat),
- Meluas berarti menjauh (ke segala arah),
- Yang pergi menjauh akhirnya akan balik kembali (ke asalnya).
- Karena Tao itu besar, maka
- Langit juga besar, bumi juga besar, dan manusia juga besar,
- Di dunia ini ada empat besar, dan manusia adalah salah satunya.
- Manusia meneladani bumi,
- bumi meneladani langit,
- langit meneladani Tao,
- dan Tao meneladani dirinya sendiri (tsu-jan).
Tsu-jan (dirinya-sendiri) menjadi dasar environmentalisme dari Taoisme dan Zen Buddhisme. Hal ini menggarisbawahi kemampuan estetik kita untuk menghormati dan penghargaan terhadap seluruh keberadaan benda-benda di alam. Itu merupakan apresiasi estetik terhadap nilai intrinsik benda-benda seperti adanya, misalnya spontanitasnya –masing-masing mempunyai kekhususannya, yaitu benda khusus ini dan itu –ketimbang ekspropriasi utilitarian terhadap nilai ekstrinsik benda-benda alam untuk keperluan manusia.
Di China, tsu-jan berarti alam luar (wan wu or “ten thousand things”) dan kualitas intrinsik dan inheren dari tiap benda di alam. Sifat dasar estetika terletak dalam keberadaannya yang pasti dalam, oleh, dan untuk dirinya sendiri. Untuk menghormati benda-benda adalah dengan meninggalkan dan membiarkannya seperti aslinya: biarkan mereka menjadi dirinya. Dalam prinsip tsu-jan bumi merupakan ruang puisi; jiwanya, alam mewakili musik luar dari waktu.
Environmentalisme Taois merasa senang dengan keindahan alam, liar, sederhana, dan kecil, dalam keindahan intrinsik alam yang membuat manusia memandang penuh penghormatan dan imajinasi puitis. Hanya dalam bersekutu dengan alam dan kosmos seorang manusia benar-benar menjadi seorang “cosmion”. Seperti Taois Chuang Tzu mengungkapkan dengan suara tenang: “Langit dan bumi lahir bersamaan denganku, dan sepuluh ribu benda bersatu denganku”.