Translate this Article...
Sinopsis The Suspicious Housekeeper Episode 2
Eun Doo-Gyeol yang datang pada waktu yang tepat, menghentikan hal tragis yang akan terjadi pada Park Bok-Nyeo dan adik kecilnya itu.
Eun Hye-Gyeol berbohong pada yang lainnya, bahwa ia berada di sungai karena sepatunya yang hanyut dan hendak mengambil sepatu itu, untuk itu ia harus menyelam ke sungai. Tak ada yang menaruh curiga saat Eun Hye-Gyeol mengatakan hal itu.
Eun Doo-Gyeol yang melihat kejadian yang sesungguhnya, tak ada satupun yang mempercayainya. Eun Han-Gyeol dan Eun Se-Gyeol pikir bahwa Eun Doo-Gyeol mencoba mencari sisi buruk dari Park Bok-Nyeo karena Eun Doo-Gyeol membenci Park Bok-Nyeo.
"Jadi, kau pikir aku berbohong. Really?! Kau benar-benar membuatku seperti orang gila." Eun Doo-Gyeol menjambak rambutnya sendiri dengan gemas karena tak ada satu orang pun yang memercayainya.
Eun Hye-Gyeol berbisik pada Park Bok-Nyeo, "Apa yang terjadi hari ini adalah rahasia. Ahjumma, aku ingin mati karena aku ingin bertemu dengan ibuku, aku merindukannya. Tapi, bagimu, kau ingin bertemu dengan siapa?" Park Bok-Nyeo memandangi Eun Hye-Gyeol, tapi ia tak memberikan jawaban apapun. Ia malah mengalihkan pembicaraan, "Aku akan membacakanmu sebuah buku."
Eun Hye-Gyeol bertanya, apakah Park Bok-Nyeo bisa sulap. Park Bok-Nyeo beraksi memperlihatkan keahlian sulapnya dengan bermain aneka sulap lengkap dengan wajah yang tak berekspresi. Eun Hye-Gyeol terkagum-kagum dan tertawa maniiiiiis sekali.
Eun Hye-Gyeol memperlihatkan koleksi bebatuannya, ia menamai setiap batunya sesuai dengan urutan anggota keluarganya. Dari batu yang terbesar sampai batu yang terkecil. "Ini Ibu, ini Ayah. Ini Eonni dan Oppa-oppa. Aku menyukai Ayah, tapi sepertinya Ayah tidak menyukaiku."
Ayah datang secara tiba-tiba dengan tergesa-gesa saat mengetahui kabar buruk dari Eun Hye-Gyeol. Ia mendengar ucapan Eun Hye-Gyeol. Ia juga membawakan sepasang sepatu cantik untuk Eun Hye-Gyeol, saat mengetahui bahwa sepatu milik Eun Hye-Gyeol hanyut terbawa arus sungai.
Pada Park Bok-Nyeo, Ayah menyarankan untuk tidak mengunjungi sungai, karena sungai itu adalah tempat istrinya meninggal. "Istriku meninggal di sungai itu karena kecelakaan. Aku sudah mengatakan hal ini padamu di hari pertamamu bekerja bukan?" Park Bok-Nyeo menjawab, "Apakah.. Itu yang harus aku pikirkan?" Ayah tak mengerti, "Apa?" Park Bok-Nyeo menjelaskan, "Haruskah aku berpikir bahwa istrimu mati karena kecelakaan di sungai itu?"
"Maksudmu apa?" tanya Ayah benar-benar tak mengerti. "Apa kau kira aku berbohong bahwa kematian istriku bukanlah sebuah kecelakaan? Kau pikir bahwa istriku bunuh diri di sungai itu? Kalau seperti itu, mana buktinya. Apakah kau melihat surat wasiat dari istriku yang menyatakan bahwa ia bunuh diri?" Park Bok-Nyeo menjawab dengan lurus, "Iya aku membacanya."
Ayah yang terperanjat segera berlarian ke dalam rumah, mengambil surat ucapan ulang tahun yang di taruh Park Bok-Nyeo di pintu kulkas. Ayah mengambilnya dengan ragu, ia berpikir, apa ini yang dimaksud Park Bok-Nyeo sebagai surat wasiat. Saat Ayah membuka kartu ucapan itu, lehernya seperti tercekik, hingga membuatnya diam tak berkata apapun.
Pagi harinya, Eun Hye-Gyeol menemui Ayah, tangan mungilnya membawa sepatu baru hadiah dari ayah. "Ayah, apa ini untuku?" tanya Eun Hye-Gyeol. Ayah menjawab dengan tak bersemangat, pikirannya masih kalut. "Iya. Aku dengar sepatumu terbawa arus sungai." Eun Hye-Gyeol berterimakasih dan membuat kesimpulan, "Ini sangat cantik, aku rasa Ayah tidak membenciku."
Eun Doo-Gyeol, hari ini memantapkan misinya untuk menguntit Park Bok-Nyeo. Ia mengajak kedua adiknya, Eun Se-Gyeol dan Eun Hye-Gyeol dalam misinya itu. Tapi saat ia hendak mengajak Eun Han-Gyeol, ia mendapat tolakan mentah-mentah.
Ayah mengambil jalan aman. Ia akan tetap menyembunyikan fakta yang terjadi, sementara anak-anak tetap mendapatkan kebohongan. "Tunggu. Ini mungkin terdengar sangat rendah, tapi aku tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya pada anak-anak. Mereka mungkin akan sangat terkejut, bila mengetahui bahwa ibu mereka bunuh diri karena perselingkuhan. Membohongi mereka adalah hal yang terbaik." ungkap Ayah pada Park Bok-Nyeo.
"Tolong bakar ini." pinta Ayah pada Park Bok-Nyeo. "Apakah ini.. sebuah perintah?" Park Bok-Nyeo menyebutkan jargonya sebelum ia benar-benar membakar surat wasiat terakhir dari Ibu Gyeol. "Iya. Ini perintah." "Baiklah aku akan membakarnya." jawab Park Bok-Nyeo.
Tapi seseorang menghentikan Park Bok-Nyeo, "STOP!!" jerit Park Bok-Nyeo yang sedari tadi ternyata mendengarkan pembicaraan Ayahnya itu.
"Apa yang baru saja kau katakan? Perselingkuhan?" Eun Han-Gyeol merebut kartu ucapan itu dari tangan Park Bok-Nyeo lalu membacanya. "Apa ini?!" Eun Han-Gyeol meminta penjelasan. "Saat kalian berada di Filipina, aku jatuh cinta pada wanita lain." jawab Ayah dengan jujur tanpa ditutup-tutupi.
"Jadi Ibu bunuh diri karena kau menyelingkuhinya?! Apa kau juga menyuruhnya untuk bercerai??" Ayah menjawab dengan kebenaran yang ia pegang, "Tidak, aku tidak menyuruhnya seperti itu."
"Kau bohong. Apa kau juga berencana untuk meninggalkan kami.? Kau yang membunuh ibu, kau penyebab kematiannya, tapi kau tetap berusaha bahwa semuanya berjalan dengan baik-baik saja." Ungkap Eun Han-Gyeol. "Jadi semua rasa sayangmu pada keluarga ini adalah bohong?!"
Isi surat terakhir dari Ibu Gyeol.
Aku benar-benar tidak bisa memaafkan diriku untuk mempercayai bahwa kau telah berkhianat. Jika kau hanya menjadi penghambat, maka aku akan pergi. -Sun Young.
Eun Doo-Gyeol, Eun Se-Gyeol dan Eun Hye-Gyeol berhasil mengikuti Park Bok-Nyeo sampai ke taman bermain. Mereka menguntit dengan bertanya-tanya, mengapat Park Bok-Nyeo membeli paket makanan untuk keluarga, tapi sudah beberapa jam pake makanan itu belum juga dimakannya. Apa Park Bok-Nyeo sedang menunggu teman kencannya? Tapi sudah jam seperti ini, tak kunjung ada satu orang pun yang mendatanginya.
"Aku tidak tau mengapa aku harus ikut berpartisipasi dalam misi detektif mu ini." Eun Se-Gyeol mengeluh dengan keputusannya sendiri bergabung dengan misi yang dibuat oleh Eun Doo-Gyeol. "Kau adalah asistenku, jadi tetap fokus." suruh Eun Doo-Gyeol. cute.
Saat seseorang digerayangi oleh kemurkaan, hal terburuk akan dilakukan orang itu. Tak peduli seberapa banyak rasa malu yang harus ditanggungnya. Eun Han-Gyeol melakukan hal itu, ia menguatkan diri pergi ke perusahaan Ayah. Satu hal yang harus dilakukannya, melabrak wanita yang diselingkuhi sang Ayah, Yoon Song-Hwa.
Yoon Song-Hwa bertanya, "Mengapa kau menemuiku." Tanpa banyak basa-basi, Eun Han-Gyeol menunjukkan kartu ucapan ulang tahun itu tepat di hadapan Yoon Song-Hwang. Yoon Song-Hwang yang heran kembali bertanya, mencoba menutupi rasa terkejutnya. "Mengapa kau menunjukkan ini kepadaku?" Dengan lantang Eun Han-Gyeol menjawab, "Itu kata-kata terakhir dari ibuku. Kau adalah penyebab kematian ibuku."
Yoon Song-Hwa memberikan alasan yang baginya masuk akal, "Kau pasti Eun Han-Gyeol, kan? Ini pasti sangat berat bagimu untuk bisa dimengerti karena kau masih sangat muda. Tapi ada banyak pilihan bagi para orang dewasa untuk membahagiakan kehidupan mereka. Aku rasa kedatanganmu kesini hanyalah untuk menyalakan bom waktu, tapi kurasa semua itu akan berimbas pada Ayahmu. Ayahmu yang nantinya akan tersakiti."
"Kau pikir aku masih memperdulikan Ayah?! Aku tidak peduli, apapun itu. Kau akan hancur. Aku tahu rahasia hubungan kalian berdua." suara Eun Han-Gyeol menggaung keras hingga membuat menyita perhatian banyak orang. Ayah datang, ia bergegas menenangkan Eun Han-Gyeol. Menjauhkan Eun Han-Gyeol agar tidak terjadi aksi brutal lainnya. Tolakan paksa Eun Han-Gyeol tak digubris oleh Ayah.
Ayah memberikan penjelasan, menawarinya tentang kenaikan pangkat dari atasan bila project yang dilangsungkannya ini berhasil. Tapi Eun Han-Gyeol tak peduli, ia terlanjur sakit karena dibohongi dan marah karena penyebab kematian ibunya.
"Kau masih mengkhawatirkan wanita itu dan wanita itu mengkhawatirkanmu juga. Sungguh cerita yang tragis. Kau membangga-banggakan project yang kau lakukan dengannya wanita itu di saat-saat seperti ini?!! Lakukan apapun yang kau mau. Tidak peduli apakahh kami kelaparan. Bagimu, wanita itu sangatlah penting dibandingkan anak-anakmu sendiri." Eun Han-Gyeol meninggalkan Ayah begitu saja.
Eun Doo-Gyeol, Eun Se-Gyeol dan Eun Hye-Gyeol kehilangan jejak Park Bok-Nyeo ditengah kerumunan para pejalan kaki. Usaha mereka sia-sia hari ini, karena tak ada informasi satupun yang di dapat.
"Ah, hariku benar-benar tidak produktif." keluh Eun Se-Gyeol yang waktu belajarnya terkurangi karena misi ini.
"Apa Ahjumma pergi ke langit dengan menggunakan sulap?" Eun Hye-Gyeol mengira-ngira kemana perginya Park Bok-Nyeo dengan pikiran polosnya.
"Kemana dia pergi?! Damn." Eun Doo-Gyeol mengerang karena usahanya sia-sia.
Ayah berusaha meminta maaf karena ulah memalukan dari Eun Han-Gyeol tadi. "Kau pasti merasa sangat terkejut." Yoon Song-Hwa menjawabnya, "Mengapa kau tidak mengatakan hal itu kepadaku? Tentang surat wasiat dari istrimu. Mengapa kau membiarkanku mendengar perihal itu dari anak perempuanmu?" Yoon Song-Hwa tetap menyalahkan Ayah.
"Maafkan anakku, ia masih berada di usia remajanya. Mengertilah." jawab Ayah tak berniat membela dirinya sendiri. "Mengapa kau membiarkannya untuk memojokkanku seperti tadi?! Kau seharusnya menghentikannya." balas Yoon Song-Hwa. "Aku benar-benar tidak tau dari mana istriku mengetahui hubungan kita. Apa perasaan seorang wanita begitu kuat? Tapi bagaimana ia bisa mengetahuinya tanpa mengucapkan apapun padaku." Ayah bertanya-tanya. Pertanyaan yang menghantui hidupnya selama ditinggal mati oleh sang istri.
"Dia adalah istriku, tapi pada kenyataannya aku tidak pernah mengenal dirinya dengan baik. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Kesalahan yang tidak pernah ia perbuat." ungkap Ayah. "Aku juga menyalahkan diriku sendiri. Saat melihat jas hitam hadiah dariku, kau gunakan di saat pemakaman istrimu. Aku measa bahwa akulah yang telah membunuh istrimu." jawab Yoon Song-Hwa.
Yoon Song-Hwa menyalahkan dirinya sendiri, ia melakukan hal itu agar terlihat sebagai pribadi yang baik dihadapan Ayah. Faktanya memang Yoon Song-Hwa sendiri yang telah membunuh Ibu dari keluarga Gyeol. Ia penyebab kematian ibu Gyeol. Penyakit hatinya membuat orang lain tersiksa. Sebuah restaurant di pinggiran kota itu mengingatkan Yoon Song-Hwa di saat pertemuan terakhirnya dengan Ibu Gyeol. "Aku tidak menyuruhnya untuk mati." kesal Yoon Song-Hwa.
Pertemuan itu seperti sebuah pelatuk senapan yang ditekan kuat-kuat oleh Yoon Song-Hwa, hingga membuat Ibu Gyeol tak lagi tahu arah mana kehidupannya akan dilaluinya. Malam itu, Yoon Song-Hwa sengaja bertemu dengan Ibu Gyeo tanpa sepengetahuan dari Ayah. Ia memojokkan Ibu Gyeol agar segera dilakukannya perceraian dalam keluarga Gyeol.
Flashback.
"Aku ingin menemuimu, tapi karena kau yang datang untuk menemuiku maka aku akan mengatakan segala hal yang ingin aku katakan." suara ketus Yoon Song-Hwa membuat Ibu Gyeol semakin gugup. "Suamimu menjanjikanku untuk segera melakukan perceraian denganmu. Jadi, kumohon penuhi permintaan itu, jauhkan dirimu dan anak-anakmu dari hubungan kami."
Ibu Gyeol menahan tangisnya kuat-kuat, ia gemetar. Yoon Song-Hwa tak menggubris tatapan nanar dari Ibu Gyeol, mulut besarnya semakin meracau. "Kau tau kan suamimu adalah tipe orang yang tidak tegas. Paling tidak aku bisa mengarahkan dirinya. Here is the deal. Saat perceraian dilakukan kau akan mendapatkan kiriman uang dengan jumlah yang sama seperti biasa. Tidak akan ada perubahan tentang hal itu, kan? Aku mendapatkan pria yang aku mau dan kau mendapatkan mantan suami yang menjadi mesin ATM."
Ibu Gyeol tak ingin menentang, ia juga tak kuasa untuk setidaknya membangkitkan diri dari keterpojokan yang dilakukan Yoon Song-Hwa. Yang Ibu Gyeol lakukan hanyalah diam, tak berkata apapun. "Aku penasaran, kue ulang tahun yang akan terhidupkan dengan lilin malam ini." ucap Yoon Song-Hwa dengan senyum angkuh penuh kemenangan, karena ia tahu jawaban dari pertanyaannya itu.
Di apartemen Yoon Song-Hwa, ia menyalakan lilin-lilin kecil yang menghiasi kue ulang tahun, dan membiarkan teleponnya menyala. Telepon dari Ibu Gyeol itu dibiarkannya tak terjawab, melalui telepon itu, Yoon Song-Hwa membuktikan bahwa Ayah lebih memilih dirinya dari pada keluarga Gyeol.
Air mata itu berjatuhan, Ibu Gyeol tak bisa menahan rasa sakitnya karena terkhianati oleh suaminya sendiri.
Air mata itu berjatuhan, Ibu Gyeol tak bisa menahan rasa sakitnya karena terkhianati oleh suaminya sendiri.
Flashback End.
Eun Han-Gyeol membutuhkan seseorang untuk sejenak menaruh bebannya, ia membicarkan segala hal pada kekasihnya. Aiguuh, this kid. Eun Han-Gyeol menunjukkan pesan terakhir yang ibunya kirimkan padanya, sebuah permintaan maaf dari sang ibu. "Aku tidak mengapa ia memanggilku dengan sebutan nama secara tiba-tiba. Ia tidak pernah sekalipun memanggilku seperti ini. Sangat aneh. Jika aku membalasnya segera, ia pasti tidak akan mati."
Eun Han-Gyeol menangis dan kekasihnya memeluknya erat.
Malam itu, Eun Han-Gyeol memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, kekasihnya mengajak Eun Han-Gyeol untuk menginap dirumahnya, "Orang tuaku sedang tidak berada di rumah." cetus kekasih Eun Han-Gyeol. Kedua memasuki sebuah apartement, dan malam itu mereka lalui bersama.
Bagaimanapun juga, Eun Sang-Chul adalah seorang Ayah. Putrinya yang tidak pulang ke rumah dan melewati malamnya di luar rumah, benar-benar membuat Ayah khawatir. Saat Eun Han-Gyeol kembali pulang, Ayah bertanya dengan cemas. "Dari mana saja? Dimana kau menghabiskan malam?" Eun Han-Gyeol menjawabnya tanpa menutupi apapun. "Di tempat seorang pria.
Ayah terkejut bukan main, "Apa? Kalian..?" pertanyaan Ayah yang menggantung langsung disahuti dengan sinis oleh Eun Han-Gyeol. "Iya, aku melakukan hal itu seperti yang otak Ayah pikirkan. Apa kau mencoba untuk benar-benar menjadi seorang ayah?" bentak Eun Han-Gyeol. Ia tak habis pikir, seorang ayah yang hendak menelantarkan anak-anaknya, sekarang mencoba untuk berubah menjadi seseorang yang bijak. "Pada akhirnya kau akan selalu berpikir untuk menelantarkan kami. Kau tidak berhak untuk mengaturku!"
Pernah beberapa kali sang Ayah berpikiran seperti itu, menelantarkan keempat anaknya hanya demi seorang perempuan yang dicintainya. Tapi rasanya berbeda, sedikit demi sedikit ia memahami kehampaan dirinya bila ia harus pergi meninggalkan anak-anaknya. Dan perkataan Eun Han-Gyeol barusan sangat membuatnya geram, ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu terhenti di udara. "Kau..."
"Kenapa?!! Ha? Apa kau akan memukulku? Apa kau berhak melakukan hal itu? Aku tidak akan pernah menyukai orang lain selain dirinya. Aku akan menyerahkan segalanya untuknya." suara Eun Han-Gyeol semakin meninggi. Ia mengatakan semua itu tanpa berpikir apapun, yang ia tahu, ia tidak akan pernah seperti ayahnya. Tidak akan. "Kau sangat menjijikan." teriakan Eun Han-Gyeol membuat Eun Doo-Gyeol dan Eun Se-Gyeol dengan tergesa-gesa menuruni tangga.
Apa yang terjadi pagi-pagi seperti ini, pikir Eun Doo-Gyeol. "Noona, apa kau mengalami pubertas lagi?" Eun Han-Gyeol menjawab dengan sinis, mengarahkan segala kebenciannya pada Ayah. "Pikir saja, orang itu yang sedang mengalami pubertas, bukan aku." Ia berlari meninggalkan Eun Doo-Gyeol dan Eun Se-Gyeol yang masih kebingungannya.
Di kamar, Eun Han-Gyeol mendapat pesan dari kekasihnya. "Apa kau baik-baik saja? Aku benar-benar merasa bersalah melihatmu pergi seperti itu." Eun Han-Gyeol segera membalasnya, "Maakan aku tapi aku belum siap." So, nothing happen. Sleep over is the no no no no. Was Sulli f(x) and his ahjusshi sleep over? She didn't change the clothes, but the man did.
Ayah selalu memakai dasinya dengan asal, Park Bok-Nyeolah selalu membenarkan letak dasi itu. Kali ini, Eun Han-Gyeol memergokinya. Ayah pergi terburu-buru, rapat besar perencanaan kenaikan pangkatnya akan dilakukan hari ini, ia tidak boleh terlambat.
Saat Ayah menjauh, Eun Han-Gyeol mendekati Park Bok-Nyeo. Eun Han-Gyeol berkata, "Bagaimana kau membenarkan dasi seorang pria yang bukan siapa-siapamu? Ahjumma, kau adalah seorang wanita.. Kau tidak seharusnya melakukan hal itu, kau tau hal itu bukan?"
Saat Ayah menjauh, Eun Han-Gyeol mendekati Park Bok-Nyeo. Eun Han-Gyeol berkata, "Bagaimana kau membenarkan dasi seorang pria yang bukan siapa-siapamu? Ahjumma, kau adalah seorang wanita.. Kau tidak seharusnya melakukan hal itu, kau tau hal itu bukan?"
Park Bok-Nyeo tak menjawab apapun, ia hanya memandangi Eun Han-Gyeol tanpa maksud tertentu. "Aku tidak akan pernah memaafkan pria itu." Eun Han-Gyeol bersumpah pada dirinya sendiri. Rasa dendamnya itu tak lagi bisa terbendung, ia bahkan menyiapkan rencana buruk untuk menjatuhkan Ayah. "Ahjumma, pergilah ke tempatnya bekerja dan beberkan semua rahasianya, semua hal picik yang telah membuat ibuku meninggal."
Eun Han-Gyeol memberikan kartu ucapan yang di dalamnya tertulis kata-kata terakhir dari ibunya. Park Bok-Nyeo bertanya, "Apakah ini.. sebuah perintah?" Eun Han-Gyeol menjawabnya tanpa ragu, "Ya. Ini sebuah perintah." "Aku akan mematuhi perintah ini." jawab Park Bok-Nyeo.
Di tempat Ayah bekerja, sebuah presentasi besar tengah diadakan. Dua kandidat dari dua kubu, masing-masing bertarung untuk mendapatkan hati dari para investor dan kepala pimpinan. Kedua kubu itu tengah mempresentasikan sebuah arsitektur terbaiknya. Ayah mendapatkan respon yang sangat baik, kemungkinan kubunya menang adalah 99%. Ide yang disampaikan Ayah sangat fresh unique, ide dasarnya mengambil inspriasi dari koleksi bebatuan milik Eun Hye-Gyeol.
Bagi Ayah, semua telah berjalan baik. Ia sejenak dapat melupakan perseteruannya dengan Eun Han-Gyeol, tanpa tau bahwa sebuah bola salju besar tengah menggelinding ke arahnya. Park Bok-Nyeo. Ia sedang membagi-bagikan selembaran yang berisi informasi perselingkuhan Ayah dengan Yoon Song-Hwa. Tumpukan selembaran itu dibagikan secara cuma-cuma, kepada semua orang di lingkungan perusahaan.
Park Bok-Nyeo membacakan isi selembaran itu seraya membagikannya, "Manager Eung Sang-Chul dari perusahaan ini telah melakukan perselingkuhan dengan Yoon Song-Wha yang juga bekerja di perusahaan ini. Istrinya, Woo Sun-Young yang pernah tinggal di Philippines bersama anak-anaknya, meninggal dunia karena bunuh diri di sungai setelah mengetahui perselingkuhan yang terjadi antara Manger Eun Sang Chul dan Yoo Song-Wha."
Park Bok-Nyeo benar-benar mebeberkan segalanya. Ia mengungkapkan segala isi dari selembaran itu tanpa jeda. "Manager Eung Sang-Chul berbohong pada anak-anaknya, mengatakan bahwa semua itu adalah kecelakaan semata."
Ayah yang mendapat informasi tentang berita perselingkuhannya, segera berlari ke luar perusahaan. Tapi terlambat, semua orang sudah mengetahui rahasianya. Semua orang, termasuk Yoon Song-Hwa, ia menyalahkan Ayah atas segala hal yang terjadi.
Ini sebuah petaka bagi Ayah, ia dengan bergegas menghentikan ulah Park Bok-Nyeo. Ayah menjadi berang, tidak kuasa menahan amarahnya, ia berteriak ke arah Park Bok-Nyeo. "Apa kau gila?!"
Bersambung...
Eun Doo-Gyeol : Kita harus membayar untuk masuk ke taman hiburan. Apa kau punya uang?
Eun Hye-Gyeol : Uang?
Eun Se-Gyeol : Let's pay with the smartphone.
Kids this day.
Eun Doo-Gyeol : Kita harus membayar untuk masuk ke taman hiburan. Apa kau punya uang?
Eun Hye-Gyeol : Uang?
Eun Se-Gyeol : Let's pay with the smartphone.
The KIDS!!
Eun Doo-Gyeol : Ayolah. Kita tunggu sebentar lagi.
Eun Hye-Gyeol : Oppa, aku lapar.
Park Bok-Nyeo, Pororo
Eun Hye-Gyeol : Miss Park Bok-Nyeo adalah yang terbaik, iya bahkan mengingat semua karakter dalam Pororo.
Park Bok-Nyeo : Pororo, Petty, Loopy, Crong, Poby, Harry, Eddy, Ludy, Tong Tong, Bbo Bbo, Bbi Bbi.
Suaranya Miss Park Bok-Nyeo ini mirip sama tante-tante di google translate.