Translate this Article...
Sinopsis Suspicious Housekeeper Episode 1
Seorang wanita cantik yang memiliki banyak keahlian, secara tiba-tiba mengubah dirinya menjadi tipikal sebuah robot. Satu filsafat hidup yang dipegangnya, "I can do anything I am told to do." Wanita itu bernama Park Bok-Nyeo. Beberapa anonymous bilang kalau luka bisa mengubah seseorang, Park Bok-Nyeo ini menyimpan lukanya dalam-dalam dan tak ingin seorang pun mengetahuinya. Ia menyimpan banyak misteri, rahasia besar yang mengubah dirinya menjadi seorang manusia tanpa hati. Rahasia yang lambat laun akan terkuak, tepat disaat orang-orang disekelilingnya menjadi penawar lukanya. Ehm.
Satu wawancara dilakukan sebelum akhirnya Park Bok-Nyeo dipekerjakan sebagai seorang pembantu rumah tangga oleh sebuah agent penyalur 'Happy Company' *Sebuah perusahaan penyalur pekerja rumah tangga yang pemiliknya selalu memaksakan tawanya hingga terdengar aneh dan menakutkan* Percakapan misterius dengan Park Bok-Nyeo dimulai, di sebuah ruangan kedap suara tanpa ventilasi udara, gelap.
"Apa kau akan melakukan apapun yang disuruhkan kepadamu?" suara lirih dari seorang wanita terdengar. Dan disahuti oleh Park Bok-Nyeo "Ya."
"Apapun itu?" tanya wanita itu pada Park Bok-Nyeo. Park Bok-Nyeo hanya menjawab "Ya." tanpa mengedipkan mata.
Ruangan gelap itu semakin mencekam saat wanita yang bertanya mengajukan satu pertanyaan inti, "Lalu, apa kau akan membunuh seseorang bila kau disuruh?" Jawaban persetujuan dari Park Bok-Nyeo tak diperlihatkan karena sudah jelas bahwa ia akan melakukan apapun, even to kill you, guys.
Sebuah keluarga bermarga 'Gyeol' tengah mengadakan sebuah upacara pemakaman. Ibu mereka tercinta wafat, meninggalkan suami dan 4 anak. Setelah istrinya meninggal Eun Sang-Chul harus mengurus ke empat anaknya, Eun Han-Gyeol; anak perempuan tertua, Eun Doo-Gyeo, Eun Se-Gyeol, dan Eun Hye-Gyeol. Saya minta Eun Se-Gyeolnya satuuuu aja :D
Keluarga 'Gyeol' hanya mengetahui bahwa kematian ibu mereka adalah sebuah kecelakaan, tanpa tau apapun karena sang Ayah tengah mencoba menutupi sesuatu. An Affair. Eun Han-Gyeol memandang lekat-lekat seorang wanita muda yang berada di samping Ayahnya, wajah tak bersahabat ia tunjukkan pada wanita muda yang memperkenalkan dirinya sebagai, Yoon Song-Hwa. Eun Han-Gyeol memandang seperti itu karena ia seperti mencium ketidakberesan dari perlakuan ayahnya pada Yoon Song-Hwa. Sesuatu yang istimewa.
"Perkenalkan ini, Yoon Song-Hwa." Ayah memperkenalkan wanita muda itu. "Ia adalah teman kerja ayah."
Yoon Song-Hwa membalas tatapan Eun Han-Gyeol dengan senyuman.
Kehidupan keluarga 'Gyeol' berubah 180 derajat. Bahkan di hari ke 49 setelah ibu mereka wafat, keadaan bertambah carut marut. Eun Han-Gyeol tak benar-benar bisa menjadi seorang kakak yang setiap paginya harus berbenah membereskan rumah, mencuci piring, menyiapkan makan pagi, dan kemudian pergi ke sekolah. Ia belum sanggup menopang beban itu, terlalu berat di usianya yang masih sangat labil.
Menjadi anak perempuan tertua di dalam keluarga 'Gyeol' membuat Eun Han-Gyeol mau tak mau harus mengurusi segala hal. Termasuk menanggapi rengekan dari kedua adik laki-lakinya yang sama sekali tak bisa diajak untuk bekerja sama.
"Noona, apa kau lupa untuk mencuci baju basketku?" pekik Eun Doo-Gyeol. Ia menyodorkan baju basket kotornya. "Tidak ada makanan sama sekali. Bisa tidak kau benar-benar menjadi seorang yang dituakan di rumah? Bagaimana ini. Ini bukan kulkas namanya bila tak ada satupun yang bisa dimakan."
"Noona, apa ada sesuatu yang bisa aku makan? Jika tidak ada, aku akan pergi ke sekolah sekarang juga. Ada ujian penting." ungkap Eun Se-Gyeol, si kutubuku yang mendedikasikan hidupnya untuk meraih kemenangan di Olimpiade Matematika.
Ayah tahu betul bahwa kehidupan mereka semakin tak terkendali. Ia sendiri harus mengurusi proyek besar di perusahaannya agar dirinya bisa naik pangkat. Di samping itu, Eun Han-Gyeol pun harus lebih memfokuskan diri untuk pelajarannya, sudah banyak nilai-nilai jelek yang di dapatnya. Untuk membuat segalanya kembali berjalan dengan lancar, Ayah memutuskan untuk menyewa seorang pekerja rumah tangga dari perusahaan 'Happy Company'.
Park Bok-Nyeo, ia ditugaskan untuk melayani keluarga Gyeol. Park Bok-Nyeo datang 30 menit lebih cepat.
Ia hanya berdiri di depan sebuah rumah mungil, yang di pagar halaman depannya bertuliskan 'Keluarga Gyeol'.
Ia hanya berdiri di depan sebuah rumah mungil, yang di pagar halaman depannya bertuliskan 'Keluarga Gyeol'.
Eun Han-Gyeol mengeluarkan beberapa kimbab-segitiga dari sebuah kantong keresek hitam. Sarapan pagi keluarga Gyeol yang sudah dikonsumsi oleh keluarga itu selama 49 hari. Tak ada satupun dari mereka yang menginginkan kimbab itu, tapi mau bagaimana lagi, hanya itu yang ada. Terpaksa keluarga Gyeol memakannya.
Eun Se-Gyeol mengeluh karena Ayah tak pernah menghadiri undangan yang diberikan oleh gurunya, "Ayah, kau perlu bertemu dengan guruku. Semuanya sangat memusingkan, targetku untuk bisa masuk ke sekolah unggulan harus didukung oleh sebuah surat rekomendasi dari banyak pihak. Ayah tak pernah bisa mengerti."
"Baiklah, aku akan mencoba untuk bertemu dengan gurumu di waktu luangku." jawab Ayah seadanya, ia tidak benar-benar mencari-cari waktu luang untuk menemui guru Eun Se-Gyeol. Ia menjawab seperti itu agar permasalahan Eun Se-Gyeol selesai.
Tepat di pukul setengah delapan, Park Bok-Nyeo melangkahkan kakinya. Ia menekan bell yang deringannya membuat Eun Hye-Gyeol berlari tergesa-gesa untuk membuka pintu. Wajah pucat tanpa senyum dari Park Bok-Nyeo membuat Eun Hye-Gyeol menarik langkahnya jauh-jauh dari wanita yang dianggapnya menakutkan itu. Ia memeluk kaki Ayah dengan kuat.
"Aku adalah pekerja dari 'Happy Company'." Park Bok-Nyeo langsung memperkenalkan dirinya, tak menghiraukan keterkejutan dari Ayah dan Eun Hye-Gyeol.
Kehadiran Park Bok-Nyeom mengubah segalanya. Rumah kediaman keluarga Gyeol sudah kembali rapih, berbeda dari sebelumnya yang tampak seperti kapal pecah. Sarapan mereka sudah naik level menjadi masakan khas restaurant super mewah. Belum lagi, rasa masakan yang disajikan oleh Park Bok-Nyeo sama seperti masakan yang pernah ibu mereka buatkan. Ketakjuban membuat keluarga itu tak henti-hentinya berdecak kagum. Bukan hanya kekaguman tapi juga rasa penasaran yang tinggi. Mereka bertanya-tanya tentang jati diri Park Bok-Nyeo.
Masalah muncul saat bibi mereka datang. Bibi pembawa masalah, ia berusaha untuk menjadi penolong keluarga Gyeol tapi malah berubah menjadi seorang pembawa petaka. Bibi dengan sepenuh hati bertanya pada Eun Hye-Gyeol, "Besok adalah hari ulang tahun Eun Hye-Gyeol, aku akan memberikan apapun dan mengabulkan apapun sesuai dengan keinginan Eun Hye-Gyeol."
Mendengar hal tersebut, Eun Hye-Gyeol sangat senang. Bibinya mengatakan 'apapun', itu berarti ia benar-benar bisa mendapatkan apapun. "Ibu. Aku ingin bertemu dengan Ibu." ungkap Eun Hye-Gyeol dengan tulus. Permintaan sederhana yang tak mungkin terpenuhi oleh siapapun. Tapi bibinya mengiyakan, "Tentu, aku akan mengabulkan permintaanmu itu."
Bibinya mencoba mengabulkan permintaan Eun Hye-Gyeol, dengan berpura-pura menjadi Ibu Eun Hye-Gyeol. Ia memakai sweater milik Ibu, tapi perlakuan itu malah membuat Eun Hye-Gyeol kesal, marah, gadis kecil ini berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangis. Ia tak menginginkan siapapun untuk menggantikan ibunya, ia juga tak ingin dibohongi, akhirnya Eun Hye-Gyeol marah dan menangis tak henti-henti.
Eun Hye-Gyeol menarik paksa sweater yang dipakai oleh sang bibi, hingga bagian lengannya tersobek karena tarikan kuat dari gadis kecil itu. "Kau bukan Ibu. Kau berjanji untuk mempertemukanku dengan Ibu. I hate you. Mengapa kau memakai baju milik ibu?!!" Sang bibi terkejut, ia menangis lalu pergi meninggalkan keluarga Gyeol yang semakin terpuruk.
Eun Hye-Gyeol yang terus menerus menangis, membuat Eun Han-Gyeol marah. Bukan kehidupan seperti ini yang diinginkan oleh Eun Han-Gyeol. Keputus-asaan membuat amarahnya semakin menjadi. Ia mengambil semua barang-barang milik ibunya yang tersimpan rapi di sebuah kamar. Dilemparkannya benda-benda berharga itu ke beranda rumah mereka. Seraya merutuk, air mata Eun Han-Gyeol mengalir membasahi kedua pipinya, "Menyimpan semua benda ini tak akan pernah bisa membawa kembali ibu yang sudah mati. Semua ini hanya membuat kita semakin marah. Kita tidak memerlukan ini, semua ini tak berarti!!!"
Tidak ada satupun yang bisa meredam amarah Eun Han-Gyeol. "Apa kalian pikir aku tidak merindukan Ibu? Aku mencoba untuk menjadi kakak tertua untuk keluargaku." Semua kata-kata yang selalu ia sembunyikan akhirnya terucap dengan penuh amarah. Keletihan itu membuatnya tak lagi mampu untuk menopang dirinya sendiri, ia menyandarkan diri ke pinggiran tembok. "Tapi semua itu tidak berhasil. Semuanya berantakan. Nilai-nilai pelajaranku, bagaimana aku bisa bersaing dengan mereka yang memiliki dukungan seorang ibu dan bahkan memiliki seorang tutor."
Eun Doo-Gyeol memilih untuk melampiaskan amarah, rasa sedih, dan penyesalannya dengan menyalahkan Park Bok-Nyeo. Ia melakukan hal itu, karena ia sama lemahnya dengan Eun Han-Gyeol. Pria kecil ini mencoba tegar tapi tak bisa, "Mengapa? mengapa kau melakukan ini?! Apa ibu kami terlihat sangat rendah di matamu?!" Belum cukup Eun Doo-Gyeol menyalahkan Park Bok-Nyeo, ia melayangkan tinjunya ke pipi Park Bok-Nyeo.
"Mengapa kau tidak menghentikannya?!!" Eun Doo-Gyeol menyalahkan Ayah yang masih mematung dan tidak berbuat apapun. "Apa kau memang benar-benar bahagia tanpa ibu?" Suara Eun Doo-Gyeol semakin bertambah nyaring seiring pelupuk matanya terpenuhi oleh timbunan air mata. "Hentikan!! Aku tidak akan melakukan ini. Pergi dari hadapanku!! Semua itu adalah kata-kata terakhir yang aku ucapkan pada Ibu. Kenangan terakhir yang aku ingat hanyalah merasa tertekan dan risih terhadap keberadaan Ibu."
Eun Doo-Gyeol menyadari kesalahannya, penyesalan yang tak berguna membuatnya semakin menyalahkan dirinya sendiri. "Aku tau semua ini adalah kesalahanku, karena aku tidak pernah bisa merasa bangga dengan keberadaan Ibu. Yang aku inginkan adalah, aku benar-benar ingin mengatakan pada Ibu bahwa aku sangat mencintainya. Tapi sekarang, aku tidak bisa lagi mengatakan hal itu. Tak akan pernah bisa."
Si jenius Eun Se-Gyeol merasa enggan untuk menunjukkan rasa sedihnya, ia marah karena semua orang menyalahkan diri mereka. "Ada apa dengan kalian semua? Aku benar-benar tidak menyukai orang-orang yang bertindak berlebihan seperti mereka." Kata-kata Eun Se-Gyeol membuat sang kakak tersinggung, Eun Doo-Gyeol mendorong Eun Se-Gyeol dengan keras, hingga Eun Se-Gyeol tersungkur.
Di dalam kamus kehidupan Eun Se-Gyeol, tangisan tak berarti apapun, itu hanya membuat orang-orang semakin lemah. "Kenapa kalian menangis?!!! Jika menangis dapat mengembalikan kehidupan Ibu, maka aku akan menangis. Tapi tidak. Ibu tidak akan pernah kembali entah berapa banyak air mata yang telah kalian keluarkan!" Tapi air mata itu akhirnya tak terbendung lagi, "Kau pikir apa yang aku kerjakan?! Aku belajar dengan mati-matian. Tanpa adanya Ibu yang mendampingiku, semua terasa sangat berat. Mengapa Ibu pergi secara tiba-tiba."
Eun Doo-Gyeol tak ingin tersudutkan ia kembali berkata sinis pada Eun Se-Gyeol, "Is your mom a housekeeper or a manager? Apa kau tak pernah sekalipun merasa bersalah pada Ibu yang selalu melakukan banyak hal untukmu?"
Dalam tangisnya, Eun Hye-Gyeol yang tidak ingin melihat Sang kakak bertengkar, ia menyalahkan dirinya sendiri, "Semua karena aku. Ibu pergi karena. Aku merutuk padanya, menyuruhnya untuk pergi. Semua karena aku!" Gadis kecil itu menangis. Ayah mencoba melerai tangisnya, mengatakan bahwa Ibu sangat mencintai Eun Hye-Gyeol.
Beranda rumah keluarga Gyeol itu bersebelahan dengan rumah Keluarga Eo-Jin. Ibu Eo-Jin yang merasa bising dengan suara teriakan keluarga Gyeol pun akhirnya protes. "Ayah Han Gyul, bisakah kau menjaga kedamaian keluargamu. Sekarang kalian adalah keluarga yang berbeda." Ibu Eo-Jin mencoba merendahkan keluarga Gyeol. "Keluarga kalian yang tidak lengkap, akan membawa ketidakharmonisan."
Sedari tadi Park Bok-Nyeo tidak menempatkan dirinya sebagai apapun, ia hanya mematung seperti robot usang yang tak berarti. Ia hanya mendengarkan tanpa mengambil tindakan, tapi kali ini, Park Bok-Nyeo membuat keluarga Gyeol kembali tersenyum. Suara bising dari Ibu Eo-Jin yang sangat memekakakan telinga itu, Park Bok-Nyeo redamkan dengan menyiramkan air ke arah Ibu Eo Jin.
"Agar rumah anda tak terkena api." ucap Park Bok-Nyeo tanpa meminta maaf karena sudah menyiram Ibu Eo-Jin dengan sengaja. Siraman air itu membuat tata rias wajah Ibu Eo-Jin menjadi berantakan, hitam di bawah matanya mengubahnya seperti seorang badut. Ayah, Eun Han-Gyeol, Eun Doo-Gyeo, Eun Se-Gyeo, dan Eun Hye-Gyeol pun akhirnya dapat tersenyum kembali.
Di rumah, ketiga kakak Eun Hye-Gyeol mencemaskan Eun Hye-Gyeol yang tak kunjung pulang dari sekolah. Eun Han-Gyeol yang sibuk mengutak-atik kunci tas milik Park Bok-Nyeo berkata, "Mungkin Ahjumma menculik Eun Han-Gyeol." terkanya asal.
"Apa kita terlihat seperti orang kaya hingga membuat ahjumma Park menculik Eun Han Gyeol." jawab Eun Se-Gyeol, kekhawatiran yang sama membuatnya menghentikan diri untuk mengerjakan lembaran soal-soal dihadapannya. Kepanikan itu membuat ketiganya memutuskan untuk mencari Eun Hye-Gyeol ke segala tempat. Mereka bertiga berpencar dengan tujuan yang sama, untuk menemukan Eun Hye-Gyeol.
Eo-Jin yang ternyata mewarisi sifat Ibunya, selalu memojokkan orang lain, terutama pada Eun Hye-Gye. Eo Jin berbisik pada Eun Hye-Gyeol, ia membagi rahasianya, tentang bagaimana seseorang bisa bertemu dengan orang yang telah meninggal dunia. Eun Hye-Gyeol yang sangat ingin bertemu dengan Ibunya, mendengarkan semua ucapan Eo-Jin dengan saksama.
Semua kata-kata Eo-Jin membuat Eun Hye-Gyeol melakukan tindakan yang dianggapnya benar. Di pinggiran sungai tak beriak itu, Eun Hye-Gyeol memandang Park Bok-Nyeo lekat-lekat. "Apa kau akan melakukan apapun yang disuruhkan kepadamu?" tanya Eun Hye-Gyeol dengan lugu.
Genggaman erat diberikan oleh Eun Hye-Gyeol saat dirinya menyusuri sungai ke tepian yang paling dalam. Park Bok-Nyeo yang tangannya digenggam erat tak menolak, ia mengikuti langkah kecil Eun Hye-Gyeol. Mereka terus melangkah melawan arus air sungai yang kecoklatan, hingga sebagian tubuh mereka terendam.
Bersambung...
Heol~
:p