Sinopsis Reply Me 1994 episode 1

Translate this Article...



Sebuah cerita tentang kota Seoul di beberapa tahun silam, tahun 1994. Kota yang menyimpan banyak sekali kenangan, terutama bagi sebuah keluarga yang dulunya tinggal jauh dari bisingnya kota Seoul, Keluarga Sung. Keluarga yang membentuk keluarga baru di �Shin Chon Boarding House�. Rumah besar yang dijadikan sebagai tempat kos, dihuni oleh beberapa makhluk dengan kepribadian ajaib.
Sung Na Jung

Sseu Re Ki 

Sham Chun Pyo

Hae Tae

Yoon Jin

****

Sinopsis Reply Me 1994 episode 1



Tahun demi tahun bergerak tak melambat, tahun 1994 di tinggalkannya seiring dengan usia yang bertambah. Sung Na Jung, satu-satunya anak perempuan dari keluar Sung, Sung Dong IL dan Lee IL Hwa. Na Jung membagi kenangannya.

�Saat aku berumur 20 tahun, kota Seoul dan penduduknya benar-benar sangat menakutkan. Satu-satunya tempat di Seoul yang membuat kami merasa nyaman adalah, tempat ini. Rumahku. Shin Chan Dormitory house.�



Sung Na Jung tak lagi berada di usia 20 tahun, usianya di saat tahun 1994. Ia juga bukan lagi seorang gadis polos yang terobsesi pada para pemain basket, ia sudah menikah. Menikahi pria yang masih misterius, masih sangat misterius. Tapi ia masih tetap menjadi Sung Na Jung yang sama, obsesinya pada salah satu pemain basket handal itu masih menggebu-gebu. Cintanya pad Lee Sang Min Oppa tak akan pernah berubah. Buktinya, Na Jung masih menyimpan foto album buatannya. Berisi foto-foto sang Idola dan group basketnya.


�Kau masih menyimpan ini? Oh My God, masih sangat muda, flower boys.� Kata Yoon Jin dengan wajah kaku seraya membuka lembaran demi lembaran dari foto album itu. �Hei, hei. Jangan melihat-lihat, hati-hati, itu harta karunku.� Pekik Na Jung. Na Jung tengah sibuk mencari-cari video pernikahannya. Tumpukan kardus ia jejali satu demi satu.


�Memangnya kau itu masih menjadi pengantin muda, mengapa ingin melihat video pernikahan lagi?� tanya Yoon Jin heran. �Aku kira video itu hilang saat aku mengepak barang. Kau tau, aku tidak pernah menonton video pernikahanku, karena membuatku merinding.� Jawab Na Jung bergidik, ia alergi melihat dirinya di dandani seperti pengantin. �Jadi, ini kali pertamaku melihat video ini.�



Seorang pria muda berseragam sekolah berlari-lari kecil, ia terburu-buru, setelah mengucapkan salam, ia menghilang dari balik pintu. Yoon Jin mengomentari pria itu, �Ia sudah besar. Padahal aku merasa baru kemarin ia bermain-main denganku.� Na Jung mengeluh, �Haruskah aku tidak menontonnya? Pasti sangat mengejutkan hingga membuatku trauma.� Ia berhasil menemukan kaset video hitam.



Seseorang menelpon, Na Jung segera mengangkatnya. Ia memesan beberapa makanan, tapi pada akhirnya si penelpon yang memutuskan harus memakan apa. Mereka harus makan malam dengan ikan salmon. �Aku benar-benar tidak menyukai Salmon.� Keluh Na Jun. �Aku sudah tinggal di Seoul selama 19 tahun. Separuh hidupku aku habiskan di sini. Bukankah hal itu membuatku menjadi bagian dari Seoul. Menjadikanku seorang wanita Seoul.� Jawab Na Jung saat Yoon Jin mengomentarinya tentang makanan yang akan di makannya malam ini.


Yoon Jin dengan sengaja menyalakan tv dan video yang kasetnya sudah dimasukkan ke dalam pemutar, menampilkan video Na Jung yang sangat cantik dengan gaun putih pernikahannya. Seperti melihat hantu, Na Jung terkejut. �Ap..Ap..apa yang aku pakai di kepalaku itu.� Pekiknya. Yoon Jin memperbesar volume video, dan keduanya terlarut pada masa-masa silam.

Video pernikahan Na Jung.
 


Yoon Jin yang merekam video itu, suaranya menjadi latar di setiap pertanyaan dan komentar-komentar aneh yang diajukan. �Ya, Na Jung. Sepertinya kau menaruh terlalu banyak di bagian dadamu. Terlalu menonjol.� Yoon Jin menyorot bagian dada Na Jung. �Aku benar-benar ingin mati.� Jawab Na Jung. Na Jung memaksakan senyumnya, ia mengeluh dan sebisa mungkin untuk tidak berteriak.


�Na Jung-ah, kau tahu ini kesempatan terakhirmu.� Yoon Jin menyarankan hal evil pada Na Jung. �Bila kau keluar dari gedung ini, kau akan menjadi wanita bebas lagi. Kau akan merdeka.� Na Jung menjawab dengan gerutuan, �Kau tidak seharusnya menyarankan hal itu pada seorang pengantin wanita. Kau sudah menikah dengan bahagia, dan kau sekarang menyarankanku untuk menjadi wanita tua dengan tidak menikah?�


�Lagi pula, aku sudah mendapat izin dari tunanganku bahwa aku diperbolehkan berlibur. Tanyakan saja pada tunanganku yang berada di belakangmu.� Na Jung seketika tersipu-sipu malu. �Kau terlihat sangat berbeda sekali setelah kau di dandani.� Ungkap Yoon Jin pada pengantin pria yang berdiri di belakangnya. Video recorder yang dibawa Na Jung menyorot ke arah sepatu sang pria, celana hitam, kemudian���

Tahun 1994
Kediaman Keluarga Sung, Shin Chon Boarding House


Sang Ibu, Lee Il Hwa sibuk memotong-motong bahan-bahan masakannya di dapur. Na Jung dan Sseu Re ki serta Ayah, Sung Dong IL, asik menonton televisi. Sebelum pertandingan dimulai, mereka menonton sebuah musik video. Bergerak-gerak mengikuti irama, gerakan para Alien saat menari. Re Ki lebih aneh, ia menggerak-gerakan telapak kakinya tepat di depan wajah. Na Jung menggoyang-goyangkan kepala ala robot dan Ayah.. sigh, this family.

Saat pertandingan dimulai, keadaan berubah drastis. Na Jung yang sangat antusias, menunggu kemunculan Lee Sang Min Oppa, Oppa kesayangan dan kebanggaannya. Always dan Forever. Pertandingan sudah berjalan, tapi sang Oppa belum juga muncul. �Apa mereka membohongiku?! Mereka bilang, Lee Sang Min Oppa akan muncul. Tapi mana?!!� Na Jung marah-marah seperti kebakaran jenggot.


Ibu selesai dengan masakannya, ia membawa seember air matang dan mie yang di taruh di tempat yang sangat besar. Ayah tak berbicara apapun, ia terkejut, Ibu ini, mereka kan manusia bukan hewan yang makan dari nampan besar dan air dari ember.



�Tenang saja, kalau dibagikan nanti juga habis.� Jawab Ibu seraya tersenyum. Ia membagikan mangkuk super besar pada Na Jung, Ayah dan Re Ki. Mangkuk itu diisi dengan mie hingga penuh dan kuahnya, ibu cidukkan langsung dari ember menggunakan gayung. Variasi terbaiknya, telur rebus yang di taruh ditengah mangkuk. Mother, please xD



Sepertinya ini bukan pertandingan basket yang menjadi focus utama, tapi pertempuran antara Na Jung dan Re Ki. �Kau jangan berkata seenaknya, ayah sedang makan. Kau ini, sudah berumur 20 tahun masih belum mengerti.� Re Ki mengomentari Na Jung yang tengah kesal karena Lee Sang Min Oppa tidak muncul-muncul. Ucapan Re Ki membuat Na Jung kesal. Gadis itu dengan kilat menjambak rambut Re Ki, ia menarik-nariknya ke kanan dan ke kiri, persis seperti mengemudikan mobil. Re Ki tak mau kalah, ia mencubit keras-keras pipi Na Jung yang kenyal. �Aku bilang jangan cubit pipiku!� bentak Na Jung.


Di tengah pertandingan, salah satu penghuni kos-an datang. Pria bernama Hae Tae itu menolak tawaran ibu untuk makan mie. Ia berkata dengan menahan rasa mual, �Aku sudah makan tadi.� Ibu yang mengerti segera mengingatkan Hae Tae, �Bereskan kamarmu, besok kau akan kedatangan teman sekamar yang baru.� Ucap Ibu. Besok, anggota kos-an keluarga Sung akan bertambah. Ada penghuni pria baru yang datang dari pedalaman desa, baru kali pertama datang ke Seoul, untuk melajutkan pendidikan universitasnya.


Tak lama, seorang wanita muda dengan wajah yang ditutupi rambut masuk ke dalam rumah. Kedatangannya mengagetkan Re Ki yang tengah menghindar dari serangan Na Jung. Itu wanita muda yang sama, yang muncul di tahun 2013 nanti, Yoon Jin. Rambut yang menutupi seluruh wajahnya itu seperti menambah rasa percaya dirinya. Tak mempedulikan ucapan ibu, Yoon Ji masuk ke kamarnya. Ia hanya membungkuk mengucapkan salam. �Yoo Jin-ah, lain kali pulang lah lebih sore, kota Seoul itu sangat menyeramkan saat malam.� Ungkap Ibu khawatir.



Ayah bertanya dari mana saja Yoon Jin. �Ia pasti baru saja bertemu dengan Seo Ta Ji.� Jawab Ibu. Ayah menghela nafasnya, berkata dengan keras agar suaranya terdengar oleh Na Jung. Ayah berniat untuk membuat Na Jung sadar, setidaknya untuk berhenti mengejar-ngejar sang Oppa. �Hanya untuk melihat wajah Oppanya, ia menunggu di depan rumah setiap malam. Kau tau, malam kemarin Yoon Jin memegang Yogurt yang sama sekali tdak diminumnya karena itu pemberian dari Ibunya Seo Ta Ji.�


�Ada lagi. Seorang gadis yang kehilangan akalnya. Orang tuanya bekerja keras untuk membiayainya di universitas, tapi gadis itu malah tergila-gila pada orang gila lainnya. Aku tidak mengerti apa yang terjadi!� ungkap Ayah. Na Jung menjawab dengan tenang, �Setidaknya aku masih menjadi investasi yang baik bagimu, Ayah. Siapa tau aku bisa menikah dengan Lee Sang Min Oppa.�



Latihan basket yang diadakan di stadium membuat Na Jung seolah berada di pertandingan yang sesungguhnya. Ia terpana, terharu saat melihat Lee Sang Min berhasil memasukkan bola. Ia juga berteriak dengan suaranya yang paling keras, pada salah satu pemain yang menghalangi dan hampir membuat Lee Sang Min terjatuh. Melebihi seorang cheersleader, Nang Jung menyorakkan seruan-seruan yang ia buat sendiri. Tak perlu lagi menggunakan alat pengeras suara, karena suaranya sudah menggaung bak erangan singa.



�Eonni.. Ini hanya latihan.� Ungkap salah satu dongsaeng berbaju seragam, mereka menyuruh N Jung untuk kembali duduk. �Kau tau, katanya Lee Sang Min Oppa tidak menyukai seseorang yang bersorak-sorak seperti cheersleader. Ia seperti merasa tengah disumpahi.� Perkataan dongsaeng itu membuat Na Jung mengerutkan kening, �Kalian enak sekali, Oppa-Oppa kalian sangat care.� Balas Na Jung melihat dua orang siswa itu membawa makanan yang baru saja dibelikan oleh oppa mereka.


�Kalau aku tidak bersorak-sorak seperti itu, sampai mati, Lee Sang Min Oppa tidak akan mengetahui kalau aku sangat menyukainya.� Na Jung melanjutkan kata-katanya dengan harap. �Walaupun Lee Sang Min Oppa sangat ketus, ia juga care pada fans. Eonni, kau tau, Lee Sang Min Oppa mengecek daftar fansnya yang hadir.� Ungkap dongsaeng, membuat Na Jung kembali bersemangat.



Latihan untuk persiapan pertandingan selesai, para penggemar segera membuat jalan. Menunggu Oppa kesayangannya melewati mereka. Ketika para pemain basket sudah keluar dari aula, para penggemar bersorak, Na Jung menahan sorakannya yang hanya diperutunukkan bagi Lee Sang Min Oppa. Ia menggenggam sebuah sapu tangan putih.



Lee Sang Min Oppa berjalan melewati Na Jung, dengan terkesima, Na Jung memberikan sapu tangan itu. �Ke.. ke.. keringat.. Oppa. Hapus keringatmu dengan ini. Aku mohon.� Pinta Na Jung tak berani menatap mata Lee Sang Min. Ia memaksa tangan Sang Min untuk menerima sapu tangan itu. Untuk menyenangkan penggemarnya, Lee Sang Min menghapus keringatnya dengan sapu tangan milik Na Jung. Membuat hati Na Jung berdetak kencang, wajahnya memerah merona karena terlalu senang.


Tahap selanjutnya saat memenuhi obsesi fangirling adalah menunggu sang Oppa di lingkungan tempat ia berada. Na Jung dan kedua dongsaeng nya melakukan hal yang sama, menunggu di depan asrama pemain basket. Mereka tak sendiri, ada deretan penggemar lain yang juga menunggu di depan pagar. Mereka menggemari orang yang berbeda, tapi Lee Sang Min memiliki penggemar terbanyak.



Para basket yang baru saja turun dari mobil van mereka mendapat sorakan riuh, dengan berani Na Jung menghampiri Lee Sang Min Oppa. Ia menghentikan langkah Oppanya yang sudah mendapatkan banyak sekali hadiah dari pada fans. �Oppa, sapu tangan yang baru saja aku berikan..� Na Jung membiarkan tenggorokannya kering, dan kembali melanjutkan kata-katanya, �Bisakah kau mengembalikannya padaku. Sapu tangan itu,, itu.. dari nenekku, hadiah sebelum ia meninggalkan dunia ini. Maafkan aku.. I am sorry.�



Na Jung berpura-pura menangis, ia menunduk dalam. Tak lama, Lee Sang Min memberikan sapu tangannya kembali lalu meninggalkan Na Jung. �Oppa.. I Love you. Oppa..� seru Na Jung, seperti mendapat peti emas, ah, sapu tangan yang sudah di basahi oleh keringat Lee Sang Min itu berharga lebih dari 100000 peti emas. Dengan tergila-gila, Na Jung menghirup bau dari sapu tangan yang ia letakkan untuk menyumbat kedua lubang hidungnya.


�Ah! Bau keringat Lee Sang Min Oppa.� Desisnya dengan bangga.


Ibu mendapat telepon dari keluarga Sham Chun Pyo. Anggota baru dari rumah kosnya. Ibu memastikan bahwa Chun Pyo akan datang tepat waktu, ia tidak akan tersesat, �Ia sudah dewasa, pasti tidak akan tersesat. Lagi pula, kami sudah memberikan alamatnya. Jangan khawatir, Seoul tidak begitu dingin.� Ibu Chun Pyo yang berada di saluran telepon menginginkan agar kamar anaknya nanti agar tetap hangat, ia bahkan akan membayar iurannya dengan jumlah yang lebih.


Seorang ibu memang selalu seperti itu, berlebihan saat anaknya baru pertama kali pergi jauh dari rumah. Terlalu mengkhawatirkan banyak hal, akan melakukan apapun juga agar anaknya nan jauh itu tetap merasa aman. Chun Pyo sangat beruntung. Ibu Chun Pyo bahkan mengatakan, �Chun Pyo sangat mirip dengan salah satu artis dalam iklan cokelat.� Ibu IL Hwa menjawab dengan candaan, �Ah, bagaimana kalau aku mengangkatnya sebagai menantu.� Dan kedua ibu itu tertawa.


Sham Chun Pyo sudah sampai di Seoul. Ia berada di bangunan besar lalu menuju ke telepon umum. Ia menelpon Ibu IL Hwa, untuk menanyakan kembali tentang arah ke �Shin Chon Boarding House�. Ibu memberikan arahan yang cukup rumit bagi seseorang yang masih awam dengan lingkungan Seoul. Sebenarnya ini kali kedua Chun Pyo datang ke Seoul. Pertama kali, ia diantar dengan sang Ibu, jadi tidak ada masalah. �Dari super market. Ah, sebentar.� Ibu menghentikan kata-katanya. �Apa kau tau apa itu super market.?� Tanya Ibu. �Ahjumma, please.� Jawab Chun Pyo.


Petualangan Chun Pyo dimulai. Di stasiun ia menunggu lamaaaa sekali untuk bisa mendapatkan kereta yang sesuai dengan tujuannya. Ia harus turun di stasiun lain, kemudian melanjutkannya dengan kereta lagi. Tak sampai di situ, Chun Pyo juga harus mencari-cari dimana letak Super Market yang dimaksud oleh Ibu. Setelah sampai di halte, ia melihat banyak sekali gedung di Seoul dan tak tahu yang mana yang disebut dengan Super Market �Grace DS�.



�Permisi apakah bangunan ini adalah bangungan Grace Departement Store?� tanya Chun Pyo pada salah satu pendemo yang sibuk membagikan selembaran pemberontakan. �Yang itu.� Tunjuknya pada bangunan tinggi di seberang jalan. Chun Pyo bertahan pada aksen Seoulnya, terdengar aneh karena bagaimanapun juga aksen desa tetap terdengar setiap kali Chun Pyo berbicara. �Bagaimana caranya agar aku bisa sampai ke sana?� tanyanya. �Kau harus lewat sana.� Jawab pemuda tadi dengan asal, seraya menunjuk ke arah lorong penyebarangan jalan yang baru saja dilalui oleh Chun Pyo.



Tanpa tau apapun, Chun Pyo menyusuri lorong penyebarangan itu. Tiba di halte yang berbeda pula, dari mulai jalur 1, jalur 2, jalur 3, jalur 4, semuanya salah. Ia tak pernah sampai di depan bangunan department store yang dimaksud. Sampai pada akhirnya, Chun Pyo harus kembali ke halte yang sama. Dengan helaan panjangnya, akhirnya Chun Pyo memutuskan untuk menyewa taksi, menggunakan taksi untuk sampai ke tujuan adalah cara terakhirnya.



Bong Yi tak memiliki pekerjaan, ia menganggur di rumah. Berkaroeke bersama Ayah, mendapat omelan dari Ibu, karena tetangga sebelah datang untuk memperingati mereka agar tidak berisik.


Bong Yi memakan dan meminum semua makanan yang ada, entah itu sudah kadaluarsa atau belum. �Itulah kenapa, kau disebut sebagai kotak sampah.� Ejek Ibu. �Taruh ini di kamar Na Jung.� Ibu menyuruh Bong Yi untuk menaruh pakaian yang sudah di cuci, juga terdapat pakaian dalam milik Na Jung.


Ingin menjahili Na Jung, Bong Yi memiliki caranya sendiri. Dengan pakaian dalam yang ada, ia mendadani boneka teddy bear yang tak berdosa itu dengan bra juga underwear milik Na Jung. Terlihat seksi sekali boneka Na Jung, dan Bong Yi tergelak puas.


Belum cukup sampai di situ, Bong Yi juga memakan cokelat kadaluarsa milik Na Jung. Cokelat yang disimpannya dengan rapih, sebuah harta karun, karena cokelat-cokelat itu adalah pemberian dari Lee Sang Min Oppa. Tanpa peduli dengan masa kadaluarsa cokelat, Bong Yi memakannya dengan lahap.


Na Jung menjerit histeris saat tahu pakaian dalamnya sudah berubah menjadi bagian dari property pelengkap sang boneka. �OPPA!!! Dia benar-benar gila.� Ibu yang mendengar jeritan Na Jung segera menghampiri, dan ia tertawa, �Omo.. Omo.. Ia meletakkan pakaianmu dengan sangat rapih.� Jawab ibu sambil terus tergelak.



Sekarang giliran Na Jung yang membalaskan dendamnya. Na Jung tersenyum jahat, saat ibu menyuruhnya untuk mengambil baju Re Ki untuk segera di cuci. Dengan semangat militernya, Na Jung mendobrak pintu kamar Re Ki. Re Ki yang hendak tertidur pulas terlonjak kaget. �Ibu menyuruhku untuk mengambil bajumu untuk di cuci. Apa kau sama sekali merasa nyaman? Pakaianmu itu belum di cuci selama 5 hari.� Seru Na Jung. Re Ki tak mengelak, baju yang ia gunakan memang hampir seminggu belum ia cuci.



�Kau kan yang menaruh bra dan underwearku seperti itu?!� Na Jung akan memulai pertarungannya, ia menatap dengan awas ke arah Re Ki. �Kau seharusnya berterimakasih kepadaku. Hey, jika ada seorang kakak yang melakukan hal baik seperti itu kau harus bilang �terimakasih. Tidak ada kakak baik sepertiku di dunia ini.� Jawab Re Ki seraya menarik selimutnya. Ia membiarkan buku-buku komik yang baru saja dibacanya tergeletak.


�How childish.� Geram Na Jung. �Kau sudah dewasa?!� Re Ki menjawabnya tanpa merasa bersalah, �Umurku? Dua puluh tahun di tambah lima. Lima tahun. Lima tahun. Pergi! Aku akan tidur.� Na Jung belum merasa puas kalau ia belum melontarkan tinju ke arah Re Ki untuk melumpuhkannya. Dengan kekuatannya, Na Jung menarik paksa kaos yang tengah dipakai oleh Re Ki. Terus menerus menariknya, hingga kaos itu terlepas dari badan Re Ki. Re Ki meringkih kesakitan, karena Na Jung menindih badannya dengan benturan keras.



�Apa yang kau lakukan?!!� tanya Re Ki yang merasa terancam kehidupannya. Na Jung menatap ganas ke arah Re Ki. Kaos Re ki yang berada di tangannya, ia kibar-kibarkan. �Sekarang, celana.� Jawab Na Jung. Ia melakukan serangan yang kedua. Menarik paksa celana yang dipakai abangnya itu dengan keras. Sampai akhirnya, Na Jung menang, membiarkan Re Ki kedinginan di balik selimutnya.


Dengan bantuan Ayah, Chun Pyo berhasil sampai di rumah kos barunya. Ia menuju ke kamar setelah mengucapkan salam pada Ibu, Ayah dan Na Jung.



Di kamarnya, Chun Pyo sangat merindukan ibunya. Ia melihat selimut yang dipaketkan sang Ibu. Dengan rasa lelah yang amat sangat, Chun Pyo merebahkan diri, menarik selimutnya dengan nyaman. Tapi tiba-tiba, Hae Tae membubulkan kepalanya dari balik selimut. Mengagetkan Chun Pyo, membuatnya terjungkal, dengan sigap ia segera berdiri dan menunjukkan kuda-kuda untuk menyerang Hae Tae.

Di rasa bahwa Hae Tae bukan sebuah ancaman, Chun Pyo kembali melelapkan diri di bawah selimut hangat yang ibunya berikan.

Chun Pyo yang  hidup di tahun 2013 mengatakan kesan pertamanya saat ia berada di Seoul untuk pertama kalinya. �Seperti itulah malamku di Seoul. Hangat dan lembutnya selimut juga terasa sangat hampa. Udara malam sangat panas, juga terasa dingin. Aku masih mengingat hal itu dengan detail. Kota Seoul di tahun 1994, aku mengingatnya seperti itu.�

�Terasa sangat ramai, juga sepi. Terasa sangat bersemangat, juga terasa letih. Sebuah kota yang panas tapi juga dingin dalam waktu yang bersamaan. Sebuah kota yang sama sekali tidak bisa mengerti. Tapi bagaimanapun juga, aku bangga menjadi bagian dari masyarakat Seoul, walaupun kami belum bisa benar-benar menjadi orang Seoul.�

Bersambung Sinopsis Reply Me 1994 episode 2
I am in DA MOOD~ thank you.



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners