Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 4

Translate this Article...


Jangan salah memunguti clue, karena yang ada hati kamu bakal remuk nantinya. Save your heart! Beberapa hints yang disebarkan oleh PD Reply Me/ Answer Me 1994 itu kemungkinan besar 89% nya mislead. Theory yang dipakai drama ini sangat asing, unik. Kalau kamu mengira, theory nya bakal sama seperti �Reply Me / Answer Me 1997� yang �The Girl will definitely get her first love� bisa jadi. Tapi beberapa bilang, PD Reply Me/ Answer Me 1994 engga bakal menggunakan theory di session yang lampau.



Episode 3 dan episode 4 mengangkat issue tentang perceraian. Hal ini menjadi alasan kenapa banyak fans 1994 yang mulai curiga. Banyak fans yang mengira-ngira kalau issue perceraian juga akan menimpa Na Jung, karena jarak antara pernikahan Na Jung dengan tahun 2013 sangat jauh. Na Jung menikah di tahun 2002 dengan pria yang masih misterius, kemudian saat di tahun 1994 ia berumur 20 tahun. Ada jarak waktu 8 tahun bagi Na Jung untuk bisa merajut kasihnya ke pelaminan. Kemudian di tahun 2002 sampai tahun 2013, ada jarak 11 tahun, di waktu yang sangat lama itu, apapun bisa terjadi. Termasuk, Na Jung yang menikahi salah satu sahabatnya, kemudian bercerai dan menikah lagi dengan yang lain. I am on Chil Bong Yi Team~~

Sinopsis Reply Me/Answer Me 1994 episode 4




Seoul 2013
Mereka masih memutar video bersejarah, prosesi pernikahan Na Jung dengan pria misterius. Sementara yang lain menonton video, Bong Yi tertidur di sofa, ia terlihat sangat kelelahan. �Hey, tidurlah di ruangan.� Kata Yoon Jin. Bong Yi bangkit, ia memijat bagian belakang lehernya �Aku istirahat sebentar.� Ujar Bong Yi pada yang lain. Ia menuju ke satu sudut ruangan. He is tooooo handsome~~


Na Jung menerima kiriman dua buah bingkisan besar, seseorang mengirimkannya lewat e-mail. Kiriman pesanan milik suaminya. �Berapa banyak yang ia beli, gah.� Lirih Na Jung saat melihat dua bingkisan besar di hadapannya.


�Honey, kirimannya sudah datang.� Seru Na Jung pada salah seorang dari lima gorgeous people yang berada di ruang tengah. Tak ada satupun yang menjawab panggilan Na Jung. �Hey, Kim Jae Joon!!� pekik Na Jung dengan nyaring karena gemas. Kelima pria tampan itu menengok dan�.. Na Jung berbisik, �Diantara kelima orang pria itu. Salah satunya adalah suamiku. Dan.. Suamiku bernama Kim Jae Joon.�



Seoul, 1994
Melon. Bagi manusia pedalaman, buah melon adalah hal yang paaaaaling langka. Mereka hanya akan memakan buah jenis itu, saat hari-hari besar bersejarah saja. Termasuk, bagi keluarga yang tinggal di rumah kos �Sinchon Boarding House�. Ada Ibu, Ayah, Na Jung, Re Ki, Chun Pyo dan satu orang baru di keluarga mereka, Bing Geu Re.



Hari itu, Bong Yi datang berkunjung ke Sinchon Boarding House, untuk sekedar menengoki Geu Re. �Aku selalu merasa tidak enak, bila tidak membawakan sesuatu saat berkunjung ke sini.� Ia menyodorkan beberapa buah melon yang langsung diambil oleh Ibu untuk di potong-potong. Ayah bertanya dengan wajah yang terpukau, �Dimana kau membeli Melon?� �Di department store.� Jawab Bong Yi diiringi dengan senyum sangat manis. Jawaban yang membuat semua orang terpana.


�Departement store?� tanya Ibu yang datang dengan piringan besar berisi melon yang sudah dipotong dalam ukuran kecil. �Aku kira, kita hanya bisa membeli baju di department store. Tapi, kalian juga bisa membeli buah-buahan?� Ayah adalah orang baru, semua yang terjadi di kota Seoul adalah hal yang serba baru. Jadi, tak heran kalau Ayah dan keluarga pedalamannya itu penasaran. �Iya. Buah yang dijual di pasar pasti rasanya lebih enak, buah di department store harganya saja yang mahal.� Balas Bong Yi dengan senyuman.



Dengan lahap, potongan melon itu dimakan oleh mereka. �Aku juga jarang memakan Melon. Maka dari itu, aku selalu bermain di rumah sepupuku Bong Yi, karena setiap kali ke sana, aku pasti mendapatkan melon.� Seru Geu Re dengan polosnya. �Ah, karena ini makanan mahal, jadi aku harus menyisakan sedikit untuk anak laki-lakiku.� Ucap Ibu yang teringat pada Re Ki. �Oppa-ya, bahkan tidak tahu bagaimana rasanya melon.� Sambung Na Jung dengan mulut yang dipenuhi oleh Melon.



Lalu Ibu kembali bertanya, �Geu Re, bagaimana sifat Re Ki di kampus?� Geu Re menelan melonnya lalu menjawab, �Ia sangat berbeda. Semua orang sangat menghormatinya. Re Ki hyung adalah salah satu orang yang sangat berkarisma.� Pekik Geu Re seraya mengacungkan ibu jarinya dengan bersemangat. �Maksudmu, berkarisma dengan mengelap diri menggunakan keset lantai?� ejek Na Jung.


Ejekan yang ternyata benar-benar terjadi. Semua menatap ke arah Re Ki yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tanpa rasa bersalah, ia mengelap seluruh badannya yang basah dengan keset kamar mandi. Iugh, Trash Oppa.



Ayah menggerutu, �Sudah beruntung kalau ia mandi.� Re Ki selesai dengan upacara mengelap diri menggunakan keset. Ia berjalan mendekati Na Jung, �Oppa-ya! Benarkan sandalnya.� Pekik Na Jung. �Yaaa~� jawab Re Ki dengan patuh lalu kembali ke depan kamar mandi untuk membenarkan letak sandal yang baru saja dipakainya. Saat Re Ki melangkah ke arah Na Jung, Na Jung langsung berseru lagi, �Oppa-ya! Matikan lampu kamar mandinya.� Seru Na Jung. �Yaaa~~� jawab Re Ki dengan kembali patuh, ia memutar diri untuk mematikan lampu kamar mandi. Semua yang Na Jung suruh, Re Ki patuhi seperti anak kecil yang mematuhi perintah dari Nenek-nenek yang super galak. Cute~


Selesai semua pekerjaan yang disuruh, sekarang saatnya Re Ki untuk melahap melon. Ia membaringkan diri dengan menjadikan kaki Na Jung sebagai bantalan. Seraya membaca, ia memakan melon yang disediakan oleh Na Jung. Na Jung terhenyak, rasa yang berbeda menelusup dan membuat tubuhnya kaku. Dengan paksa ia mengunyah banyak melon di mulutnya.


�Apa kau sudah memutuskan untuk tinggal di sini?� tanya Hae Tae pada Bong Yi. �Karena tidak ada orang di rumahnya, ia akan tinggal sementara di kamarku.� Jawab Geu Re. �Ayahku sedang sibuk dengan pekerjaan di luar kota dan Ibuku sedang bulan madu. Jadilah, aku berada di sini.� Bong Yi tak menyukai rasa sepi, ia melarikan diri dari sepinya rumah yang ia tinggali dan bergabung dengan orang-orang aneh yang tinggal Sinchon Boarding House.



�Bulan madu?� Hae Tae bertanya ulang. �Itu karena Ayah dan Ibuku sudah bercerai.� Ujar Bong Yi, ia selaluuu mengakhir perkataannya dengan senyuman. �Wah, orang-orang di Seoul benar-benar menakjubkan.� Hae Tae bergeleng-geleng takjub. �Kau tau, di tempat kami, jika kau sudah menikah, kalian tidak boleh terpisah sampai kematian datang.� Chun Pyo sama takjubnya dengan Hae Tae. �Apa benar-benar sangat begitu menakjubkan? Di kelasku adalah 3 orang yang orang tuanya bercerai.� Balas Bong Yi. �Benarkah???� tanya Chun Pyo dan Hae Tae.



Melon yang dinikmati Re Ki terlalu lezat, air sari buah yang keluar saat ia menggigit melon tanpa sengaja membasahi paha Na Jung yang dijadikannya sebagai bantalan. Re Ki menghentikan diri untuk mengunyah, ia menunggu reaksi Na Jung. Tak ada respon apapun dari Na Jung, dengan pelan Re Ki mengusap bagian yang terkena sari melon dengan tangannya.



Na Jung terkejut, dengan berteriak sangat kencang ia menjambak rambut Re Ki. �Aku sudah bilang, jangan melakukan banyak hal dalam satu waktu!!!! Kalau kau makan, maka makanlah! Jangan makan sambil membaca!!!!!� �Maafkan akuuu.� Jerit Re Ki tak berdaya.



Chun Pyo, Hae Tae, Geu Re, dan  Bong Yi menyelamatkan piringan melon yang ada di hadapan Na Jung dan Re Ki yang tengah berkelahi. Precious Melon itu lebih penting dari apapun. Dengan tak mempedulikan teriakan yang saling sahut menyahut dari Re Ki dan Na Jung, Chun Pyo-Hae Tae-Geu Re-Bong Yi melanjutkan obrolan mereka. �Apa kau pernah naik pesawat?� tanya Chun Pyo pada Bong Yi. �Apa maksudmu, aku juga pernah naik pesawat.� Sambar Hae Tae.



�Maksudku apa kau pernah ke luar negeri?� Chun Pyo bertanya ulang. �Untuk pertandingan baseball, diadakan di Taiwan, Amerika dan Jepang.� Jawab Bong Yi. Yang lain menatapnya dengan kagum. Chun Pyo dan Hae Tae menodong banyak pertanyaan pada Bong Yi, pertanyaan yang sangat aneh. �Apa kau bertemu dengan orang asing di sana?� �Kapan pertama kalinya kau makan pisang?� �Kalau pizza? Kapan pertama kalinya kau makan pizza?� tanya mereka dengan sangat penasaran dan antusias. �Bagaimana bisa aku mengingat hal itu.� Bong Yi tergelak. Malam itu mereka lalui dengan kehangatan yang sama, yang berbeda, hanya buah melon yang lebih special dari gundukan emas bagi keluarga �Sinchon Boarding House�.




Ayah dan Ibu harus mengunjungi kampung halaman mereka. Hari ini adalah hari dimana kakak kandung Na Jung meninggal. Putra kesayangan Ayah dan Ibu, meninggalkan mereka tepat di tanggal 1 April. Baik Ayah, Ibu, Na Jung, juga Re Ki, mereka mencoba untuk tidak menampakkan rasa kesedihan mereka. Pagi-pagi sekali Ayah dan Ibu pergi, mereka sudah mempercayakan pekerjaan rumah pada Na Jung dan Re Ki akan sedikit membantu.




Na Jung pun bangun sangat pagi untuk bisa menyiapkan sarapan bagi para penghuni rumah kos yang masih tertidur pulas. Re Ki sudah terlebih dahulu melakukan semua itu. Pria itu sudah memasakkan nasi, mengantarkan Ibu dan Ayah ke terminal, semua dilakukannya di pagi-pagi buta, saat tak ada satupun yang bangun. Na Jung menemui Re Ki yang tengah membaca buku pelajaran dokternya, �Oppa-ya, apa kau yang memasukkan nasi ke dalam rice cooker?� tanya Na Jung. Re Ki menganguk, �Kenapa? Ada lagi yang bisa Oppa bantu?� Na Jung menggeleng, baginya semua yang dilakukan Re Ki di pagi-pagi buta itu sudah sangat cukup.



Kesedihan saat teringat kembali dengan kakak kandungnya, membuat Na Jung semakin menyembunyikan tangisnya. Saat tengah mencuci piring, Na Jung kesulitan untuk membuka kran air, Re Ki datang untuk membantu. Ia memutar keran itu seraya menggenggam tangan Na Jung. Re Ki memeluk Na Jung dari belakang, ia mencium rambut Na Jung. �Jung-ah, kau sangat baik. Kenapa aku selalu membuat kekacauan, padahal kau sangat baik. Jung-ah, apa kau ingin menikah dengan Oppa? Aku akan menjadi orang yang sangat baik.� Ujar Re Ki tanpa ragu, ucapan itu mungkin hanya sekedar bualan bagi Re Ki.



Tapi bagi Na Jung, semua yang barusan Re Ki katakan sangat menusuk. Na Jung bahkan tak menjawab apapun, tidak juga mencoba menjambak rambut Re Ki seperti yang biasa ia lakukan. Na Jung hanya terdiam kaku. �Oh, Girl. Kau bahkan tidak menjawab pertanyaanku. Ah, apa ibu membuatkan makanan untuk kita? Jung-ah, berapa banyak telur yang harus aku pecahkan?� tanya Re Ki. Na Jung menanggapi, �pecahkan berapapun yang kau mau.� Re Ki selalu tahu apa yang Na Jung pikirkan, mood yang Na Jung rasakan. Apa kali ini, Re Ki tak bisa mendeteksi kalau Na Jung sedang gugup karena ucapan Re Ki barusan?



Semua sudah bersiap untuk melakukan aktifitas hariannya masing-masing, Bong Yi berada di kamar bersama dengan Geu Re. Wajah Bonng Yi masih di penuhi dengan senyuman. �Ada apa?� tanya Geu Re heran. �Tidak ada apa-apa, hanya saja, semua orang di rumah ini sangat lucu. Kelak, bila aku dilahirkan kembali, aku berharap untuk menjadi seseorang yang lahir di daerah pedesaan.� Aww.. Bong Yi selalu berpikir bahwa orang-orang desa itu sangat innocent dan menggemaskan. Banyak hal baru yang ia dapat saat berkumpul dengan Chun Pyo, Hae Tae, Re Ki, dan Na Jung.


�Apa?� Geu Re mengerutkan keningnya, �Apa kau tidak tahu, semua orang ingin berada di posisimu, saat ini.� Bong Yi pun hanya tersenyum menanggapinya, ia lalu mengingatkan, �Bukankah hari ini jadwal kampusmu sangat padat?� Geu Re menarik selimutnya, ia tak bersemangat untuk mengikuti pelajaran di kampus, Geu Re selalu berpikir kalau ia salah mengambil jurusan. Ia tak ingin mejadi dokter, tidak juga cocok dengan dunia kedokteran yang dipilihnya. �Tidak.� Jawab Geu Re.




Seseorang mengetuk pintu kamar, dan orang itu adalah Sseu Re Ki. Ia hendak menyuruh Geu Re untuk bergegas pergi ke kampus, bahkan mengancam. �Kau harus ke kampus kalau kau tidak ingin mati di tanganku.� Ujar Re Ki, ia belum juga pergi dari depan pintu sebelum Geu Re mengikuti apa yang baru saja dikatakannya. Dengan ragu, Geu Re mematuhi, �Oke, Hyung.� Bong Yi hanya tersenyum melihat Geu Re dan mencoba untuk menyemangatinya, �Hati-hatilah, belajar yang rajin.�



Re Ki mencari-cari sepatu yang biasa ia gunakan, tapi tak ada di rak sepatunya. �Na Jung, sepatu Oppa dimana??� Na Jung menyahuinya dengan nyaring, �Sedang aku cuci, pakailah yang lain.� �Na Juuuung, sandal yang biasa Oppa pakai dimana?� tanya Re ki lagi. Dengan seruan keras Na Jung menjawab dari kamar mandi, �Di sana tidak ada?!! Pakai saja yang lain. Kau kan punya sepatu baru, Oppa.�




�Ah, kalau aku memakai sepatu yang baru, kakiku akan sakit.� Keluh Re Ki, ia kemudian mengambil sepatu baru yang dimaksud oleh Na Jung. Sepatu putih bersih yang masih sangat baru. Geu Re dengan polosnya menginjak-injak sepatu baru Re Ki dengan pelan, �Sunbae, sepatu baru itu memang sedikit sangat tidak nyaman bila dipakai pertama kali, jadi mereka selalu bilan kalau kita perlu menginjaknya beberapa kali. Setiap kali Bong Yi mendapatkan sepatu baru, ia selalu mendapat masalah�� Geu Re hanya melakukan tradisi, menginjak-injak sepatu yang masih sangat baru itu. Dengan candaan, Re Ki mengomel, �Apa yang kau lakukan?? Ini sepatu merek baru.� Ia merangkul Geu Re dan memukul pelan kepala Geu Re. Cute~




Bong Yi sudah berpakaian rapih, hari ini ia siap untuk berlatih baseball, juga beberapa hari lagi ia akan tinggal di asrama khusus untuk pemain baseball�yang akan bergabung di team Nasional. Saat ia keluar dari pintu, Na Jung menyapanya dengan datar. �Sudah mau berangkat? Sebaiknya makan siang dulu.� Ujar Na Jung. �Haruskah?� tanya Bong Yi dengan senyuman. �Makan siang dulu. Didihkan air sekarang juga, kemudian rebus Ramyeon.� Jawab Na Jung. �Ta.. ta.pi.. akuu..� Bong Yi harus segera berangkat tapi ia malah disuruh untuk memasakan Ramyeon oleh Na Jung. Bong Yi kira, Na Jung akan menyiapkan makanan untuknya, tapi malah sebaliknya.




Ramyeon sudah matang, Bong Yi berbagi ramyeon itu bersama dengan Na Jung. Na Jung memakan Ramyeon dengan lahap, sedangkan Bong Yi hanya memperhatikan Na Jung. �Ini adalah Ramyeon terlezat yang pernah aku makan.� Puji Na Jung dengan bahasa daerahnya yang kental, ia juga terbiasa berbicara saat mulutnya dipenuhi makanan. �Kau bilang masakanku enak, kan?� tanya Bong Yi yang tak mengerti arti kata daerah yang barusah Na Jung katakan. �Aku sudah memasak Ramyeon bertahun-tahun. Memasakan ramyeon untuk pelatih, untuk senior, juga untuk junior ku dalam team. Kira-kira aku sudah memasak ramyeon dari kelas 3 sd.� Ujar Bong Yi. Bong Yi masih memperhatikan Na Jung. �Benarkah?� tanya Na Jung.



�Sepertinya kau sudah bekerja seharian.� Komentar Bong Yi pada Na Jung yang terlihat sangat lelah. �Benarkah?� tanya Na Jung lagi, tak memiliki niat untuk memberikan respon apapun. Bong Yi tergelak, ia baru menemukan species wanita baru yang bila diajak berbicara hanya menanggapi pembicaraan itu dengan kata �benarkah�. �Hey, mengapa kau selalu mengatakan �benarkah� di setiap akhir pembicaraan. Ada banyak hal yang benar ada juga hal yang salah. Jadi, tidak semuanya benar.� Ujar Bong Yi dengan masih terpingkal-pingkal. �Benarkah?� balas Na Jung lagi. Bong Yi semakin tergelak, padahal Na Jung tengah memasang wajah liar.




�Mengapa setiap kali melihatmu aku merasa terhibur?� tanya Bong Yi, pertanyaan tulus yang ia lontarkan. Na Jung menatap Bong Yi dengan tak bersahabat, semakin membuat Bong Yi tergelak. Ini moment singkat dari Bong Yi dan Na Jung. Chemistry di screen heaven pake banget. Walaupun mereka berbicara sedikit, Bong Yi berhasil membagi rasanya dengan tulus. And that�s cute.

Na Jung selalu menggunakan dialek kental dari daerahnya. Kadang satu bahasa bisa berubah menjadi arti lain, sesuai dengan penggunaan secara umum di daerah tersebut. Bagi Na Jung arti dari �Ddal-ddal� adalah alas kaki/sandal, tapi bagi orang-orang Seoul seperti Bong Yi, arti �Ddal-ddal� adalah masturbation. Gahahaha.




Na Jung mencari-cari sesuatu, ia menelusuri rak sepatu yang berada di depan pintu. �Mana ddal-ddal Oppa?� gumam Na Jung pada dirinya sendiri. Bong Yi yang hendak pergi berlatih setelah selesai memasakkan ramyeon untuk Na Jung, ia bertanya saat melihat Na Jung kebingungan, �Apa yang sedang kau cari? Apa ada sepatu yang hilang?� tanya Bong Yi. �Ddal-ddal milik Oppa hilang. Padahal ddal-ddal itu paling disukai oleh Oppa.� Jawab Na Jung dengan tak menghiraukan apapun. Mendengar kata �ddal-ddal� Bong Yi tersipu-sipu, ia segera berdiri dan memperhatikan Na Jung. Na Jung masih tetap saja mencari-cari sepatu itu dengan menyebutkan kata �ddal-ddal� beberapa kali. Seraya memperhatikan Na Jung, Bong Yi hanya bisa menahan tawanya. Cute~~


Hae Tae selalu mendapat telepon dari ibunda, setiap kali kejadian mengenaskan yang terjadi di Seoul disiarkan dalam berita. Ibu Hae Tae selalu merasa khawatir, ia takut terjadi hal yang tidak-tidak pada anaknya yang tinggal jauh dari dirinya. Ini sudah yang ke 4 kalinya, Ibu Hae Tae menelpon Hae Tae, lantaran terdapat 4 berita mengenaskan yang disiarkan di televisi, dua berita tentang kebakaran dan gedung runtuh dan yang lainnya adalah tentang pembunuhan. Semua kejadian yang disiarkan di dalam berita terjadi di kota Seoul dalam waktu yang bersamaan.



�Ibu, aku baik-baik saja. Seoul itu sangat besar, dan tidak terjadi apa-apa padaku. Ibu berhenti mengkhawatirkan hal-hal yang tidak penting.� Ujar Tae Hae. Tapi ibu tetap merasa khawatir, ia menyuruh Hae Tae untuk menjaga dirinya sendiri karena saat ini Ibu tidak bisa menjaganya. Ibu bertanya, �Apa kau sudah memakan semua manisan yang ku kirimkan?� tanya Ibu lagi. Hae Tae mengiyakan dengan cepat, padahal manisan itu masih utuh dan belum dimakannya sama sekali. �Kalau kau menginginkan apapun, bilang saja pada ibu, ibu akan segera mengirimkannya.� Ibu sangat menyayangi Hae Tae. Tidak seperti Bong Yi, Bong Yi harus meminta pada Ibunya untuk membuatkan kimchi kesukaannya, tapi Hae Tae, ia tidak perlu meminta, ibunya bahkan menawarkan dan menanyakan. Lucky Hae Tae.


Tersiar berita tentang bocornya gas di sebuah apartement di daerah Suncheon, Provinsi Jeolla, kampung halaman Hae Tae. Hae Tae yang tanpa sengaja menonton berita tersebut. Kekhawatiran yang pernah dirasakan Ibu sekarang bergantian dirasakan oleh Hae Tae. Apa ibu Hae Tae baik-baik saja. Hae Tae segera bangkit dan menelpon sang Ibu. Ia sudah mencoba beberapa untuk menghubungi ibu tapi tak ada jawaban apapun. Ia mencobanya berulang-ulang, sampai suara ibunya yang hangat menyapa Hae Tae. �Ibu, kenapa mengangkat teleponnya lama sekali?� Hae Tae sangat amat khawatir, �Apa yang terjadi? Ibu tidak apa-apa? Aku hampir gila karena mengkhawatirkan ibu.� Ibu heran lalu bertanya, �ada apa? Aku baik-baik saja.�

�Aku dengar sesuatu terjadi di daerah SunCheon.� Ucap Hae Tae. �Omo omo.. Anakku menkhawatirkan sekarang. Tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja. Suncheon juga wilayah sangat besar, sama seperti Seoul. Ada kebocoran gas di daerah dekat rumah kita, tapi kami baik-baik saja. Oya, apa kau sudah makan? Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu, ibu akan mengirimkannya nanti. Kau tau, ibu mengambil rempah-rempah segar untuk makanan itu di pagi-pagi ibu. Dan ibu tidak akan membiarkan ayahmu untuk memakannya.� Setelah mengucapkan salam, Hae Tae menutup teleponnya. Ia mengambil manisan yang dibuatkan ibu, dengan menggunakan tangan, ia memakan semua manisan itu.



Na Jung menyiapkan makan malam, masakannya cukup lezat hingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu memakannya dengan lahap. Re Ki baru saja datang, dan ia menyadari sesuatu, topi yang digunakan Na Jung. Topi itu dipakai Na Jung untuk menutupi matanya yang sembab karena menahan tangis. Na Jung merindukan kakak kandungnya, ia tidak bisa ikut bersama Ayah dan Ibu ke makam kakak kandungnya itu. Re Ki yang mengerti keadaan Na Jung, segera menghampirinya.



Re Ki mengecek suhu badan Na Jung, �Kau sakit.� Ujar Re Ki. �Aku bilang kau sakit.� Ia mendorong Na Jung dan menyuruhnya untuk pergi ke kamar, beristirahat. �Cuci piringnya setelah makan, okay?� pinta Re Ki pada Chun Pyo, Geu Re dan Bong Yi. Mereka mengiyakan.



Di dalam kamar, Na Jung membaringkan diri. Ia menangis dalam tidurnya, saat ia memegang bantal yang digunakannya, ternyata bantal itu adalah sebuah boneka anjing laut. Na Jung langsung mengetahui siapa yang memberikan boneka anjing laut itu. Pasti Oppa-ya.




Ia segera berlari ke dalam kamar Re Ki, menjatuhkan diri ke atas kasur dan menyelimuti dirinya sendiri. �Oppa-ya, apa kau yang memberikanku boneka anjing laut itu?� tanya Na Jung dari balik selimut. �Kenapa? Sama persis dengan yang kau punya kan?� Jawab Re Ki. Na Jung tak merespon apapun. �Apa kau ingin tidur di sini? Haruskah Oppa pindah ke kamarmu? Ah, kau harus meminum obat sebelum tidur.� Re Ki mendekati Na Jung dan memberikan obat. Sweet~



�Oppa�� panggil Na Jung. �Apa?� tanya Re Ki. �Oppaa..� panggil Na Jung lagi, kata-katanya terganjal. �Ada apa? Jika tidak ada lagi yang ingin kau katakan, pergilah tidur.� Jawab Re Ki. �Oppa.. Aku.. menyukai Oppa. Aku bilang aku suka Oppa.� Akhirnya kata-kata itu keluar dari diri Na Jung. Re Ki terkejut mendengarnya. �Oppa, aku menyukaimu. I like you. I love you.� Na Jung memastikan bahwa kata-kata yang diucapkan itu terdengar oleh Re Ki, ia harus mengulanginya beberapa kali.




Re Ki terkejut, tapi kemudian mencubit pipi Na Jung, �Apa kau ingin mati.� Tiba-tiba saja Re Ki tertawa terpingkal-pingkat, �Apa kau pikir aku tidak tahu bahwa hari ini adalah April Fool? Ah, kau ini.. Membuatku kaget saja, wow.. apa kau tau betapa kagetnya aku??� Cubitan di pipi Na Jung semakin mengeras, dan tawa Re Ki semakin memenuhi sudut ruangan itu. Tapi bagi Na Jung, semua rasa suka yang ia ungkapkan itu adalah sesuatu yang tulus. Tanggal 1 April, hari itu, tepat di saat kakak kandung Na Jung meninggal, juga menjadi hari bersejarah, karena perasaan sayangnya ditolak secara halus oleh Re Ki.



Na Jung yang hidup di tahun 2013 mengatakan, �Semua hari rasanya seperti hari saat April Fool dirayakan. Kematian yang juga seperti sebuah kebohongan. Pengakuan rasa sukaku yang berakhir seperti kebohongan. Dari banyak kemungkinan yang terjadi, semuanya berakhir seperti itu. Sebenarnya tidak ada yang berbohong. Jadi, tidak ada juga yang merasa terbohongi. Aku rasa, April Fool itu benar-benar sangat menyakitkan. 10.000.000 kali menyakitkan dari pada dibohongi. Tapi yang lebih menyakitkan adalah kenyataan yang lebih kejam dari kebohongan itu sendiri.�



Ayah membawakan ayam goreng untuk anak-anak rumah kos-nya. Mereka memakannya dengan lahap. Ayah mengomentari tentang nama Chun Pyo yang sama sekali tidak sesuai dengan wajahnya, �Ayah, namaku itu sangat sesuai dengan wajahku. Namaku adalah Kim..� kata-kata Chun Pyo terputus oleh Hae Tae  yang menyuruhnya untuk mengambilkan saus.



�Hei, kalian memang benar-benar sepupu yang sangat identic. Bahkan nama kalian pun sama.� Ujar Hae Tae pada Geu Re dan Bong Yi. �Ibu kami menikahi pria yang memiliki nama belakang yang sama. Jadi nama kami pun hampir sama.� Jawab Bong Yi dan Geu Re.



Geu Re meminta Bong Yi untuk mengambilkan saus, tapi Bong Yi tak juga mendengar panggilan Geu Re, �Chil Bong, ambilkan aku saus. Chil Bong-ya..� Bong Yi tak menengok, ia sibuk tertawa dengan Chun pyo dan Hae Tae. Hingga pada akhirnya, Geu Re memanggil nama asli Bong Yi, �Hey, Joon?!!!� panggil Geu Re. Di panggil dengan nama �Joon� Chil Bong Yi pun akhirnya menyahuti panggilan itu, �Huh? Iya?� tanya Bong Yi.

Bing Geu Re, Chil Bong Yi, nama itu bukanlah nama asli mereka. Itu nama panggilan. Nama asli dari keduanya hampir mirip, karena ibu mereka menikahi pria Seoul dengan nama akhir yang sama pula yaitu �Joon�. Nama alis Chun Pyo pun bukan Sham Chun Pyo, itu juga nama panggilan, Chun Pyo memiliki nama depan �Kim�. Dan Oppa-ya, atau Re Ki, juga sama, ia memiliki nama depan �Kim�. So, which one is the husband?

Bersambung Sinopsis Reply Me/Answer Me episode 5
Preview Episode 5


Re Ki : �Tidak perlu menggunakan kata-kata yang panjang untuk mengungkapkannya, pandangan mata itu. Pandangan yang mengatakan bahwa aku juga mencintainya, hal itu sudah lebih dari cukup.�
Selalu ngerasa teduh tiap kali nonton drama ini. Why? ^3^



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners