Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 2

Translate this Article...


October, 2013. 
Sangam-dong, Mapo-gu, Seoul.


Na Jung menghampiri deringan pintu. Lima pria berjas rapih tengah menunggu agar di perbolehkan masuk. Senyum kelimanya membuat Na Jung tersenyum hangat. �Bagaimana bisa mereka datang bersamaan seperti itu.� Gerutunya sebelum membukakan pintu rumah. �Kopinya mana?� Na Jung menagih. Kelima pria tampan itu menyodorkan kopi yang di pegangnya masing-masing, seraya tersenyum. Dan klik!
Na Jung berbisik, �Di antara kelima pria ini. Suamiku� adalah�.yang itu.�

THE DRAMA REALLY KNOWS HOW TO PLAY HIDE AND SEEK. DAMN!!

Sinopsis Reply Me/Answer Me 1994

Sham Chun Pyo, pria berusia 20 tahun yang wajahnya terlihat 3 kali lipat lebih tua dari kebanyakan pria muda lainnya. Ia sampai di Seoul, menetap di rumah kos yang dipenuhi oleh manusia bersifat alien. Ini tak seperti kehidupan Seoul yang pernah ia bayangkan. Shan Chun Pyo yang hidup di tahun 2013, kembali mengenang masa-masanya di tahun 1994. Tahun penuh kenangan, kehangatan, kebisingan. �Ini sudah hari ke 10 sejak aku datang ke Seoul. Hidup dengan orang asing yang tidak pernah aku temui selama aku hidup. Aku makan bersama mereka, menggunakan kamar mandi yang sama pula.�



�Tertidur dengan saling bersentuhan kulit dengan orang asing yang sama sekali tak pernah aku temui di hidupku. Rumah yang penuh keasingan di kota yang asing dengan orang-orang yang asing juga. Seperti musim semi yang datangnya tiba-tiba. Tempat ini masih asing, rumah pertama kami di Seoul. Shin Chon Boarding House.�

 Maret, 1994.
Sham Chun Pyo masih tidak terbiasa dengan kehidupan di Shin Chon Boarding House. Mereka bukan saja selalu menggunakan suara tinggi ketika berbicara satu sama lain. Kamar mandi di rumah kos ini juga benar-benar digunakan untuk umum. Siapapun boleh masuk, tak peduli sedang mandi atau sibuk buang air besar. Chun Pyo yang sedang asik menikmati hangatnya air Seoul, tiba-tiba di kejutkan oleh Hae Tae yang membuka pintu kamar mandi. Dengan mata yang masih rapat, Hae Tae menyapa Chun Pyo. 



Selesai Hae Tae membersihkan wajahnya, ia keluar. Chun Pyo belum bisa menikmati mandi paginya lagi, karena Sseu Re Ki datang. Dengan tanpa bersalah, Re Ki mengucapkan selamat pagi dan matanya melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki Chun Pyo. Bagian terpenting dari apa yang dilihat Re Ki adalah, sesuatu yang tengah ditutupi Chun Pyo dengan kedua tangannya. Re Ki memberi komentar, �Wah, you�re awesome.� Hmpff. Pervert trash Oppa~~



Ayah mengomentari Chun Pyo yang selalu rapih, tak terbiasa melihat orang-orang yang berpakaian rapih dan hidup teratur. �Mengapa pria itu selalu mandi pagi-pagi sekali? Apa bila ia tidak mandi, hantu-hantu akan mengejarnya?� Ayah berbisik pada Ibu. �Kau pasti sangat kesusahan sekamar dengan pria rapih seperti dia.� Ungkap Ayah pada Hae Tae.


Na Jung risih dengan Re Ki yang kebiasaannya membaca komik sambil sarapan tak pernah hilang. Ia menatap kesal ke arah Re Ki. Di tatap seperti itu, Re Ki menggerutu seraya menutup buku komiknya dengan cepat. �Aighs, kau ini benar-benar membuatku sakit.� Na Jung masih tetap menatap Re Ki, Re Ki yang tak mengerti ditatap seperti itu langsung bertanya, �Ada apa lagi?!!�



�Oppa, bukankah kau bilang kalau hari ini ada training. Kau harus mengikuti training itu jam 8, bukan?� Na Jung mengingatkan. �Oh, shit!� Re Ki berdiri tegak lalu berlarian mengambil barang-barang untuk bersiap pergi. Hari ini, kelasnya mengadakan training di rumah sakit, ia tak boleh telat. 



�Na Jung ah!!� Teriak Re Ki dari ruangan yang berbeda. Na Jung menjawab teriakannya tanpa bertanya, �Kacamatamu ada di dekat sandaran TV!� jawab Na Jung. Sedetik kemudian, Re Ki kembali menyaringkan suaranya, �Na Jung ah!!� Na Jung memutar bola matanya, �Kau tidak membawa tasmu pulang kemarin. Dompetmu ada di kantong belakang celana jeans!!�


Chun Pyo tak ingin sekamar dengan Hae Tae, bisakah ia menyewa kamar lain. Chun Pyo ingin menetap sendirian di kamarnya, tak ingin ada orang lain yang menganggu. �Apakah kamar itu di sewakan?� tanya Chu Pyo pada Ibu, ia menunjuk kamar kosong yang berada tak jauh dari kamarnya. �Kamar itu selalu di huni oleh orang-orang aneh. Tak ada yang bertahan lama di sana.�

Satu kamar itu memang selalu di tempati oleh orang-orang yang sangat menjengkelkan. Setiap orang yang menghuni kamar satu tempat tidur itu selalu di tendang keluar oleh Ayah dan Ibu. 


Hari pertama, single room itu ditempati oleh seorang calon perwira militer. Ibu sangat senang rumah kosnya dihuni oleh orang berpangkat seperti pria itu. Tapi Hae Tae dan Chun Pyo tak ingin orang itu ada di rumah kos, karena pria itu setiap malam selalu menyelinap ke kamar Chun Pyo dan Hae Tae.


Pria militer itu menumpang tidur di kasur empuk berselimut tebal milik Chun Pyo. Kepala botaknya menyelinap di tengah-tengah selimut, hingga membuat Hae Tae dan Chun Pyo merinding. Tak lama, Ibu dan Ayah memutuskan untuk mengusir pria militer.


Hari berikutnya, single room kembali dihuni oleh orang baru. Seorang calon produser. Awalnya baik-baik saja, sikap calon produser itu tak seaneh penghuni single room sebelumnya. Tapi� Pagi itu, sesaat setelah sarapan pagi, pria calon produser menyiapkan 6 gelas kopi di gelas dengan warna yang berbeda. Ia menyajikannya pada Ayah dan Ibu, menyuruh mereka untuk mencicipi kopi buatannya. �Omo.. Baik sekali kau.� Ungkap Ibu seraya menyeruput kopinya. Rasa kopinya sangat nikmat, ibu memuji, �Enak sekali.�



Giliran Ayah, ia mengambil gelas yang berada di bagian tengah, �Kau membuat kopinya banyak sekali. Apa rasa masing-masing kopinya berbeda?� Ayah meneguk kopi pilihannya, tapi bau kopi itu aneh dan rasanya juga� sangat aneh. Ayah memuncratkan semua kopi yang ia minum. �Deng!!!� seru pria calon produser itu. Ternyata pria itu terobsesi pada variety show 1 night 2 days. Di variety show itu, semua peserta di haruskan meminum satu gelas dari beberapa gelas pilihan. Satu dari gelas yang disajikan adalah air campuran saus ikan dan jus. Iugh.


Hari berikutnya, seorang pria datang untuk menyewa. Ibu langsung menyuruhnya pergi ketika melihat pria itu bisa melayang dan semua benda di sekelilingnya terhenti. Weird.


Ibu lalu mengumumkan, �Kemarin ada seseorang yang ingin menyewa kamar itu. Ia dari desa, aku memilihnya karena ia terlihat sangat manis. � Jawab Ibu. The sweet boy. See, Baro here. And Yoo Yun Suk. Sweet boy is sweet.


Di pertandingan basket, Na Jung berteriak menyorakkan semangat pada Lee Sung Min. Permainan berjalan selama berjam-jam, dan selama itu pula Na Jung berdiri, meloncat-loncat, berteriak, memaki-maki, bergoyang heboh. Sampai tulang belakang punggungnya terasa sangat sakit, tak mempedulikan rasa sakit di punggungnya, Na Jung tetap melakukan aksi heroik ala penggemar. 


Semua demi Oppanya, Lee Sang Min. Na Jung percaya dengan sepenuh hati, bahwa dukungan dan sorakkannya ini akan membawa keberuntungan pada tim Lee Sang Min. Tapi, keberuntungan malah tak berpihak pada Na Jung. Na Jung terjatuh, ia tergeletak di lantai karena bagian tulang punggung belakangnya terasa sangat sakit, ia tak bisa lagi menggerakan badannya. Kakinya disangkutkan di atas tempat duduk, ia merintih.



Na Jung tak bisa menggerakkan punggungnya, dokter mengatakan kalau ia harus berbaring dan meminum banyak obat sampai tulang belakangnya terasa tak sakit lagi. Re Ki menjaga Na Jung malam itu, ia mengelus rambut Na Jung sampai Na Jung terlelap. �Aku belum mengantuk.� Lirih Na Jung saat Re Ki menghentikan usapannya. �Hei, kalau punggungmu sakit, kenapa kau pergi menonton pertandingan basket?� tanya Re Ki dengan nada datar, tapi ia penuh dengan kekhawatiran. �Kau tau, kalau kau perlu di operasi bila bertambah parah. Apa kau mau memakai alat bantu di usiamu yang ke 20 ini?�


Na Jung membenarkan posisi kepalanya, �Apa yang harus aku lakukan? Pertandingan itu kan sekali seumur hidup.� Jawab Na Jung. �Kau juga hanya punya punggung satu selama hidupmu, tau?� Re Ki menjitak pelan kepala Na Jung. �Oppa, tutup kain jendelanya agar aku bisa tidur.� Pintu Na Jung. Re Ki malah menutup mata Na Jung dengan telapak tangannya. �Ini.. Ini.. Aku sudah menutup kain jendelanya. Sekarang gelap kan? Nah, tidurlah.�



Na Jung merengek lagi, �Oppa, susu. Tolong ambilkan aku susu hangat. Aku akan tidur kalau aku sudah minum susu.� Re Ki menjawab dengan keluhan, �Apa aku ini pembantumu? Kau ini menyuruh kakakmu saja.� Na Jung hendak mengadu pada Ibu, �Ibuuuu!� panggil Na Jung. Tapi Re Ki segera berdiri, �Seharusnya aku menutup mulutmu.� Ungkap Re Ki. �Ibuuuu!!� rengek Na Jung. �Ibuu. Aku sakit tapi Oppa menjahiliku.� Re Ki bergegas mengambilkan susu untuk Na Jung. Ha. Cute Oppa~


Ada satu hal yang membuat Chun Pyo dan Hae Tae tidak akur. Setiap malam seperti anjing dan kucing, keduanya selalu tak henti-hentinya bertengkar. Chun Pyo kesal karena Hae Tae masih saja sibuk bermain computer, memainkan permainan kata. Ia sangat tergila-gila pada permainan itu, terobsesi untuk mencapai level tertinggi dan mendapatkan point besar. 



Sedangkan Chun Pyo, ia tak bisa tidur, karena lampu kamar tetap menyala dan suara ketikan keyboard yang sangat bising. Setiap malam, keduanya adu mulut. Chun Pyo merasa tak nyaman. Ketidaknyamanan itu ia utarakan lagi saat ia hidup di tahun 2013. Chun Pyo yang berada di tahun 2013 menceritakan perasaannya tentang pertemanannya dengan Hae Tae, pertengkaran itu tak akan berjalan berlarut-larut, karena mereka akan menjadi sangat akur dan saling membantu satu sama lain. 

�Ibu sangat mengkhawatirkan kehidupanku di Seoul. Hal itu karena aku tak pernah sekalipun tidur di kamar yang sama dengan orang asing. Aku bahkan tidak pernah tidur dengan orang tuaku. Yang terburuk adalah, teman sekamarku itu adalah orang pertama yang berasal dari provinsi Jeon Ra Do. Orang pribumi provinsi lain yang baru pertama kali aku temui. Seorang teman yang melakukan banyak hal. Ia melakukan apapun sesuai dengan keinginannya. Ia juga sangat penasaran pada sesuatu. Sebuah permainan kata di computer, Italy�s beautiful city of water, venice. Itulah kenapa alasan kita tidak bisa tidur tiap malam. Alasan kenapa kita tidak bisa menjadi teman.�



Topik yang dibahas saat sarapan pagi adalah tentang masa depan Na Jung. Tulang belakang punggung Na Jung yang selalu membuatnya sakit dan harus berbaring seperti mayat hidup itu, nantinya akan benar-benar menyusahkan. Bagaimana kalau Na Jung tidak bisa menikah karena masalah punggungnya itu. �Bukankah punggung adalah hal yang paling penting?� Ayah menatap ibu dengan genit. �Kalau punggung anak perempuan kita seperti itu, pria malang mana yang mau menjaganya.� Ayah mendesah prihatin.


Ibu berbisik pada Ayah. Tentang gossip yang tersebar di lingkungan perumahan itu. �Sebuah rumah kos beberapa blok dari rumah kita ini, mereka memiliki 3 anak perempuan dan ketiga-tiganya menikahi pria yang menetap di rumah kos mereka. Anak perempuan yang pertama menikahi seorang hakim. Anak perempuan yang kedua menikahi seorang prosecutor. Dan yang terakhir, menantu mereka adalah seorang pengacara.� Ayah dan Ibu saling tertawa aneh. Mereka meniliki nasib Na Jung. �Mereka benar-benar melakukan hal yang terbaik bukan.�


�Bagaimana kalau kita menjodohkannya dengan salah satu anak-anak pria yang menetap di sini.� Ibu mencetuskan ide cemerlangnya itu dengan berbinar-binar. �Kalau dilihat dari sisi samping, Na Jung kita juga sangat cantik. Turunan dariku.� Ayah memuji diri sendiri. Mulai saat itu, Ayah dan Ibu membuat daftar kandidat penghuni pria yang akan dijodohkan dengan Na Jung. Guess who?


Kandidat pertama adalah Hae Tae.
Asal : Joleyah Dong, Soon Cheon City, Jeolla Namdo
Nama panggilan : Hae Tae
Jurusan : Computer Enginer
Latar belakang : Anak pertama dari president perusahaan bus terbesar di Soon Cheon.

Kandidat kedua adalah Chun Pyo.
Asal : Dongkeum Dong, Sam Cheonpo City, Gyeongnam
Nama panggilan : Chun Pyo 
Jurusan : Computer Enginer
Latar belakang : Anak dari pemilik kapal layar terbesar di Sam Cheopo



Hari ini kelas Chun Pyo dan Hae Tae mengadakan blind date. Mereka akan dipertemukan dengan beberapa gadis cantik dari universitas khusus perempuan, semua gadis yang ada dalam daftar blind date berada di jurusan dance. Chun Pyo dan Hae Tae sudah membayangkan, betapa cantiknya pasangan mereka nanti. Di kelas, Hae Tae mengomentari Chun Pyo yang sangat wangi, �Apa kau memakai cologne? Lihat sepatumu juga baru. Chun Pyo menjawabnya, �Aku juga berencana untuk tidak terlalu menyiapkan diri untuk bertemu mereka. Tapi, kau tau, mereka itu kan dari jurusan tari. Kapan lagi aku punya kesempatan untuk bertemu mereka.�



Hae Tae memohon agar ia bisa dipinjami buku untuk difoto copy pada Chun Pyo. Chun Pyo menolak karena nanti buku barunya akan rusak bila dilipat-lipat saat difoto copy. Hae Tae mengancam, �Oh, sepertinya nanti temanku akan menginap di kamar kita. Ia orangnya sangat kotor, tidak tau kebersihan.� Mendengar hal itu, Chun Pyo sudah merasa gelisah, ia tidak suka dekat-dekat dengan orang yang kotor. Akhirnya, dipinjamilah buku pada Chun Pyo.



Blind date berjalan sesuai dengan rencana bagi Hae Tae, ia mendapatkan pasangan yang sangat manis.


Tak begitu beruntung, Chun Pyo berpasangan dengan wanita berwajah standar, padahal Chun Pyo sudah sangat bahagia dengan angan-angannya bahwa ia akan mengencani seorang wanita cantik. Tapi kenyataan tak berpihak padanya. Hihi.


Kali ini giliran Chun Pyo yang memohon pada Hae Tae agar bisa melakukan kencan buta bersama. Double blind date itu dilakukan di KFC.  Chun Pyo dan Hae Tae adalah orang pinggiran yang baru datang ke Seoul, tak ada KFC di kampong mereka, jadi ini kali pertama mereka makan bersama di tempat asing.



Kencan buta tak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, Chun Pyo dianggap sebagai seorang guru karena wajahnya terlalu tua untuk umurnya yang baru 20 tahun. �Dia ini baru berumur 20 tahun, sama seperti kita. Mahasiswa baru.� Hae Tae menjelaskan. Kedua perempuan itu tertawa mendengarnya. Chun Pyo dan Hae Tae memesankan makanan untuk para gadis. Mereka mengingat-ingat makanan yang ingin dimakan oleh pasangan mereka masing-masing.


�Ini pertama kalinya aku mendengar makanan itu dalam hidupku.� Kata Hae Tae saat mereka mengantri makanan. �Tidak ada KFC di kampung halamanmu juga kan?� Chun Pyo mengangguk dengan polos. Hae Tae mendorong-dorong Chun Pyo untuk memesan makanan aneh yang baru saja disebutkan oleh pasangan mereka. �4 zinger burgers. 4 gelas cola. 4 french fries. 4 corn salads.� Chun Pyo menyebutkan daftar makanan yang akan mereka makan dengan kaku, lidahnya sulit untuk mengucapkan nama makanan itu.


Pasangan mereka berkata, �Kita juga bisa memesan tambahan biscuit.� Chun Pyo dan Hae Tae berpikir keras, harus berapa banyak biscuit yang harus mereka pesan. Chun Pyo dan Hae Tae memiliki pengertian yang sama tentang �biscuit�. Mereka kira, biscuit adalah makanan ringan yang harus dipesan dalam porsi banyak. �Karena ada 4 orang, kalau setiap orang memakan biscuit 5 makan 4 kali lima adalah 20. Kami pesan 20.� Jawab Chun Pyo setelah mengkalkulasikan perhitungan biskuitnya.



Hae Tae menjawab, �Ya! Satu orang itu setidaknya harus makan 10 biskuit, kau bodoh.� Hae Tae menjitak kepala Chun Pyo. �Kami pesan 40 biscuits.� Kata Hae Tae setelah memain-mainkan mesin sedotan. 


Hasilnya�. Setumpuk roti besar dengan jumlah 40 memadatkan meja mereka. Suasana bertambah kacau, dan rasanya sangat memalukan bagi Chun Pyo dan Hae Tae. Sangat terlihat kalau mereka baru pertama kali datang ke tempat seperti itu. Ha.

Chun Pyo yang hidup di tahun 2013 menyimpulkan kencan buta pertama yang dirinya dan Hae Tae lakukan di tahun 1994. �Seperti itulah kencan buta pertama kami. Berkencan dengan gadis dari jurusan perdagangan bukan dari jurusan dance. Kencan buta ini.. seperti itu.. gagal.�


Di rumah, Na Jung terbaring di kasur, perutnya lapar dan sialnya tidak ada satupun orang di rumah itu. Ibu harus mengurus urusan prosedur rumah mereka. Ayah memiliki jadwal melatih baseball. Semua orang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Na Jung juga sulit untuk berdiri, alhasil, satu-satunya cara untuk bertahan dari kelaparan adalah.. merayap. Seperti ular, ia menggeliat di lantai, merayap untuk bisa mendapatkan makanan.



Sesakit apapun, Na Jung harus tetap menonton Lee Sang Min Oppa. Dengan berbaring, Na Jung menonton pertandingan basket tepat waktu. Ia juga berhasil memesan mie, melahapnya sampai habis dengan focus mata tetap pada televisi yang menyiarkan pertandingan basket. Beberapa menit kemudian, perut Na Jung terasa sakit, ia harus ke toilet. Lagi-lagi, Na Jung merayap untuk mencapai toilet. 



Na Jung berhasil mencapai pintu toilet. Ia menyandarkan dirinya, dengan bantuan tembok, Na Jung mencoba untuk berdiri agar bisa masuk ke dalam toilet. Tapi malangnya, Na Jung yang sial, terpeleset saat mendengar tim Lee Sang Min Oppanya mendapat kesulitan. Na Jung meringkih dalam posisi tergeletak tak berdaya.



Na Jung harus mempersiapkan diri untuk melakukan operasi. Ia tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat penawar sakit, karena obat-obatan yang dikonsumsi Na Jung pra-operasi sudah sangat banyak dan dosisnya pun cukup berat. Untuk itu, dokter tak memberikannya obat penawar sakit. �Untuk malam ini, Na Jung harus menahan rasa sakitnya. Bila besok rasa sakit masih berlanjut, kami akan membicarkan ulang tentang penggunaan obat penawar sakit tersebut.� Jawab dokter yang menangani Na Jung pada Ibu.


Na Jung menahan rasa sakit di punggungnya. Tulangnya terasa sangat sakit, seperti di tusuk-tusuk paku. Ibu juga harus pulang karena anak-anak kos nya akan mati kelaparan bila ia tidak memasakan makanan. Malam itu, ia merasakan rasa sakitnya sendirian. Na Jung membolak-balikkan badannya, ia gelisah, karena rasa sakitnya tak kunjung hilang. Air matanya perlahan mengalir karena ia tidak bisa merintih, terlalu sakit.



Seseorang membuka pintu ruang inap Na Jung. Seorang pria yang menggunakan jas putih, seorang dokter, pria itu membawa secangkir minuman, namun ia memakai sandal bukan sepatu. Pria berjas putih itu mendekati Na Jung, setelah menaruh cangkir minuman dan sebuah kaset di atas meja dekat kasur. �Apa sangat sakit?� tanya pria berjas putih yang ternyata adalah, Sseu Re Ki, trash Oppa. Na Jung mengangguk pelan. �Tidak bisa tidur juga?� tanya Re Ki. Na Jung mengangguk perlahan. 



Re Ki menutup semua jendela. Ia membuka jas putihnya, lalu berbaring di samping Na Jung. Ia mendekap Na Jung, mendekatkan kepala Na Jung ke dada bidangnya. Na Jung menutup mata, rasa sakitnya sedikit menghilang. Ajaib. Dekapan Re Ki juga membuat Na Jung seperti ditarik ke dimensi lain.


Na Jung menceritakan tentang rasa yang ia rasakan, kenangannya bersama Re Ki. Ia berbisik pada dirinya sendiri.�Aku memiliki seorang satu orang kakak. Aku memiliki satu orang kakak. Mimpiku saat kecil adalah ingin menikahi kakakku.� Na Jung mengulangi kata-katanya lagi. �Aku memiliki kakak. Ia memiliki teman bermain. Kami selalu bermain bersama. Kakakku tersayang pergi sangat jauh, meninggalkanku, jauh sekali. Dan sejak kepergiannya, teman bermain kakak menggantikan posisi kakakku.�




Sseu Re Ki bukanlah kakak kandung Na Jung, ia teman sepermainan kakak kandung Na Jung. Kakak kandung Na Jung meninggal dunia. Karena Sseu Re Ki tak ingin melihat Na Jung bersedih. Sepeninggalan kakaknya, Re Ki mencoba menjadi kakak yang baik, sangat baik. Ia mengatur dirinya, tak lagi menjadi anak nakal, tapi menjadi seorang kakak yang selalu ada setiap kali Na Jung butuhkan. Ia melakukan hal yang biasa dilakukan oleh kakak kandung Na Jung. Bermain bersama dan tumbuh bersama, tak pernah terpisahkan. Tak pernah dan tak akan pernah. Sampai mereka tumbuh dewasa, semua akan berubah. 



Na Jung masih mengatakan tentang perubahan rasa yang ia rasakan. Saat-saat bersama Re Ki. �Kebiasaan yang selalu dilakukan, kegiatan sehari-hari yang juga dilakukan bersama, seseorang yang selalu ada untukku, semua hal itu berubah menjadi sesuatu yang sangat asing. Keasingan dari perubahaan yang bukan hanya memusingkan. Tapi mungkin juga itu menjadi sebuah jalan untuk dimulainya hari baru dan hubungan baru. Mungkin juga sebuah sinyal untuk perasaan yang baru.�



Malam setelah Na Jung diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Chun Pyo, Re Ki dan Hae Tae merayakannya dengan minum bersama. Mereka memesan banyak alcohol, dan yang paling banyak menghabiskan alcohol itu adalah Na Jung. Na Jung mabuk parah, sudah mengetahui hal terburuk saat Na Jung mabuk, membuat Hae Tae mengajak Chun Pyo untuk kembali ke kamar. 



Di kamar, Chun Pyo bertanya, �Memangnya apa yang terjadi saat Na Jung mabuk parah?� tanyanya yang tengah berkonsentrasi memainkan permainan kata di computer milik Hae Tae. Ini adalah malam yang bebas dari pertengkaran, anjing dan kucing itu sedang sangat akur. Keduanya berhasil menjalin persahabatan kembali, karena blind date yang dilakukannya beberapa waktu yang lalu. Mereka merasakan rasa malu yang sama di depan para wanita, karena perasaan berbagi itu, keduanya menjadi akrab. �Bila Na Jung mabuk.. Ia akan sepergi anjing. Menggigit siapapun yang ada di dekatnya.�




Prediksi Hae Tae seratus persen akurat, Na Jung mabuk berat, kebiasaan menggigitnya ia lampiaskan pada Re Ki. Na Jung mendekatkan bibirnya, ia hendak mencium Re Ki, tapi bukannya mengecup bibir Re Ki, ia malah menggigit bibir bawah pria itu. Hihi..



�Ya.. ya.. ya.. Na Jung.. Bangun.. bangun.. Na Jung.. bangun..� Re Ki mencoba melepaskan gigitan Na Jung, ia membantu Na Jung berdiri.


Shin Chong Boarding house mendapat penghuni manis yang baru. Seorang pria berasal dari Chung Cheong Do. Ibu bahkan sudah memberikan nama panggilan untuk pria baru itu, ia dipanggil dengan sebutan binggrae oleh Ibu. Hihi.. Pria baru ini menjadi kandidat 3 dari urutan calon suami untuk Na Jung.

Kandidat ketiga adalah Bing Geu Re.
Asal : Chungcheongbuk-do, Binggrae
Nama panggilan : Bing Geu Rae
Jurusan : Siswa kedokteran
Latar belakang : Anak dari keluarga pengelola peternak ayam terbesar


Ibu memanggil Bing Geu Re untuk segera turun dan ikut bergabung. Sarapan pagi sudah menunggu. Ayah dan Ibu sangat terkesima dengan sikap baik dan wajah tampan Geu Re. Geu Re meminta maaf karena ia datang dengan membawa seorang sepupu, �Maafkan aku, kemarin, aku belum membongkar dan merapihkan barang-barang bawaanku. Jadi sepupuku datang untuk membantu dan ia bermalam di sini. Apakah tidak apa-apa bila ia ikut sarapan bersama?� tanya Geu Re dengan sangat sopan.



�Oh, tentu saja.. Panggil ia ke sini.� Suruh Ibu dengan ramah. Taraaaaaa�.. Sepupu yang dimaksud oleh Geu Re pun muncul. Semua dibuat terkejut oleh kemunculan sepupu Geu Re tersebut. Termasuk Ayah. Ibu dan Ayah langsung menjadikan sepupu Geu Re yang bernama Chil Bong Yi menjadi bagian dari daftar calon menantu mereka.

Kandidat keempat adalah Chil Bong Yi.
Asal : Daechi Dong, Seoul
Nama panggilan : Bong Yi
Jurusan : Lulusan Whimoon
Latar belakang : salah satu pemain baseball terhandal, a pitcher.



Sejauh ini, kandidat ke-empat adalah kandidat favorite ayah, karena latar belakang mereka sama. Sama-sama dari baseball. Ayah bahkan mengidolakan Bong Yi, memujinya dari atas kepala sampai ujung kaki. �Dia adalah pitcher dengan rangking pertama. Pitcher terbaik yang pernah ada. Musim semi kemarin ia bahkan berhasil melumpuhkan 7 pemukul dari tim lain.� Bong Yi hanya menunduk sopan, berterimakasih atas pujian Ayah.

Masih ada kandidat lain? Masih, kandidat urutan terakhir. Kandidat yang sudah mengambil hati Na Jung. Orang pertama yang akan Na Jung sayangi.

Kandidat kelima adalah Sseu Re Ki
Asal : Masan
Nama panggilan : Trash, Re Ki
Jurusan : Kedokteran
Latar belakang : seorang jenius yang selalu berada di posisi teratas dalam peringkat di kelas

Bersambung..

Pilihan kamu siapa?




Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners