Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 3

Translate this Article...



Apa sih yang bakal terjadi kalau Na Jung mencoba jujur? Jujur pada perasaannya sendiri. Mengatakan langsung pada Re Ki tentang perasaannya. Bisa engga kalau Bong Yi meminta sedikit ruang di hati Na Jung yang sudah terpenuhi oleh Re Ki?


Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 3



Maret, 1994.
Hiruk pikuknya Shinchon Boarding House masih sama seperti hari-hari biasanya. Tak pernah sepi dan selalu terasa hangat. Seperti hangatnya mentari di Seoul. Ayah yang selalu memarahi Na Jung atau mengomel karena Ibu memasak makanan dalam porsi yang sangat besar. Hae Tae dan Chun Pyo yang membagi kehidupan kampusnya saat sarapan. Na Jung yang mengomentari segala hal tanpa berpikir panjang. Dan Re Ki yang masih tertidur pulas seperti mayat di pagi hari.



�Duduk yang benar, turunkan dan tegakkan punggungmu.� Omel Ayah yang melihat Na Jung makan sambil mengangkat kaki. �Bila aku melakukan sesuai dengan apa yang Ayah katakan, maka punggungku akan sakit lagi. Dan aku harus meminum minuman pahit yang Ayah curi itu.� Jawab Na Jung dengan mulut yang dipenuhi oleh makanan yang belum dikunyahnya. �Mencuri?!� kata Ayah. �Aku tidak mencurinya.�


�Sudah berhenti bertengkar.� Lerai Ibu yang kemudian menyuruh Na Jung untuk membangunkan Re Ki. �Bangunkan Oppa mu itu. Bila tidak, ia akan tidur seharian.� Dengan kesal, Na Jung melakukan apa yang Ibu suruh. Ia memasuki kamar Re Ki. Pria itu tengah tertidur pulas dengan bertelanjang dada. That�s hot. Trash Oppa is hot, but My Bong Yi is forever the hottest.




Na Jung menyelinap dari pintu, memperhatikan Re Ki yang membelakanginya. Punggung itu terlihat saaaaangat seksi, Na Jung berhasil memandangi punggung Re Ki dalam jangka waktu yang sangat lama. Ia mengambil tempat nyaman, duduk tak jauh dari tempat tidur Re Ki dan memandangi punggung itu. �Oppa-ya.� Panggil Na Jung pelan, pandangannya masih menempel di punggung Re Ki. �Oppa-yaa..� Na Jung memanggil Re Ki kali ini dengan suara yang lebih tinggi �OPPA YAAA!!�



Re Ki menggeliat dan menoleh, �Aku tidak akan makan. Aku tidak membutuhkan makanan. Biarkan aku tidur.� Re Ki kembali memejamkan mata. �Oppa. Bangun. Kau harus berkumpul untuk piknik hari ini! Kau harus bangun!� Na Jung beraksi, ia membanting dirinya ke badan Re Ki, hingga membuat pria itu menjerit kesakitan. �Na Jung-ah. Aku mengantuk. Girl! Let�s just sleep.� Kata Re Ki dengan lembut memeluk Na Jung dan membiarkan kepala gadis itu bersandar pada lengannya. �OPPA!!! AKU AKAN MEMBUNUHMU!!� teriak Na Jung, ia berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari rangkulan Re Ki.


�OPPA!! Dasar crazy dog!!� seru Na Jung dengan teriakan supernya. �Aku bukan anjing gila.� Jawab Re Ki. Tak bisa melepaskan diri, Na Jung melakukan jurus andalan lain. Ia menggigit lengan Re Ki dengan kuat. Sebenarnya yang berubah menjadi anjing gila itu adalah Na Jung, ia menggigit tanpa ampun lengan Re Ki hingga Re Ki berteriak kesakitan. �TOLONG AKU�


Ayah, Ibu, Chun Pyo dan Hae Tae hanya menggeleng prihatin mendengar suara jeritan Na Jung. Tapi, orang baru yang tinggal di rumah kos itu tak terbiasa dengan hal aneh yang terjadi, orang baru itu adalah Bing Geu Re, sepupu dari Chil Bong Yi. Bing Geu Re menawarkan diri untuk membantu Na Jung saat mendengar teriakkan mengerikan dari Na Jung. �Apa aku harus membantunya?� tanya Bing Geu Re. �Tidak usah. Mereka saling memukul karena mereka saling menyukai.� Jawab Ibu.


Na Jung menyerah, ia sudah kehabisan tenaga untuk memukuli Re Ki. Ia keluar dari kamar dengan rambut ala Medusa, lengkap dengan wajah seperti ular berbisa. �Dasar pria gila! Aku benar-benar gila. Bagaimana bisa aku menyukai pria seperti itu.�


Dengan masih mengerutkan kening, Na Jung kembali ke meja makan. Memasukkan semua makanan ke dalam mulutnya, karena kesal. �Kenapa kau berkata kasar pada Oppamu. Ia lebih tua 5 tahun darimu.� Ayah menasehati. Tak berapa lama, telepon berdering, yang langsung disahuti dengan kemurkaan dari Na Jung. �Shit.. What crazy dog calls in the morning?! Gosh!�


Na Jung mengangkat telepon, ia merespon dengan tak bersahabat karena orang yang menelpon itu, penelpon seorang wanita yang mencari Re Ki. Na Jung mengantarkan telepon pada Re Ki, �Seseorang menelponmu. Your girlfriend.� Re Ki segera bangkit dan mengambil telepon itu. �Berikan padaku.�


Na Jung menjauhkan telepon dari Re Ki dan berbicara asal, berharap wanita yang menelpon Re Ki tersebut mendengar ucapan Na Jung, �Kalau seseorang menelpon pagi-pagi seperti ini seharusnya ia memperkenalkan diri terlebih dahulu. Sepertinya wanita Seoul tidak diajarkan tatakrama di sekolah dasar. Aku rasa, wanita Seoul juga tidak tahu cara bertelepon yang baik.� Re Ki segera merebut telepon itu tepat saat Na Jung menyelesaikan omelannya.


�Itu tadi adikku. Ia sedang sakit. Ia juga sedikit gila.� Ungkap Re Ki pada his girlfriend, ia tak mengetahui bahwa Na Jung masih berada di belakangnya. Na Jung tengah mencuri dengar pembicaraan Re Ki, Na Jung takut Oppanya itu diambil begitu saja darinya oleh perempuan lain. Protect your Oppa, always and forever.



Perempuan yang menelpon memang kekasih Re Ki. Mereka baru berpacaran selama 2 bulan, dan pagi itu, sang pacar hendak mengingatkan Re Ki bahwa hari ini kelas mereka akan mengadakan piknik. Hal yang sudah terlebih dahulu diingatkan oleh Na Jung sejak tadi pagi. �Aku tidak akan banyak minum. Dan sepertinya aku harus pulang pagi sekali nantinya. Aku tidak bisa melakukan itu, terlalu kekanak-kanakan.� Kata Re Ki saat sang pacar memintanya untuk mengucapkan sesuatu hal yang romantis. Untuk menyenangkan hati kekasihnya, dengan secepat kilat Re Ki mengucapkan, �Honey, I Love you.� Lalu menutup telepon dan mengecek kembali pager barunya.



�What? Honey?!� Teriak Na Jung. �Oppa, apa kau tidak tahu, gadis itu melakukan operasi plastik di bagian pelupuk mata.� Re Ki mengangguk, �Aku tahu.� Belum puas, Na Jung kembali menteror Re Ki dengan ucapan-ucapannya. �Oppa, ia juga melakukan operasi plastic di bagian hidung. Perempuan itu juga melakukan plastic di bagian payudaranya, Oppa, apa kau tahu hal itu?� Re Ki mengangguk, �Aku tahu. Dan itu tidak benar. Aku sudah mengeceknya.� Jawab Re Ki dengan asal.



Mendengar hal itu, Na Jung seperti kebarakan jenggot, ia segera menjambak rambut Re Ki. Menarik-narik rambut dengan sangat kencang, �Oppa.. Pervert!!!!� Re Ki segera menyelamatkan rambutnya dari aksi ganas Na Jung. �Aa.. aku berbohong.� Jawab Re Ki dengan segera. �Aku berbohong, Jung-ah. Kami baru saja berpacaran 2 bulan.� Na Jung mengangguk setuju dengan apa yang Re Ki katakan, Re Ki dan kekasihnya baru berpacaran selama dua bulan, mereka tidak akan mungkin sampai sejauh itu.



Sebuah beeper yang masih sangat baru didapat Re Ki dari sang pacar. Re Ki meminta bantuan Na Jung untuk merekam nada dering untuk beeper barunya itu. �Oppa, sepertinya hanya kau di dunia ini yang baru mendapatkan alat seperti ini.� Ejek Na Jung. �Kalau kau tidak mengikuti arus jaman dalam perkembangan teknologinya, di dunia ini, kau pasti akan jatuh. Kita ini kan generasi X.� Re Ki menggeleng pasrah, �Aku sama sekali tidak bisa mengikuti trend. Dengan sekali kedipan mata, semuanya berubah sangat cepat.�


Bukan hanya Re Ki ternyata yang baru mendapatkan beeper baru. Ada makhluk ke dua lain yang juga baru saja memiliki beeper. Sham Chun Pyo. Di kamarnya, ia sedang sibuk merekam suaranya sendiri sebagai nada dering.



Na Jung masih menasehati Re Ki, �Kau harus beradaptasi dengan dunia lewat teknologi, agar bisa bertahan hidup, Oppa. Pertama kali memang akan susah, tapi nanti kau juga akan terbiasa.� Na Jung masih sibuk memutar-mutar beeper. �Lagu apa yang akan kau pakai?� tanya Na Jung. Re Ki tak memiliki lagu favorite, tapi ia menyebutkan satu lagu yang sekilas ia ingat. �She is gone.� Re Ki menyanyikan sedikit bait dari lagu itu. Na Jung menghela nafasnya, prihatin melihat Oppanya, �Bila kau menggunakan lagu itu, ia PASTI akan menelponmu.� Kata Na Jung, sesuatu kebalikan dari apa yang Na Jung katakan yang malah akan terjadi.




Satu lagu favorite dari Na Jung yang dipilih sebagai nada dering beeper milik Re Ki. Mereka mengikuti perintah dari operator telepon. Kemudian setelah bunyi �beep� Na Jung segera meletakkan gagang telepon di depan tape. Lagu di putar, tapi kemudian Chun Pyo datang mengacaukan, �Sha-la-la. Ooooh.� Chun Pyo bernyanyi mengikuti melodi lagu yang diputar, �Mereka memanggilmu untuk makan, Hyung-nim. Na Jeong-ah, kau juga harus ke bawah untuk makan. Sha-la-la. Ooooh.~~� Kekacauan yang dibuat Chun Pyo segera mendapat tatapan penuh kekesalan dari Na Jung dan Re ki. Hihi.. Funny.


Seoul, 2013.
Bong Yi, Re Ki, Chun Pyo, Dong IL, Yoo Jin dan Na Jung berkumpul di ruang tamu. Video pernikahan Na Jung dengan pria misterius masih di putar dan ditonton oleh semua orang  yang ada di sana, kecuali Na Jung. Ia sibuk bermain Anipang, terobsesi memecahkan rekor. �Aku tidak percaya, seseorang masih memainkan jenis permainan itu.� Hae Tae berkomentar, dan Na Jung, yang dikomentari masih asik menekan-nekan handphonenya tanpa merasa terganggu. Hal itu mengganggu, karena Na Jung bermain dengan penuh semangat dan selalu berteriak setiap kali ia melakukan kesalahan.


Bong Yi mengomentari, �Karena kecanduannya pada beberapa games, seperti Everybody's Marble, Candy Crush, Cookie Run and Magu Magu. Ia benar-benar selalu berada di peringkat atas.� �Aku tidak selalu berada di peringkat atas.� Jawab Na Jung. �Na Jung hampir tak bisa tidur karena kalah dalama permainan Suk Suk.� Yoon Jin menimpali.



Mereka sedang membicarakan tentang Kwak Young Pyo, hanya Bong Yi yang tidak mengetahui siapa orang yang tengah mereka bicarakan. �Who's Kwak Young Pyo?� tanya Bong Yi. Chun Pyo, Yoon Jin dan Hae Tae saling memberikan informasi lengkap tentang pertanyaan Bong Yi. Jawaban yang membuat Bong Yi terkesima, hingga ia berkomentar, �Bagaimana kalian bisa mengetahui semua hal itu. Apa semua anak-anak dari pinggiran desa menghafal semua informasi seperti itu?� tanya Bong Yi.


Pertanyaan yang mendapat serbuan jawaban tak bersahabat dari Na Jung, Yoon Jin, Chun Pyo dan Re Ki. Mereka tak pernah mau di sebut anak desa walaupun faktanya memang seperti itu. �KAMI BUKAN ANAK DESA!� jawab mereka serempak, hingga membuat Bong Yi salah tingkah karena menanyakan hal seperti tadi. Cute~~



Maret 1994, Kang-chon.
Chil Bong Yi dan Bing Geu Re sangat rapih hari itu, mereka memakai pakaian serba putih. Two puppies, so cute. Ayah yang berada di samping Bong Yi, setelah meneguk beberapa minuman yang ia temukan di kulkas, Ayah memuji Bong Yi. �Apa tanganmu tak apa-apa?� tanya Ayah. �Ini tidak apa-apa.� Jawab Bong Yi seraya tersenyum. Ayah terus menerus memuji Bong Yi, karena kemampun seorang pitcher super handal yang ia miliki.



Bing Geu Re segera menyela, �Ahjusshi, jangan terlalu memujinya, ia sudah banyak menerima pujian dari banyak wanita. Ia bahkan mendapatkan segudang surat di sekolah.� Kata Geu Re memalingkan sejenak dari aktivitas membaca korannya. �Apa kau sudah punya pacar?� tanya Ayah langsung ke inti pembicaraan. �Ah, tidak Ahjusshi. Aku akan memikirkan untuk memiliki satu orang wanita special saat aku sudah menjadi bagian dari team baseball profesional.�  Jawab Bong Yi. Ayah bangga sekali dengan jawaban Bong Yi, semakin menguatkan rasa kagum Ayah pada Bong Yi.


Ibu sudah berdanda cantik, ia keluar dari kamarnya lalu menyapa Ayah, Chil Bong Yi dan Bing Geu Re. �Bong Yi kau belum pulang?� tanya Ibu. �Hey, apa yang kau katakana, Bong Yi ini adalah masa depan tim baseballku. Aku akan mengajarinya secara gratis dan menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini.� Jawab Ayah penuh bangga, ia menepuk-nepuk punggung Bong Yi.



Setelah melihat botol yang diminum Ayah, Ibu langsung bertanya dengan histeris, �Apa yang kau minum?� tanya Ibu. �Ini? Obat penguat. Aku ambil dari kulkas, sayang sekali bukan chagiya kalau tidak diminum.� Jawab Ayah tanpa rasa bersalah. �Itu bukan obat penguat. Botol itu kiriman dari Ibu Re Ki. Mengapa kau meminumnya?!! Itu diperuntukkan untuk wanita yang akan menjelang monopos. Berapa banyak botol yang kau minum?� Ujar Ibu yang bertambah khawatir dan ia berkata dengan histeris. �Em.. pat.. li..ma.. Pa.. pantas saja, tu..tubuhku terasa sangat panas, dan dadaku..� Ayah menutupi bagian dadanya sendiri, ia merinding dan segera berlari ke kamar mandi.



Ibu menawarkan untuk membantu Chil Bong Yi dan Bing Geu Re. Ia juga meminta Ayah untuk mengantarkan Bong Yi dan Geu Re ke tempat tujuan yang akan mereka tuju. �Tenang saja, selagi kau bisa menunjukkan jalannya, kami akan mengantarkannya.� Jawab Ibu.  �Kalian sepertinya akan pergi ke pesta?� tanya Ibu lagi. Bong Yi tersenyum lalu menjawab, �Sebenarnya ibuku yang menikah, untuk yang kedua kalinya.� Jawab Bong Yi.

Ayah, Ibu, Bong Yi dan Geu Re pergi bersama. Karena meminum minuman Ibu, Ayah selalu merasa ingin buang air kecil. Ia bahkan menahannya sepanjang perjalanan. Berselang waktu, akhirnya, mereka memarkirkan mobil di pinggiran jalan agar Ayah bisa ke kamar mandi sebentar saja.



Selagi menunggu Ayah, Ibu memberikan kartu teleponnya pada Bong Yi, menyuruhnya agar menelpon Ibunya sendiri. Ibu sama sekali tak tahu bahwa hubungan Bong Yi dan Ibunya tak sebaik hubungan seorang anak dan ibu pada umumnya. Dengan perlahan Bong Yi menjelaskan, �Hubunganku dengan Ibu tak sedekat itu. Dia mungkin tidak akan peduli apakah aku akan datang ke pernikahannya atau tidak.� Jawab Bong Yi, senyum masih melekat di wajahnya.


�Bibiku sangat menakutkan, ia mungkin sekarang tengah menghitung uang pemberian dari pengunjung di pernikahan. Tak akan mempedulikan apapun selain uang.� Bing Geu Re menimpali. Ia tak menyukai Ibu Bong Yi, karena sikapnya yang selalu tak mempedulikan Bong Yi. Bong Yi tersenyum kecil, �Ibu tidak memberitahuku tentang rencana pernikahannya. Dan juga, kami jarang mengabari satu sama lain.�



Ibu terkesiap mendengar apa yang diucapkan Bong Yi, ia tak pernah tahu bahwa sebuah perceraian dan pernikahan kedua itu benar-benar terjadi. Wanita seperti ibu yang terbiasa tinggal di pinggiran desa dan selalu hidup rukun dengan siapapun, tak pernah sekalipun memikirkan hal seperti itu. �Berhenti berbicara. Telepon ibumu sekarang.� Pinta ibu pada Bong Yi dengan tegas. Ibu mencoba untuk tidak terlihat sedih, ia hanya ingin hubungan Bong Yi dan ibunya berjalan dengan baik. Bukankah harusnya seperti itu, hubungan antara anak dan ibu, dekat dan hangat.



Dengan ragu, Bong Yi menekan tombol telepon umum itu. Ia tersenyum mendengar nada dering yang digunakan ibunya, sebuah lagu tentang musim semi. Suara mail box dengan pesan dari ibunya terdengar, Ibu Bong Yi berkata di pesannya, �Hallo, aku adalah Ibu dari Joon. Aku bertemu orang baru dalam hidupku. Banyak sekali yang membantuku selama pesta pernikahan keduaku berlangsung. Dan kepada anaku, Joon, anak yang paling aku sayang di dunia ini. Ibu sangat mencintaimu dan maafkan ibu.�



Pesan di mailbox milik Ibunya itu membuat Bong Yi tak berkata apapun. �Ibu.. Ini aku anakmu.� Ujar Bong Yi yang kemudian tersenyum manis. �Aku tidak bisa datang ke pernikahanmu, sesuatu hal yang lucu baru saja terjadi. Ibu, maafkan aku, saat itu aku marah padamu karena sikapku yang belum dewasa. Aku merasa bahwa Ibu akan benar-benar menghilang dari kehidupanku. You�re my woman, tapi entah mengapa aku merasa bahwa ibu sudah diambil oleh orang lain. Ibu, aku mohon untuk tidak bertengkar dengan ahjusshi. Hidup dengan tidak mengedepankan ego. Ibu, aku sangat ingin menikmati kimchi buatanmu. Jika aku�� Bong Yi menghentikan kata-katanya sejenak. ���pulang. Maukah kau menyiapkan kimchi buatanmu untukku. Ibu, aku rasa aku benar-benar sangat menyayangi ibu. This time, definitely, be happy.�


Bong Yi selalu mengerti dimana posisinya, kapan ia harus mengalah, kapan ia harus membiarkan hatinya hancur begitu saja, dan kapan ia harus membela dirinya. Hal yang Bong Yi tahu, ia harus merelakan sesuatu hal yang ia rasa hal itu akan membahagiakan orang yang sangat disayanginya. Bong Yi ternyata tak sendiri di telepon umum itu, Ayah ada di sana.



Ayah mendengarkan semua yang Bong Yi ucapkan pada ibunya, Ayah tak lagi bisa menahan diri, ia akhirnya membuang air kecil di dekat telepon umum tempat Bong Yi berdiri. Ayah berjanji untuk memberikan uang sumbangan pernikahan ibu Bong Yi dalam jumlah yang besar, asal Bong Yi tak memberitahu siapapun bahwa Ayah membuang air kecil di sembarang tempat. Bong Yi hanya menatapnya dengan amat terkejut seraya mengiyakan perkataan Ayah.



Na Jung bangun pagi-pagi sekali, semalaman ia menunggu balasan pesan dari Re Ki sampai larut malam. Tapi yang ditunggunya tak pernah sampai, Re Ki tak juga membalas pesan yang dikirimkan oleh Na Jung. Rasa sakit yang menjangkiti hatinya, perlahan Na Jung coba untuk meredamnya.


Bila sudah berkaitan dengan rasa yang ia rasakan, Na Jung tak pernah menyampaikannya pada siapapun, ia memendamnya sendiri. Na Jung memukul-mukul bagian jantungnya, berharap rasa sakit hatinya hilang. Tapi tak berefek apapun, ia malah ingin sekali menangis. Semakin air matanya hendak meluncur keluar, semakin keras Na Jung memukul dadanya.



Sebuah mobil berjalan melambat tepat berada di belakang Na Jung. Re Ki yang berada di mobil itu. Ia sengaja menjalankan mobilnya secara lambat agar bisa menyamakan langkah Na Jung. �Hei, anak gadis� panggil Re Ki. Mendengar suara Re Ki, Na Jung tersenyum simpul. �Apa kau sedang shooting video klip, kenapa kau berjalan sendirian di tempat seperti ini. Kau ini, bagaimana kalau seseorang datang menculikmu. Na Jung-ah, ada apa? Apa Oppa berbuat kesalahan?� tanya Re Ki saat mengetahui Na Jung tak merespon apapun.


�Katakan, apa Oppa berbuat kesalahan?� Re Ki memaksa Na Jung untuk mengatakan kesalahan apa yang ia perbuat hingga Na Jung diam seperti itu. �Kenapa tidak membalas pesanku?� Na Jung menodong Re Ki dengan pertanyaan yang sangat membuatnya ingin menjerit kesal. �Ah, apa kau mengirimkanku pesan? Aku sangat mabuk kemarin. Lagi pula beeperku itu hilang, jadi aku harus membeli yang baru.� Jawab Re Ki. �Benarkah?� tanya Na Jung ingin memastikan bahwa ia sedang tidak patah hati karena tak dipedulikan oleh Re Ki semalam.


�Lalu, kenapa Oppa pergi pagi-pagi sekali seperti ini.� Na Jung menatap curiga ke sebuah parsel yang dibungkus rapih yang diletakkan di kursi kemudi di samping Re Ki. �Ah, ini. Hari ini kan White days. Aku harus menemui my girlfriend.� Re Ki tak tahu kalau perkataannya itu membuat hati Na Jung kembali hancur. �Ah, katakan pada Ibu bahwa hari ini aku akan pulang malam, sisakan makanan untukku. Oke, Jung-ah. Oke?� Tak ada jawaban apapun dari Na Jung.



Mobil yang dikemudikan Re Ki berjalan menjauh, tapi kemudian terhenti setelah jaraknya hampir berjauhan dari tempat Na Jung berdiri. Re Ki keluar dari mobil, ia berlari kecil ke arah Na Jung. �Kau ini, bagaimana kalau kau sakit. Udara di sini sangat dingin.� Ujar Re Ki seraya mencopot jaketnya dan menyelimuti Na Jung dengan jaket itu. Sweet~~ Oppa-yaa too sweet~~ Oppa-yaa~~



Malam itu, Na Jung berdiam diri di kamarnya. Seluruh tubuhnya ia tutupi dengan jaket milik Re Ki. Ia merindukan si pemilik jaket, kesal karena si pemilik jaket lebih memilih untuk bersamaan dengan orang lain. Kemurungan Na Jung berubah drastis saat mendengar kedatangan Re Ki. Re Ki menanyakan keadaan Na Jung pada Ibu di ruang makan, �Mana Na Jung? Apa ia tidak makan? Bukankah ini Japchae kesukaannya?� Na Jung mendengar suara Re Ki dari dalam kamar. Ia berdiri secepat kilat untuk berlari menghampiri Re Ki.




�Oppa, kenapa kau pulang? Bukankah kau bilang kau tidak akan makan malam di rumah?� Tanya Na Jung. Ia berusaha agar wajah bahagia karena kedatangan Re Ki tak terlihat, ia berubah mengerutkan kening. �Entahlah, semuanya seperti ini.� Jawab Re Ki seraya melahap Japchae buatan Ibu. �Ibu, apa ini Japchae versi dunia, aku makan tidak habis-habis.� Ujar Re Ki.


�Ah, Jung-ah, makan itu.� Re Ki menunjuk ke arah parsel yang ia taruh di lantai. Parsel yang tadi pagi membuat hati Na Jung berdarah-darah karena cemburu, akhirnya jadi milik Na Jung. Cieee Na Juuuung~~



Na Jung membawa parsel itu ke dalam kamarnya. Ia memandangi parsel dalam jangka waktu yang sangat lama. Mulutnya berkicau pelan, �Dia putus. Dia tidak putus. Dia putus. Dia tidak putus. Dia putus.� Untuk memastikan, Na Jung mengecek mail box milik Re Ki. Ada satu pesan untuk Re Ki,  pesan dari Re Ki�s girlfriend. Perempuan itu berkata dengan marah, �Aku berkali-kali berpikir tapi tetap saja, kau memang seorang pria berandal. Bagaimana bisa kau benar-benar meninggalkanku? Walaupun aku yang mengatakan bahwa aku ingin putus denganmu, mengapa kau mengiyakan?? Dasar bodoh. Aku tahu kau benar-benar pria berandal. Bila kita bertemu di kampus, aku benar-benar akan membunuhmu..�


Na Jung menahan tawanya, ia sangat bahagia mendengar kemarahan perempuan yang kini sudah menjadi mantan Re Ki. Parsel yang berisi cokelat pemberian Re Ki itu di dekapnya erat, ia berlonjak-lonjak di atas kasur, merayakan kemenangan dan rasa bahagianya.


Na Jung yang hidup di tahun 2013 mengatakan apa yang ia rasakan saat mengenang kembali masa lalunya, tahun 1994. Masa saat ia merasakan cinta pertama dan menemukan cinta terakhirnya beberapa tahun kemudian. �Kami adalah generasi X. Meskipun saat ini kami dikelilingi oleh alat elektronik, smartphones dan internet, semua itu seperti telah meninggalkan generasi kami. Dua puluh tahun umur kami saat itu, umur yang mencetak banyak sejarah dengan penuh semangat yang menggebu.�



�Kami juga melakukan hal yang sama. Berharap menemukan cinta lewat computer. Mengirim debaran hati kami lewat pager dan mendengar ungkapan hati yang retak lewat pesan suara. Kami saat itu adalah orang-orang muda yang berada dalam sejarah. Tapi bagaimanapun juga, entah abad keberapa, atau saat ini, alasan terpenting saat hati berdebar sangat kencang bukan karena pager atau smartphone atau hal lain yang berkaitan dengan trend. Kau tahu, masa muda itu harus dipenuhi oleh kecanggungan dan kesederhanaan. Dan cinta yang dirasakan juga harus murni juga melekat sampai ke dasar hati yang paling dalam. Itu satu dari banyak alasan mengapa aku sangat menyukai masa-masa itu. Masa yang selalu terkenang sampai kapanpun.�


Preview episode 3:


Bong Yi: �Kenapa aku selalu merasa bahwa kau sangat menggemaskan?�
Na Jung: ���.�


Re Ki: �Jung-ah, apa kau ingin menikah dengan Oppamu ini?�
Na Jung: ���.�


Na Jung: �Oppa, aku menyukaimu.�
Re Ki: ���..�

Bersambung Answer Me / Reply Me episode 4



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners