Sinopsis The Suspicious Housekeeper Episode 5

Translate this Article...


Si kakak yang satu ini, punya instinct detektif yang luaaaar biasa. Satu surat anonymous berisi peringatan, berhasil membuat seluruh saudara Gyeol panik.

Eun Doo-Gyeol pergi mencari-cari bukti, guna menguatkan semua prasangkanya. Eun Doo-Gyeol, figthing!
Sinopsis The Suspicious Housekeeper Episode 5


Bola basket itu menggelinding, selaras dengan selisir rasa ngeri di sekujur tubuh Eun Doo-Gyeol. Pria muda ini ketakutan setengah mati, surat anonymous di tangannya yang berisi peringatan 'Asisten Rumah Tanggamu adalah seorang pembunuh' di tambah wajah seram yang diperlihatkan Park Bok-Nyeo, berhasil membuatnya kehilangan keseimbangannya. Ia jatuh terduduk seketika Park Bok-Nyeo menutup pintu pagar rumah keluarga Gyeol



Eun Doo-Gyeol menahan rasa takutnya, "Cepatlah pergi." kata Eun Doo-Gyeol menyuruh Park Bok-Nyeo untuk segera pergi dari hadapannya. Tatapan Park Bok-Nyeo tak berhenti sampai di situ, "Ini surat untukku." jawab Eun Doo-Gyeol, berharap Park Bok Nyeo segera pergi dari hadapannya.


Eun Doo-Gyeol harus membagi kekhawatirannya, ini benar-benar masalah besar, pembantu rumah tangga mereka adalah seorang pembunuh. Eun Han-Gyeol dan Eun Se-Gyeol harus diberitahu mengenai hal ini. Eun Doo-Gyeol segera mengabari dongsaeng dan noonanya. Mereka mengadakan pertemuan singkat, tak terlalu tertutup, karena pertemuan itu dilakukan di dekat tangga menuju ke lantai kamar mereka. 

 
Eun Doo-Gyeol memberikan surat anonymous tersebut kepada Eun Han-Gyeol, berharap sang Noona bisa menyamakan idenya. Eun Han-Gyeol membaca surat itu, seraya menerka-nerka. Terkaannya tertuju langsung pada Eun Doo-Gyeol, "Apa kau yang melakukan ulah ini?" tanya Eun Han-Gyeol, menuduh adik lelakinya itu berbuat iseng dengan mengirimkan surat aneh seperti itu, hanya untuk mengerjai seluruh anggota keluarga Gyeol.


"Noona, aku bersumpah di hadapan foto ibu. Aku tidak berbohong." Eun Doo-Gyeol mengakui, bukan ia yang melakukannya. Walaupun dirinya memiliki sikap urakan tapi ia tidak akan berbuat hal seperti itu, ia juga tidak menyukai Park Bok-Nyeo, tapi ia juga tak akan melakukan keisengan seperti itu. Eun Han-Gyeol menghela nafasnya, berpikir, lalu siapa.


Eun Se-Gyeol datang tergesa-gesa menuruni anak tangga. Ia tahu siapa yang mengirim surat misterius itu. "Aku tau siapa yang mengirim surat itu." ungkap Eun Se-Gyeol, kedua kakaknya memperhatikan setiap kata yang akan diungkapkan Eun Se-Gyeol. "Salah satu temanku, ia hampir dibunuh oleh Miss Park Bok Nyeo. Itu pun karena perintah dariku. Teman itu selalu melakukan hal buruk padaku, aku kesal dan menyuruh Miss Park Bok Nyeo untuk menghabisinya."


Keberadaanya sebagai kakak laki-laki tertua tak lagi dianggap, hal itu membuat Eun Doo-Gyeol kesal. "Kau seharusnya mengakatan hal itu kepadaku." ungkap Eun Doo-Gyeol kesal dan khawatir. Adiknya diperlakukan tak baik dengan teman-teman bermain, dan ia sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk melindungi adiknya itu. "Lain kali bila hal itu terjadi padamu, katakan padaku." pinta Eun Han-Gyeol prihatin melihat luka lebam di sekeliling mata Eun Se-Gyeol.



Eun Doo-Gyeol  mengalami mimpi buruk. Di mimpinya, dalam ruangan yang gelap Park Bok-Nyeo berusaha untuk membakar rumah keluarga Gyeol. Park Bok Nyeo tak mempedulikan Eun Doo-Gyeol yang memperhatikannya. Pembantu rumah tangga itu terus menerus, membasahi seluruh lantai dan perabotan rumah dengan minyak dan menjatuhkan api yang memicu kebakaran.


Eun Doo-Gyeol tak bisa menjerit, ia meraung-raung saat terbangun. Orang yang pertama kali dilihatnya adalah Park Bok-Nyeo.



Pagi itu, mimpi Eun Doo-Gyeol barusan memberikan kekuatan baru untuk dirinya sendiri. Kecurigaannya seolah semakin di perkuat oleh mimpinya sendiri. Seraya membuka kulkas, pandangan Eun Doo-Gyeol tak bisa terlepas dari Park Bok-Nyeo yang sibuk memotong-motong wortel. Suara derap pisau semakin membuat Eun Doo-Gyeol bergerak dengan hati-hati. Ia mengambil botol susu pun dengan sehati-hati mungkin, bisa saja, dengan pisau itu Park Bok-Nyeo akan tiba-tiba menyerangnya. Jadi berhati-hatilah, pikir Eun Doo-Gyeol.


Saat hendak meneguk susu botolnya, Park Bok-Nyeo datang tiba-tiba. Dari arah belakang, ia menyodorkan segelas susu penuh pada Eun Doo-Gyeol. Dengan terkaget-kaget, Eun Doo-Gyeol menerima minuman itu. "Bisakah kau mecopot celanamu." kata Park Bok-Nyeo, ucapan yang membuat Eun Doo-Gyeol tersedak.


"Kancing celanamu hampir copot." Park Bok-Nyeo melanjutkan perkataannya. Eun Doo-Gyeol kira Park Bok-Nyeo berubah menjadi pervert. lol.


Ibu Eo-Jin menggigit-gigit kukunya, rasa penasaran menghantui nyonya rumah itu. "Apa ia seorang penguntit." Ia bertanya-tanya, setelah melihat apa yang terjadi semalam di hadapan rumah keluarga Gyeol. "Ada apa?" tanya sang suami, sama sekali tak berminat dengan topik obrolannya dengan Ibu Eo-Jin. "Semalam seorang pria berkelakuan aneh berada di sekeliling rumah keluarga Gyeol. Ah, pasti pembantu rumah tangga itu membuat hal aneh juga." terka Ibu Eo-Jin.


Eun Doo-Gyeol harus segera berbuat sesuatu, bagaimana kalau melaporkan Park Bok-Nyeo ke polisi. Pergilah Eun Doo-Gyeol ke kantor polisi dengan sepedanya. Di hadapan polisi Eun Doo-Gyeol ditanyai banyak hal, terkait dengan surat aneh yang diterima keluarga Gyeol. Pertanyaan pribadi Park Bok-Nyeo yang sama sekali tak bisa dijawab oleh Eun Doo-Gyeol.


"Dimana alamat rumah Miss Park Bok-Nyeo? Berapa nomor penduduk Miss Park Bok Nyeo?" tanya polisi itu. Eun Doo-Gyeol bingung harus menjawab apa, ia datang ke kantor polisi dengan ide mentah, sama sekali tak terpikirkan olehnya tentang pertanyaan-pertanyaan seperti itu. "Bagaimana kami bisa menelusuri kasus ini bila kau saja tidak mengetahui dengan pasti tertuduh dari aksi ini. Kembalilah lagi nanti, dan bawalah orang tuamu nanti." saran Polisi. Eun Doo-Gyeol menanggapi dengan kesal, kenapa semua orang selalu menanyakan orang tuanya, semua hal harus dilakukan atas kesediaan orang tua. Sigh.



Sarapan pagi itu, Eun Doo-Gyeol terus menerus berbisik pada Eun Se-Gyeol yang ada di sebelahnya. "Kau harus mencari tahu tentang temanmu yang hampir dibunuh oleh Miss Park Bok Nyeo." Eun Se-Gyeol mengangguk. Eun Hye-Gyeol ingin sekali tau tentang apa yang baru saja dibicarakan diam-diam oleh kedua Oppa-nya itu. "Ah, mereka hanya sedang membicarkan hal konyol." jawab Eun Han-Gyeol, tak ingin Eun Hye-Gyeol mengetahui hal yang sebenarnya.


"Ah, aku juga nantinya akan tau apa yang kalian bicarakan." jawab Eun Hye-Gyeol, ia memanggil Park Bok-Nyeo, dengan tertawa riang menyuruhnya untuk melakukan trik seperti yang pernah Park Bok Nyeo lakukan kemarin. 



Dengan perintah itu, Park Bok Nyeo menunjukkan kebolehannya, ia memainkan dua buah boneka tangan, juga menggunakan suara perutnya dengan ahli, hingga membuat kedua boneka itu saling berinteraksi dengan hidup satu sama lain. Hihi.. percakapan yang dibuat Park Bok Nyeo adalah percakapan yang baru saja dilakukan oleh Eun Doo-Gyeol dan Eun Se-Gyeol. "Miss Park Bok-Nyeo bisa mendengarkan semua yang kalian katakan meski jarak kalian berjauhan." Eun Hye-Gyeol menyanjung Park Bok Nyeo kesayangannya. Cute~


Ibu Eon Ji datang ke rumah keluarga Gyeol, ia hendak meminta tanda tangan Ayah Gyeol untuk kepentingan warga. Ibu Eon Ji sama sekali tak mengetahui kalau Ayah telah pergi dari rumah, dan Park Bok Nyeo memperjelasnya.


Park Bok Nyeo menjelaskan dengan lengkap alasan mengapa Ayah pergi dari rumah, dengan senang Ibu Eon Ji pun mendapatkan bahan gosip baru untuk dibicarakan dengan sesama tetangganya.



Eun Doo-Gyeol kesal dengan ulah Park Bok Nyeo, "Kau ini manusia, bukannya robot. Mengapa kau tidak mempedulikan apa yang kami rasakan. Pergi dan bunuh Ibu Eon Ji." suruh Eun Doo-Gyeol. "Baiklah." jawab Park Bok Nyeo, ia hendak benar-benar melakukan hal yang diperintahkan oleh Eun Doo-Gyeol. Tapi Eun Doo-Gyeol segera menahannya, kedua tangannya tanpa sadar ia taruh di atas ke dua dada Park Bok Nyeo. Yah! Pervert. hehe. Dengan kaku, Eun Doo-Gyeol melepaskan kedua tangannya, ia gugup, "A..aku hanya bercanda." ungkapnya, ia bergegas pergi meninggalkan Park Bok Nyeo.



Menyodorkan bukti saja ke hadapan polisi tak membuahkan apapun, Eun Doo-Gyeol pergi menemui Manager Hong. Manager Hong tertawa tebahak ciri khasnya, semua yang Eun Doo-Gyeol katakan dianggapnya sebagai bual-bualan. Di tertawakan seperti itu malah membuat Eun Doo-Gyeol jengah, "Sudah, berikan tahukan saja berapa nomor penduduk Miss Park Bok Nyeo, dimana ia tinggal, tempat tinggalnya tolong beritahukan juga." pintah Eun Doo-Gyeol.


Manager Hong tak memberikan apapun, "Apa kau sudah mulai jatuh hati pada Miss Park Bok Nyeo. Aku mengerti, tinggal dengan seorang wanita yang bukan bagian dari keluargamu mungkin akan membuat perasaan itu akan tumbuh." ungkap Manager Hong, Eun Doo-Gyeol sedang berada di masa puber. "WHAAT??" Eun Doo-Gyeol dongkol di tuduh seperti itu. Memang dirinya siapa menerka-nerka seperti itu. "Ada hal yang tidak bisa aku beritahukan, Park Bok-Nyeo adalah orang yang sangat special bagiku." ungkap Manager Hong.



Malam itu, malam jatuhnya hati Ayah, hati tulus Ayah yang diinjak-injak oleh Yoon Song-Hwa. Ia mengajak teman sekantornya masuk ke dalam rumah, hal itu terjadi tepat di hadapan mata Ayah. Ayah yang diam-diam memperhatikan Yoon Song-Hwa dan manager baru perusahaannya.



Kandas harapan Ayah untuk melamar Yoon Song-Hwa, dua buah pasang cincin yang sudah disiapkannya tak lagi berguna. Ayah tak menyalahkan siapapun, ia membiarkan kilauan cincin itu terbasahi oleh tetesan hujan. Sama seperti hati Ayah, hujan seperti mewakili tangis yang tertahan milik Ayah.



Yoon Song-Hwa tak benar-benar melakukan tindakan buruk, ia hanya mengelabui Ayah. Ia sengaja mengajak teman kerjanya masuk ke dalam apartemennya, hanya agar Ayah tak lagi pergi menemui dirinya. Ia ingin hubungan Ayah dengan dirinya terhenti, Yoon Song-Hwa hanya merasa bahwa dirinya tak lagi pantas berada di sisi Ayah. Ayah terlalu tulus, dan Yoon Song-Hwa perlahan menyadari bahwa perasaannya pada Ayah pun sama tulusnya.

Saat teman kerjanya menanyakan alasan Yoon Song-Hwa menjauhi Ayah, "Mengapa kau menyukai Eun Sang-Chul? Kau sampai melakukan hal ini" pertanyaan itu dijawab Yoon Song-Hwa, "Karena, Cinta Pertama. Bukan aku yang merasakan cinta pertama. Tapi aku rasa, aku adalah cinta pertama dari Manager Eun Sang-Chul." jawab Yoon Song-Hwa. Hei, dijadikan yang pertama itu lebih berharga dari apapun. Wanita akan dengan mudah mengetahui ketulusan seseorang, Yoon Song-Hwa jatuh pada ketulusan rasa sayang Ayah padanya. Ia dijadikan cinta pertama oleh Ayah, dan itu sudah cukup untuknya.



Karena di desak oleh Eun Doo-Gyeol dan Eun Se-Gyeol, akhirnya Eun Han-Gyeol pergi menemui Ayah. Ia ingin membicarakan tentang surat aneh tentang Park Bok Nyeo. Apa yang harus dilakukan mereka, ia ingin mendengar keputusan Ayah. Aww.. Sweet. Tapi sayang, kedatangan Eun Han-Gyeol ke hotel tempat Ayah menginap malah membuat masalah baru.


Eun Han-Gyeol tanpa sengaja menemukan sepasang cincin di atas meja dekat tempat tidur Ayah. Eun Han-Gyeol bukan anak kecil yang gampang dibodohi, ia tahu, milik siapa cincin itu. Ayah yang teringat dengan sepasang cincin itu segera tergesa-gesa menuju kamarnya. Kedatangannya mendapat hardikan dari Eun Han-Gyeol. 


"Apa kau akan melamar wanita itu. Yoon Song-Hwa. Kapan pernikahannya akan dilakukan? Apa kau juga akan memberikan surat undangan itu pada kami?! Kau pasti merasa sangat bersyukur tidak lagi harus bertanggung jawab terhadap kami, anak-anakmu. Bukan." Eun Han-Gyeol berang, ia melempar sepasang cincin itu. Eun Han-Gyeol sama sekali tak mengetahui bahwa cinta Ayah pada Yoon Song-Hwa tertolak mentah-mentah.


Sepasang cincin itu jatuh berdekatan dengan tempat Park Bok Nyeo berdiri. Iya, Park Bok-Nyeo ada di tempat itu sejak beberapa menit yang lalu. Ia datang untuk meminta tanda tangan ayah di sebuah kertas berisi nama-nama warga dan tanda tangan mereka. Kertas petisi yang beberapa waktu lalu diberikan oleh Ibu Eon Ji.


Eun Han-Gyeol tak bisa lagi menahan rasa kesalnya. Sakit sekali mengetahui saat Ayah ternyata memilih wanita itu, ketimbang keempat anaknya. Perih rasanya saat tahu orang yang Eun Han-Gyeol kasihi ternyata tak lagi mempedulikan dirinya. Ini keputusan yang salah, untuk menemui sang Ayah. Eun Han-Gyeol pikir, ketika Ayah jauh dari keluarga Gyeol, mungkin Ayah bisa sedikit menyadari rasa sayang terhadap anak-anaknya. Tapi ternyata tidak.


Ayah juga tidak memiliki kekuatan untuk menahan kepergian Eun Han-Gyeol, padahal Ayah ingin sekali memberikan penjelasan pada Eun Han-Gyeol bahwa hubungan dirinya dengan Yoon Song-Hwa sudah berakhir. Ia tanpa sengaja menyimpan sepasang cincin itu, tak memiliki nyali untuk membuangnya bahkan menunjukkan pada Yoon Song-Hwa sendiri.


Ayah membagi rasa khawatirnya pada Park Bok-Nyeo, ia bertanya tentang keadaan keluarga Gyeol. "Bagaimana tentang anak-anak?" tanya Ayah. Bukan rasa penasaran yang kini menggelayuti Ayah, tapi rasa khawatirnya. Park Bok-Nyeo memberikan informasi lengkapnya, "Eun Se-Gyeol telah memutuskan untuk tidak lagi mengikuti ujian masuk sekolah international." Ayah terkejut mendengar hal ini, apakah Eun Se-Gyeol melakukan hal itu karena Ayah. Park Bok Nyeo menjawab, "Itu adalah keputusan yang ia ambil."

"Aku tidak tau harus berkata apa. Bila aku mengatakan bahwa hubunganku dengan Yoon Song-Hwa sudah berakhir, Eun Han Gyeol pasti tidak akan percaya. Ia selalu berpikir bahwa aku adalah pembohong. Aku pikir, jangan katakan apapun pada Eun Han-Gyeol." ungkap Ayah, memastikan bahwa Park Bok-Nyeo tidak menyampaikan informasi yang salah.



Eun Doo-Gyeol hendak mencari-cari info tentang Park Bok-Nyeo lewat mesin pencarian di internet. Ia menuliskan kata 'Park Bok-Nyeo' di mesin pencari pintar itu, dan sederet nama  Park Bok-Nyeo lengkap dengan beberapa informasi yang disampaikan tidak seakurat dan tidak sesuai dengan Park Bok-Nyeo yang Eun Doo-Gyeol kenal.


Sampai pada akhirnya, ia dibawa ke sebuah situs porno. Dengan tanpa sengaja, website tersebut memutar video seorang perempuan menari-nari. Eun Doo-Gyeol tak berniat menonton video itu, tapi rasa penasarannya membuatnya terus menerus mengikuti detik demi detik dari video yang disuguhkan oleh website abal-abal tersebut. Eun Doo-Gyeol sama sekali tak menyadari saat Park Bok-Nyeo tengah berdiri di sampingnya. Saat mengetahui hal itu, Eun Doo-Gyeol gugup, ia hendak menutup video dan websitenya secara sekaligus, tapi sayangnya, dude every PC always end up crushing in the inappropriate scene every time your parents come near you.. and that's the duh.


Eun Doo-Gyeol yang gugup, tanpa sengaja menjatuhkan laptop tersebut, hingga bagian screen nya retak. Eun Doo-Gyeol bertanya, "Apa kau melihat apa yang baru saja aku tonton?" tanya Eun Doo-Gyeol. "Iya, aku melihatnya." Jawab Park Bok-Nyeo memberikan jawaban jujurnya. Eun Doo-Gyeol mencoba untuk mencari-cari alasan, ia tidak bermaksud untuk menonton video seperti itu, ia hanya tengah mencari sebuah info, apa Park Bok-Nyeo mempercayai dirinya, Park Bok Nyeo harus mempercayai hal itu, Eun Doo-Gyeol bukan tipe anak laki-laki yang hobby menonton situs porno. Ini kali pertamanya. Eun Doo-Gyeol terus menerus memastikan dirinya bahwa ia tidak bersalah.


Laptop yang baru saja digunakan oleh Eun Doo-Gyeol ternyata adalah laptop milik Eun Se-Gyeol. Eun Se-Gyeol heran mengapa screen laptopnya rusak. Ia mengira bahwa orang yang merusak laptopnya adalah Eun Hye-Gyeol. Eun Hye-Gyeol menggeleng polos saat Eun Se-Gyeol bertanya apakah Eun Hye-Gyeol yang memecahkan screen laptopnya.



Saat Eun Se-Gyeol bertanya pada Park Bok-Nyeo siapa yang sudah merusak laptopnya, tiba-tiba Eun Doo-Gyeol datang. Eun Doo-Gyeol berusaha untuk mencegah agar Park Bok-Nyeo tak berbicara hal yang sebenarnya. Tapi pada akhirnya, Park Bok Nyeo mengatakan bahwa yang memecahkan laptop itu adalah Eun Doo-Gyeol. Bukan hanya itu, Park Bok-Nyeo bahkan mengatakan bahwa Eun Doo-Gyeol menggunakan laptop itu untuk menonton video porno.



Eun Se-Gyeol dan Eun Han-Gyeol terkejut mendengarnya. "Kau mengacaukan segalanya." pekik Eun Han-Gyeol yang letih dengan kekesalannya. Rasa kesalnya semakin bertambah, terhadap ayah, sekarang harus ditambah lagi dengan ulah kekanak-kanakan dari Eun Doo-Gyeo. Eun Doo-Gyeol mencoba menjelaskan bahwa bukan dirinya yang melakukan hal itu. Tapi sia-sia, tak ada lagi yang mau mendengarkan pengakuan Eun Doo-Gyeol.


Semua orang mulai bergantian menyalahkan Eun Doo-Gyeol, padahal yang hanya ingin ia lakukan adalah menjaga keluarganya. Seharusnya bukan dirinya yang disalahkan tapi Park Bok-Nyeo, sejak kedatangannya di keluarga Gyeol, semua hal jadi bertambah buruk, tak ada satupun yang berjalan baik. Pikiran Eun Doo-Gyeol tak lagi bisa berkonsentrasi pada kegiatan basketnya. Berulang kali ia kehilangan kesempatan untuk memasukkan bola basket ke dalam ring.


Karena masalah keluarganya itu, Eun Doo-Gyeol jadi semakin sensitif. Beberapa anak-anak tingkat awal tengah berbincang dan mereka tertawa terbahak. Eun Doo-Gyeol merasa bahwa mereka tengah menertawakan dirinya. Dengan geram, Eun Doo-Gyeol memarahi para juniour tim basketnya itu. Mereka disuruh untuk melakukan push-up sebanyak 100 kali. Dua orang teman satu angkatan Eun Doo-Gyeol mendatangi Eun Doo-Gyeol. Mereka tak setuju dengan ulah Eun Doo-Gyeol, yang menyalahkan dan melampiaskan kemarahannya pada juniour mereka.


"Hanya karena Ayahmu pergi dari rumah, bukan berarti kau berhak untuk memaki mereka." ungkap salah satu teman Eun Doo-Gyeol. Eun Doo-Gyeol merasa semakin tersudut, dari mana teman-temannya itu mengetahui bahwa Ayahnya pergi dari rumah, "Dari mana kau mengetahui hal itu?" tanya Eun Doo-Gyeol, dengan lengan yang sudah siap menerkam. "Ahjumma tetanggamu, menyebarkan semuanya pada orang lain." jawab teman Eun Doo-Gyeol.




Mendengar hal itu, Eun Doo-Gyeol semakin kalut, ia memukuli temannya itu tanpa ampun. Perkelahian terhenti saat pelatih mereka datang. Pelatih tentu saja menyalahkan Eun Doo-Gyeol yang terlebih dahulu membuat ulah. Eun Doo-Gyeol tak lagi bisa bergabung dengan tim basket. Rasa amarahnya tak selesai sampai di situ, saat Eun Doo-Gyeol bertemu lagi dengan teman-temannya, rasa marah dan kesalnya tersulut, ia kembali memukuli temannya.



Kali ini pihak kepolisian yang menanganinya, polisi tak akan membiarkan Eun Doo-Gyeol bebas bila salah  satu keluarganya tak datang. Ternyata Ayah datang, pekerjaan Ayah yang tak lagi sesibuk dulu memberikan banyak waktu luang untuk Ayah. Kedatangan Ayah membuat Eun Doo-Gyeol dapat terbebas dari hukuman.


Kedatangan Ayah itu malah seperti menambah minyak pada api, karena kemarahan Eun Doo-Gyeol semakin memuncak. Ia membuang baju seragam tim basketnya ke dalam tong sampah. "Aku berhenti dari team basket." pekik Eun Doo-Gyeol.


Ayah tak mengerti alasan Eun Doo-Gyeol terhadap keputusannya itu, "Kau sangat menyukai basket, mengapa kau keluar dari tim?" tanya Ayah. "Aku menggeluti basket karena tidak ada lagi hal yang dapat aku lakukan. Aku benar-benar tak berguna di mata pelajaran, aku bodoh. Hal satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah bermain basket. Tapi, aku punya minat pada hal lain." jawab Eun Doo-Gyeol dengan nada meninggi.



Kenakalan Eun Doo-Gyeol semakin menjadi, ia membolos jam pelajaran. Menghabiskan waktunya untuk bermain game. Bosan dengan permainan gamenya, Eun Doo-Gyeol menantang Park Bok-Nyeo untuk ikut bermain game bersamanya. Tapi hasilnya sama, Eun Doo-Gyeol tetap saja tak memiliki keberuntungan untuk bisa menang dari Park Bok-Nyeo.




Belum puas, Eun Doo-Gyeol mengajak Park Bok-Nyeo untuk mengadakan duel basket. Wanita itu ternyata mahir dalam bermain basket. Dengan sedikit usaha, Park Bok-Nyeo membuat Eun Doo-Gyeol kalah telak. Tak ada satupun point yang di dapat oleh Eun Doo-Gyeol, ring basket dikuasai oleh Park Bok-Nyeo. Lelah karena selalu saja kalah, Eun Doo-Gyeol menantang Park Bok-Nyeo. Kali ini tantangannya lebih esktrim.



Video penari yang beberapa waktu lalu Eun Doo-Gyeol tonton memberikan pengaruh buruk pada dirinya. Ia bahkan menantang Park Bok-Nyeo, "Apa kau bisa melakukan hal 'itu' juga?" tanya Eun Doo-Gyeol gugup. "Hal 'itu', hanya ada kita berdua di rumah." ungkapnya dengan berpura-pura berani. "Apa yang harus kita mulai terlebih dahulu." jawab Park Bok-Nyeo yang menerima tantangan Eun Doo-Gyeol.



Hal gila ini pun dilakukan oleh Park Bok-Nyeo, ia membuka kancing bajunya. Belum sempat kancing kedua dari kancing Park Bok-Nyeo terbuka, Eun Doo-Gyeol sudah terlebih dahulu lari terbirit-biri. "Dasar perempuan gila." pekik Eun Doo-Gyeol. Seribu langkah yang diambilnya, membuat Eun Doo-Gyeol terpeleset di depan Eun Han-Gyeol yang baru saja pulang larut. Eun Han-Gyeol heran dengan Eun Doo-Gyeol yang terus berlari meninggalkan rumah.


Di luar rumah, Eun Doo-Gyeol memikirkan banyak hal. Ia anak laki-laki tertua, seharusnya ia bisa mengatasi permasalahan yang terjadi. Bukan malah menambah permasalahan yang ada. Saat tengah berjalan dipinggiran jalan, sebuah keluarga harmonis yang tengah menikmati makanan mereka, menyita perhatian Eun Doo-Gyeol. Kadang, ia ingin sekali keluarganya utuh, saat ibu dan ayahnya masih bersama, saat tak ada masalah yang terjadi. Pria muda ini merindukan hal itu.



Ibu Eon Ji giat sekali menguntit kediaman keluarga Gyeol melalui teropong milik suaminya itu. Malam itu, melalui teropong, ia kembali memergoki seorang pria yang bertingkah aneh. Pria itu kembali melakukan hal yang sama seperti beberapa hari yang lalu, ia menaruh sebuah surat di kotak surat keluarga Gyeol. Ibu Eon Ji penasaran dan ia bergegas mengecek isi dari Kotak surat itu.



Belum sempat Ibu Eon Ji membuka surat dan mengetahui isinya, Eun Doo-Gyeol datang. Ia berseru, "Jadi, kau! Kau tau, apa yang kau lakukan ini benar-benar menyusahkan orang lain." pekik Eun Doo-Gyeol. Tapi, Ibu Eon Ji tak mengakui perbuatannya, ia mengatakan hal yang sebenarnya, kedatangannya ke depan rumah keluarga Gyeol hanya karena seorang pria yang bertingkah aneh. Tapi Eun Doo-Gyeol, tak mempercayai hal tersebut.



Park Bok-Nyeo datang seketika Ibu Eon Ji pergi. Eun Doo-Gyeol memberikan perintah, "Maafkan aku atas kejadian tadi. Sebenarnya yang mengirimkan surat ini adalah Ibu Eon Ji." ungkap Eun Doo-Gyeol, tapi tau bahwa seorang pria misterius tengah memperhatikan dirinya dan Park Bok-Nyeo dari balik tembok tikungan jalan. "Aku ingin kau melakukan sesuatu pada keluarga Eon Ji." ungkap Eun Doo-Gyeol.



"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Park Bok-Nyeo. Bagaimana kalau menghancurkan rumah Eon Ji, maka Park Bok-Nyeo membutuhkan peralatan berat seperti buldozer, apa Eun Doo-Gyeol memiliki peralatan itu. Kalau membom rumah Eon ji, nah, Eun Doo-Gyeol membutuhkan granat, apa Eun Doo-Gyeol juga memiliki granat atau bom waktu untuk menghancurkan rumah Eon Ji. Tentu saja Eun Doo-Gyeol tak memiliki peralatan seperti itu.


Park Bok-Nyeo terus menerus memperhatikan Eun Doo-Gyeol. Eun Doo-Gyeol risih diperhatikan seperti itu, "Kenapa?! Kenapa kau melihatku?! Apa kau juga berpikir bahwa aku ini tidak berguna. Kau tidak akan pernah mengerti perasaanku, kau hanyalah wanita robot." ungkap Eun Doo-Gyeol jengah. "Aku mengerti." jawab Park Bok-Nyeo. Park Bok-Nyeo melangkah pergi mendekati rumah Eon Ji.




Di tembok putih itu, Park Bok-Nyeo menuliskan, "Aku ingin melindungi  keluargaku." Tulisan itu adalah kalimat sederhana yang menggambarkan perasaan Eun Doo-Gyeol. Eun Doo-Gyeol tersenyum kecil, satu kalimat itu benar-benar menyentuh hati kalutnya.

Tembok putih milik Ibu Eon Ji itu kotor karena tulisan yang dibuat oleh Park Bok-Nyeo, Ibu Eon-Ji menjerit kesal.



Ibu Eon Ji lagi-lagi membuat masalah baru, ia menyeret polisi untuk mengatasi permasalahan ini. Ayah datang, ia cemas, dan segera memohon maaf pada Ibu Eon Ji. Ayah bahkan berlutut di hadapan Ibu Eon Ji, berharap agar Ibu Eon Ji memaafkan ulah Eun Doo-Gyeol.


Ayah yang berlutut demi menyelamatkan Eun Doo-Gyeol, hal kedua yang membuat hati Eun Doo-Gyeol merasa semakin nyaman. Kalutnya perlahan hilang, dan...

Bersambung Sinopsis The Suspicious Housekeeper Episode 6.


cuteeest ~~



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners