[Queen Bee Series] ??? (Symptoms) : ?? (One Minute Back)

Translate this Article...

 "Apa kau percaya kalau setiap impian itu bersayap. Itulah mengapa para leluhur tua menyuruh kita untuk menggapainya sampai ke langit, kan? Di setiap letih menguatkan kepakannya, tapi saat kau berhenti bermimpi kepakannya akan meringkih dan mati."


 [Queen Bee Series] ??? (Symptoms) : 
 ?? (One Minute Back)
Happy birthday My Onew~

 DON'T RE-UPLOAD/ COPY PASTE
DILARANG UNTUK DI COPY PASTE. DI-LA-RANG!!

?? (One Minute Back)
 
Jessica menekan gas kuat-kuat dengan salah satu kakinya, tak memedulikan apapun. Mesin mobil itu dipaksanya untuk melaju cepat, menyusuri jalan dan meninggalkan kendaraan demi kendaraan di belakang. Penglihatan Jessica mengabur, genangan air mata yang butirannya mengalir beraturan itu seakan menyeret semua sisa kenangannya bersama Alec.

Jessica tak mungkin kehilangan Alec secepat ini. Berita yang didapatnya beberapa menit yang lalu tentang kondisi Alec yang kembali memburuk, semua itu tidak benar kan? Semua orang membohonginya, Alec baik-baik saja. Entah berapa kalipun Jessica mencoba untuk tidak memercayai semua berita itu, percuma, karena bagaimanapun Jessica sudah mengetahui bahwa hasil akhirnya adalah yang terburuk. Alec akan memiliki akhir yang seperti itu, Jessica hanya tak akan pernah siap ditinggalkan bersama sunyi.

Jessica tak mampu membayangkannya, yang ada di otaknya saat ini adalah menemui Alec, menjaga dan mendampinginya. Tak ada yang lebih penting baginya kecuali Alec. Tak juga pentas balet itu, atau mereka yang khawatir mencari dirinya yang tak lagi berada di tempat menunggu giliran untuk berpentas.

Pikiran Jessica yang kacau membuatnya tak lagi mampu memegang kendali mesin mobilnya. Jessica nekat membanting setir. Dalam sekejap mobil yang ditumpanginya itu oleng, karena kemudi yang berubah haluan ke pembatas jalan. Mobil dari arah yang berlainan mencoba menghindari benturan dengan mobil Jessica dengan mengerem mendadak. Tanpa mampu menghindari, benturan keras terjadi, decitan mobil yang terseret terdengar menggema. Asap tanpa api mengepul dari bagian depan mobil yang saling berbenturan. Jessica sudah lagi tak sadarkan diri, keningnya terbentur keras hingga berlumuran darah.

??

Seorang dokter mendatangi keluarga Jessica yang menunggu dengan cemas dan panik di luar ruangan operasi.

Dokter pria itu menyunggingkan senyum tulusnya, �Operasi berjalan lancar.� Ungkapnya seraya mencopot penutup plastik�untuk kepentingan operasi�dari rambutnya. �Kita hanya tinggal menunggunya untuk kembali siuman.�

Seorang wanita berambut pendek itu segera mendekap pria berbadan tambul yang berada disampingnya. Ia menangis karena bahagia, pria itu tersenyum seraya mengelus rambut hitam legam dari wanita yang tengah bersandar di dadanya. Semua berjalan sesuai dengan apa yang keluarga itu harapkan, tapi ada satu  hal yang mengganjal di diri wanita langsing berkulit putih itu.

�Anakku seorang ballerina, apa ia masih tetap bisa menekuni balet?� tanya sang wanita yang menegakkan badannya. Ia membiarkan air matanya berjatuhan dari pelupuk mata.
Dokter itu terdiam sesaat, sulit untuk mengatakannya. �Fungsi kaki kanannya kemungkinan tidak akan sama seperti sebelum kecelakaan terjadi dan setelah operasi dilangsungkan.�
�Apakah itu permanen?� Wanita itu membesarkan matanya, tak percaya. Tangannya yang gemetar segera diraih oleh pria tambul yang sepertinya sangat mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sang wanita.
�Operasi dilakukan sesuai dengan prosedur, hasil dari setiap fungsinya akan sama seperti seorang bayi yang baru dilahirkan.�

??
Onew menarik paksa sebuah jas putih dengan tag nama berwarna keemasan�sebuah nama yang timbul �Kim Kibum� tersemat di bagian kanan atas saku jas. Ia mengenakan jas itu dengan terburu-buru, tak terlalu mempedulikan ukuran jas yang sangat tak sesuai dengan ukuran badannya. Sebuah dokumen berlapis amplop cokelat yang berada di atas meja, diambilnya dengan kibasan yang super cepat. Onew memang harus bergerak cepat, sebelum orang lain memergokinya. Onew menarik langkahnya lebar-lebar, bergegas untuk keluar dari ruangan itu. Ia membiarkan pintu berdecit tak tertutup rapat. Sebuah papan nama besar bertuliskan �Dokter Kim Kibum = Ada� berayun-ayun karena gerakan super cepat pria ini.

Saat kakinya mejejaki lantai di ruang ruangan, Onew memperhatikan sekelilingnya, mencari-cari sesuatu. Koridor rumah sakit itu terlihat lengang, hanya ada beberapa pasien rawat inap dan para suster penjaga yang hilir mudik. Matanya mengunci satu pandang pada seorang suster berseragam merah jambu yang tengah membawa panai logam�dengan obat-obatan dan satu gelas minuman di atasnya. Onew mengenal suster itu, tentu saja, karena rumah sakit sudah menjadi rumah keduanya.

�Suster Taeyon..� panggil Onew seraya melangkah dengan memasang senyum penuh iba. Senyum itu tergambar begitu saja, dan seperti perkiraan Onew, semua wanita akan tersihir karenanya.

�I..iya.. Onew-ssi.� Suster yang dipanggil Onew tadi, berubah gugup. Wajah putihnya memerah. Suster Taeyon bahkan menyempatkan diri untuk merapikan rambutnya, bagian poni dan gulungan rambut yang tertutup oleh topi kecil ala suster.

Sudah sangat sering Onew menemui gelagat seperti itu, tiap kali dirinya sekedar berbagi senyum. Onew seperti mendapatkan jackpot. Ia terkadang heran, mengapa wanita sangat mudah sekali untuk dibaca.
�Untuk ruangan berapa, suster?� tanya Onew dengan ramah, senyumnya masih terpasang manis.
�Ru..r.ruang 12 lantai 3.�
�Siap.� Onew mengambil panai logam dari tangan suster Taeyeon. Memapahnya hati-hati dengan kedua tangannya. Dokumen beramplop cokelat yang dibawanya, ia taruh di pinggiran panai yang masih menyisakan tempat kosong.
�Hati-hati..� ujar Suster Taeyeon, sedikit tak mempercayai Onew.
�La!� seru Onew seraya berjalan membelakangi suster Taeyeon untuk segera menuju ke ruangan yang dimaksud.

Mengingatkan para pasien untuk meminum obatnya sudah seperti rutinitas menyenangkan. Onew tak segan-segan untuk sekedar meminjam jas Kibum�kakak Onew yang merupakan dokter dari rumah sakit itu�agar terlihat seperti seorang dokter sungguhan. Sangat keren, pikirnya. Jas putih itu memiliki fungsi untuk menutupi baju�biru muda tanpa corak�yang dikenakan Onew, yang juga hampir dipakai oleh semua orang yang ada di rumah sakit itu.

Lift berdenting, pintu besinya terbuka lebar, kosong, tak ada siapapun yang menggunakan lift itu. Onew menghembuskan nafasnya, seraya tersenyum penuh kemenangan. Lift berhenti di lantai 3 dari gedung rumah sakit yang memiliki 8 lantai. Onew memastikan lagi ruangan pasien yang membutuhkan obat ini, ruang 12.


??
�Did you miss, me?� tanya Alec.
Jessica terdiam, air mata itu kembali menggelinding halus dari kedua sudut matanya. Pertanyaan itu tak seharusnya ditanyakan, karena jawabannya akan jelas sekali, bahwa Jessica sangat merindukan Alec. Haruskah Jessica menggandakan kata �sangat� di dalam kalimatnya.
�I miss you a lot, you know.� Alec berkata pelan dan membuat Jessica semakin tercekik karena perasaan rindunya. 

�Why took so long to find me?� balas Jessica.
 �Karena hidup tidak lagi pendek, jadi aku memanjangkan laju pertemuanku denganmu, Jessica. � Jawab Alec.  �Aku harus datang. Untuk yang terakhir kalinya. Terimakasih untuk segalanya.�
Jessica tersenyum, ia memberanikan diri untuk menggenggam tangan Alec. �Kamu akan kembali.�
�Suatu saat nanti.�   
Jessica mengangguk, tanpa diminta, genggaman tanganya dengan Alec terlepas.

Dari sudut mata Jessica, air mata itu menetes bagaikan pelembut yang memudahkan kedua kelopak matanya terbuka perlahan, menerima cahaya pertamanya yang buram. Bersamaan dengan kedipan demi kedipan matanya, semua terlihat jelas. Kesadarannya 100 persen kembali normal. Suara dentingan denyutan jantung dari sebuah alat berbentuk kotak di pinggirnya, membuatnya sadar bahwa ia tengah berada di sebuah ruang rawat inap. Lampu ruangan yang menyilaukan memberitahukannya bahwa saat ini adalah malam hari.

�Hei, hei.. Apa ini kali pertamanya kau bangun dari tidur panjang?� suara yang tak dikenal itu mendengung sangat nyaring. �Bagaimana rasanya? Apa kau juga terkena beberapa syndrome seperti ;bermimpi tapi tidak bermimpi;?�
Jessica mencari-cari sumber suara asing yang membuat dirinya sangat risi. Sampai, sosok pria dengan wajah tirus berhidung kecil yang mancung itu melongokkan wajahnya tepat di hadapan Jessica.

�Kau siapa?� tanya Jessica dengan suara lemah.
�Penjenguk, yang membawakan obat.� Jawabnya dengan sukacita. Pria ini sibuk menyiapkan obat-obatan.
�Kau berniat meracuniku?� Jessica bertanya sedikit mempercayai bahwa ia mungkin akan mati di tangan pria asing ini.
�Iya.� Jawabnya dengan kesal, seraya meletakkan satu obat di tangan kanannya lalu memasukan ke dalam mulut. Obat itu ditelannya tepat di depan Jessica, ia meneguk setengah gelas air, menyudahi aksinya dengan memperlihatkan rongga mulutnya yang kosong tanpa ada sisa obat. �Aku, masih hidup.�

Jessica semakin menatapnya dengan tatapan aneh.
Hey.. hey.. hey.. bagaimana kalau pria ini mati tersedak karena obat yang ditelannya dalam sekejap itu. Pria gila.
Jessica mencoba membenarkan posisinya, ia menyadarkan dirinya dengan ganjalan bantal agar memudahkan dirinya saat meminum obat-obatan. Pria itu memberikannya 4 buah pill dengan warna yang berlainan.
�Mana yang harus diminum terlebih dahulu?� tanya Jessica.
�Hmm.. Suka warna apa?� jawab pria itu.
Pertanyaan yang membuat Jessica tersedak.

�Orange dulu. Biru muda. Merah marun dan kuning.� Lanjut pria yang rambut cokelatnya di potong dengan gaya The Natural Fringe�kedua sisi rambutnya di potong sejajar dengan daun telinga dan bagian tengah rambutnya dibiarkan memanjang, menjuntai dengan gelombang tak beraturan, menutupi kening dan alisnya.

Tanpa banyak protes, Jessica menelan satu persatu obat-obatan itu. Demo menelan obat yang dilakukan pria ini sukses membuat Jessica percaya. �Kalau aku mati, orang pertama yang akan aku hantui adalah kau.� Kata Jessica seraya menerima gelas yang disodorkan ke arahnya, sisa air yang baru saja diminum setengahnya oleh pria ini. Tak mau ambil pusing, Jessica menenggak habis, tak menyisakan air di gelas itu.

�Good girl.� Senyum manis diperlihatkan bibir mungil pria ini. �Okay, bub bye.� Ia melambaikan tangan, lalu keluar ruangan, meninggalkan Jessica bersama dengan kehampaan yang tersampaikan oleh mimpi-mimpi yang sepertinya tampak nyata.

??
Semua orang mengatakan kalau Onew boleh melakukan apapun. Apapun yang terdefinisikan sebagai �melakukan segala hal tanpa cegahan�, selagi hal itu tak mengancam keselamatannya. Tapi faktanya, tetap saja semua tindakan Onew akan berujung pada penghakiman dengan banyak aturan.

Maka tak jarang, guna menghindari penghakiman dari banyak pihak, sering kalinya Onew mengendap-endap. Seperti saat ini. Onew menuruni tangga dengan penuh kemenangan setelah berhasil menjelajahi rooftop outdoor yang dimiliki rumah sakit. Pintu menuju tempat itu selalu terkunci, tak banyak orang yang mengetahui keberadaannya. Onew yang penasaran pun akhirnya mencari jalan, meminjam kunci dari penjaga gudang dengan mengatas-namakan kakaknya�Kim Kibum. Dan berhasil.

Rooftop outdoor yang hanya digunakan untuk persinggahan burung-burung yang bermigrasi. Sayang sekali, mengabaikan asset rumah sakit. Diberdayakan! Dibuat taman, �Secret Garden Rooftop Outdoor R.S Nunmuri� lebih terdengar keren dari pada �Loteng Kosong Yang Dikunci Dengan Gembok Penjara�.

Onew tertawa kecil dengan idenya sendiri, mencoba mengabaikan rasa sakit di bagian hulu hatinya yang terasa seperti ditohok oleh belati. Pandangannya lambat laun mengabur, semakin tak terlihat apapun, remang-remang dan gelap seketika, yang ia sadari hanya ia sudah berada di lantai dasar setelah menuruni tangga, pipinya yang terasa dingin bersentuhan dengan lantai dan deru langkah banyak orang yang membuat dirinya semakin tersudutkan dalam gelap.

??
Entah berasal dari tangan yang sebelah mana, rasa seperti tersengat lebah menjalar sampai kesekujur tubuh Onew. Rasa sakit itu membuat indera perasanya mengecap rasa pahit yang tak tahu juga asal muasalnya. Kemudian, ia seperti didorong paksa ke tempat yang semakin gelap tak bertepian tanpa mampu membuka mata terlebih dahulu. Tapi dengan sekuat tenaga, Onew yang tak ingin terperangkap dalam gelap�perlahan tapi pasti menekan kuat asanya hingga kedua kelopak matanya mengedip. �Ah.. Ruangan ini lagi..� keluhnya seraya menahan rasa sakit. Dengan perlahan, Onew bangkit dan melangkah keluar ruangan bertirai putih pucat itu. Ada satu ruangan favoritenya, ruangan kerja milik Kim Kibum yang terletak di lantai 12.

??
Bosan rasanya bila harus berada di ruangan yang sama seharian. �Lagi pula, aku sudah baikan.� Ungkap Jessica seraya bangkit dari tidurnya. Dengan tertatih ia menjejakkan kakiknya di lantai, setelah mengenakan sepasang slop Jessica mencabut selang infus dari tangannya. Ia melangkah pelan keluar ruangan. Setelah berjalan beberapa langkah, terdapat sebuah ruangan yang tak terkunci dengan suara melodi musik musim semi yang terdengar mengaung hingga keluar ruangan, pintu ruangan itu yang sedikit menganga, memberikan kesempatan bagi rasa penasaran Jessica untuk melakukan ekspedisi darurat�perlahan ia membuka lebar pintu ruangan.

�Pria ini?� Jessica mencoba menjelaskan pada dirinya sendiri, bahwa sosok pria yang tengah tertidur di sofa itu adalah pria yang beberapa waktu lalu hendak meracuninya, iya, Jessica masih mengkategorikan perbuatan Onew sebagai tindakan �meracuni-yang-tidak-terjadi�.

Jessica menghampiri Onew, langkahnya masih tak mengeluarkan irama apapun, tapi deru jantungnya semakin mengeras. Khawatir kalau-kalau suara detakan jantungnya terdengar dan menimbulkan keributan, Jessica meletakan tangannya untuk menenangkan jantungya sendiri.

Onew tengah tertidur sangat pulas. Dengkuran halus yang terdengar membuat Jessica semakin melangkah hati-hati. Sesampainya di dekat Onew, Jessica memperhatikan Onew dengan teliti. Wajah Onew saat tertidur benar-benar sangat tampan. Seperti bayi, sangat menggemaskan. Onew seperti seorang putri tidur, dan dengan sukarela Jessica akan menjadi ksatrianya. Jessica bergidik dengan imajinasinya sendiri.

Satu buku tebal, Onew dekapkan di dadanya dan beberapa buku lainnya berserakan di meja yang berada tepat di depannya. Setiap buku yang berserakan itu tertandai sebuah nama �Onew�. �O-new� eja Jessica, lalu ia mengangguk-angguk membiarkan nama Onew menjadi data input baru di otaknya. Jessica melihat kesekeliling ruangan yang dingin karena AC nya dinyalakan dengan suhu yang terlalu dingin untuk diriya.

Ruangan itu cukup besar, meja besar dengan papan nama berlogam emas bertuliskan nama yang sama dengan yang terpampang di depan pintu�Kim Kibum. Satu lemari besar berisi piagam, dan banyak piala serta perunggu tertata rapi di samping sebuah gantungan berbentuk ukiran cabang-cabang pohon. Belum lagi sebuah lukisan punggung para anak-anak kecil yang diletakkan di sudut dinding itu semakin membuat ruangan menjadi sangat nyaman.

Perhatian Jessica kembali berpusat kepada Onew. Kasian sekali pria ini, tubuhnya yang tinggi tak sesuai dengan ukuran sofa, hingga ia harus menggantungkan kakinya di sandaran sofa. Perlahan Jessica mengambil buku tebal itu, ia mengangkat dengan lembut kedua tangan Onew dan menjauhkan bukunya dari jangkauan Onew. Tak ada selimut yang bisa menyelimuti badan Onew yang masih lengkap menggunakan seragam sekolahnya. Akhirnya Jessica menggunakan jas putih yang tergantung di samping lemari yang penuh dengan piala. Dengan jas putih itu, Jessica berhasil membuat Onew semakin larut dalam tidurnya.

Jessica duduk di sebuah sofa kosong yang letaknya berdekatan dengan sofa yang tengah Onew tiduri. Ia mengambil buku fisika tebal dari atas meja, lalu membukanya lembar demi lembar. Ia lalu mengambil pulpen yang terselip di salah satu buku lain yang juga berserak di atas meja. �Ini surat pembalasan dendam karena keterkejutanku tadi saat kau memakan obat-obatan itu.� Desis Jessica seraya tersenyum penuh kejahilan. Jessica membuat sebuah note di lembaran kosong yang terdapat di buku tebal yang berada di pangkuannya itu. Ia mulai merangkai kata-kata, menuliskan sebuah soal.

Sorry, Onew.
Seorang penari balet berputar sebanyak 8 putaran per detik dengan kedua lengannya direntangkan. Pada saat itu momen inersia penari 8 kg/m2. Kemudian kedua lengannya dirapatkan sehingga momen inersianya menjadi 2 kgm2. Onew, frekuensi putarannya sekarang menjadi �

Setelah selesai, Jessica membaca kembali note yang baru saja dibuatnya. Namun tiba-tiba onew terbangun dari tidurnya. Onew sebenarnya tak benar-benar tertidur, ia tau seseorang tengah menghampirinya. Saat mendengar suara khas Jessica, memberikan ide baginya untuk berpura-pura terlelap. Ingin mengerjai gadis yang selalu berbicara pada dirinya sendiri itu.

�Apa kau percaya kalau setiap impian itu bersayap?� tanya Onew yang tak mengubah posisinya, ia masih merebahkan diri di atas sofa, tapi kali ini matanya menerawang ke langit-langit ruangan.

Pernyataan yang terdengar oleh Jessica itu membuat pulpen yang berada di tangannya terapung di udara. Jessica sedikit terkejut, ia memperhatikan Onew dari sudut matanya. Jessica menghitung kata-katanya sendiri lalu menjawab, �Setiap impian itu bersayap. Aku percaya.�

�Itulah mengapa para leluhur tua menyuruh kita untuk menggapainya sampai ke langit, kan?� Kali ini Onew memperhatikan Jessica, pandangan mata mereka saling bertemu.
Jessica mengangguk.

�Di setiap letih menguatkan kepakannya, tapi saat kau berhenti bermimpi kepakannya akan meringkih dan mati.� Onew menutup kalimat berharganya itu dengan senyumnya.

Jessica mengucapkan kembali kata-kata Onew layaknya sebuah mantra. Hatinya menggaung dan mematri kata-kata ini �Setiap impian itu bersayap. Itulah mengapa para leluhur tua menyuruhmu untuk menggapainya sampai ke langit. Di setiap letih menguatkan kepakannya, tapi saat kau berhenti bermimpi kepakannya akan meringkih dan mati. Jessica.� Jessica mengulurkan tangannya.
Onew meraih tangan Jessica, �Onew.� Ucapnya.

??
Preview ??? (Symptoms): ?? ?? ?? (Selene 6.23)
Jessica selalu berada di belakang Onew, menunggu aba-aba Onew saat mereka harus melewati koridor lantai 1 yang disisi sudut bagian atapnya terpasang cctv yang berputar mengikuti arah jarum jam.

Jessica segera berlari menghambur melewati pintu, menuju ke sisi gedung. Ia menghirup udara malam dalam-dalam, seraya merapatkan sweater milik Onew yang melindunginya dari dingin. �Akhirnya� Onew lihat!! Orion!!� Seru Jessica.



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners