Sinopsis Drama Special : Nara�s Rain part 2

Translate this Article...


Pria hujan itu selalu menangis di bawah derasnya hujan. Menunggu seseorang untuk memayunginya, tapi tak ada seorang pun yang datang.


Pria hujan itu menemukan wanita bersayap, yang sayap-sayapnya ringkih karena basah terkena hujan. Wanita bersayap memayungi Pria Hujan dengan sayap-sayap ringkihnya. Mereka saling berbagi banyak hal, hingga pelangi datang.


Masih tentang kisah pria hujan (Woo Gi) dan wanita bersayap (Nara).

Sinopsis Drama Special : Nara�s Rain part 2


�Apa kau pernah ke sini?� tanya Woo Gi seraya menatap jauh ke pemandangan di depannya. �Belum.� Jawab Nara terkesima melihat sekelilingnya. �Ini tempat terbaik ketika hujan. Tempat untuk mendengarkan dan merasakan hujan bagi mereka yang menyukainya. Orang tuaku selalu mengajakku ke tempat ini. Kami selalu bersama tak pernah berpisah.� Ungkap Woo Gi. �Ah, jadi itu kenapa mereka memberikanmu nama �Woo Gi� yang artinya musim hujan?� balas Nara. �Mereka memberikan nama yang aneh, bukan?� jawab Woo Gi.



�Tidak.� Nara menggelengkan kepalanya. �Namamu tidak aneh. Aku menyukainya. Seperti musim gugur di kala hujan bila diucapkan dengan berbisik.� Jawab Nara. Ini kali pertama bagi Woo Gi mengajak seseorang ke tempat favoritenya, pertama kali juga baginya mendengarkan namanya disukai oleh orang lain. Woo Gi tersenyum atas semua yang serba pertama kalinya itu.



Hari itu mereka menghabiskan waktu bersama, Woo Gi mengantarkan pulang Nara di akhir senja. Ia juga membantu membawakan sepeda Nara ke dalam apartemen.



Di dalam apartement Woo Gi memutar-mutar bola dunia dan bertanya, �Apakah di gurun juga hujan?� tanya Woo Gi. �Hujan tapi dengan jumlah yang sedikit.� Jawab Nara kaku. �Ah, jadi tidak ada belahan di dunia ini yang tidak dibasahi dengan hujan. Kalian pergi ke banyak tempat bersama.� Kata Woo Gi saat melihat foto-foto  yang dipajang oleh Nara. �Tempat apa yang paling kalian sukai.� Tanya Woo Gi.



Nara menjawabnya, �Tempat yang disinari matahari.� Woo Gi lagi-lagi bertanya, �Bagaimana ia meninggal dunia?� Nara menghindari pertanyaan ini untuk di jawab, �Ini sudah malam, pulanglah.� Suruh Nara. Woogi mengangguk. Ia memakai sepatu dan meninggalkan Nara, sebelum ia pergi, Woo Gi berkata, �Aku juga menyukai tempat yang disinari matahari.� Perkataan Woo Gi itu membuat Nara terdiam, akhirnya ia menghentikan Woo Gi untuk pulang.



Woo Gi membicarakan banyak hal malam itu bersama Nara. �Sebentar lagi peringatan kematian. Kau tau, apa yang biasa aku lakukan untuk memperingati kematian Ayahku? Aku hanya membuat sup kepiting dan nasi untuk disajikan saat memperingati kematiannya. Karena hanya itu yang bisa aku masak.� Ungkap Woo Gi. 



Nara tersenyum simpul, �Bagaimana kalau aku membantumu untuk menyiapkan peringatan kematian itu. Aku bisa membawakanmu makanan lain.� Jawab Nara. �Apa yang suamimu sukai?� tanya Woo Gi. Mengingat suaminya, Nara tersenyum, �Ia.. menyukai ayam goreng.� Woo Gi pun membalas, �Ah, maka aku akan bergantian membawakan makanan kesukaan suamimu.�

Woo Gi yang berkunjung ke apartement Nara malam itu, tiba-tiba membuat rumor buruk tersebar. Para guru dan murid mulai membicarakan kedekatan antara Nara dan Woo Gi. Sampai rumor itu terdengar oleh kepala sekolah, ia memberikan peringatan kepada Nara. �Miss Nara. Siswa-siswa itu memiliki sifat yang menakutkan. Kau harus menjaga jarak dengan mereka. Lagi pula, kau ini janda. Hal itu akn membuat para orang tua berkumpul dan menendangmu keluar dari sekolah ini.� Ucap Kepala sekolah. Yang Nara bisa lakukan hanya meminta maaf.


Tapi tidak untuk Woo Gi, Woo Gi merasa bahwa Nara tidaklah salah. Merekak tidak melakukan apapun, mengapa Nara harus meminta maaf atas sesuatu yang bukan kesalahannya. Setelah mendengar bahwa Nara dipanggil ke ruang kepala sekolah, Woo Gi segera menyusulnya. 



�Apa yang salah dengan Guru Nara. Guru Nara tidak bersalah.� Ungkap Woo Gi seraya mengepalkan tangannya. Mr Choi berusaha untuk memperingat Woo Gi bahwa sikapnya sudah berlebihan, tapi Woo Gi tak ingin juga disalahkan.




Woo Gi menunggu kedatangan Nara di depan apartement. Nara mencoba menghindarinya, tapi Woo Gi segera menahan tangan Nara. �Maafkan aku atas kejadian tadi. Aku datang untuk meminta maaf. Aku mohon jangan hiraukan aku. Kau bisa mencari pria dan bersama pria lain, tapi aku tidak ingin hubungan kita menjadi kaku seperti ini. Maafkan aku.� Ungkap Woo Gi.


Woo Gi menahan pelan pergelangan tangan Nara dengan tangannya. Ia hanya ingin berkata seperti itu, dan kemudian pergi.



Rumor kembali menyebar ke seluruh penjuru sekolah, sekarang dengan bukti foto. Foto Woo Gi sedang menggenggam tangan Nara. Beberapa guru mengolok-olok Nara, �Seorang guru yang janda merayu muridnya malam-malam seperti itu. Woo Gi hidup sendiri, ia tak memiliki siapapun, tanap Ayah ataupun Ibu. Kau pikir kau bisa berbuat seenaknya seperti itu dengan status jandamu itu.� Ungkap guru itu. Nara menjawabnya dengan tegas, �Aku tidak pernah melakukan hal itu. Aku tidak pernah merayu siapapun.� Jawab Nara.




Woo Gi tak masuk sekolah, ia menunggu seharian di depan rumah Nara. Woo Gi basah kuyup, ia juga kedinginan. Tapi saat Nara datang, bukan sapaan ramah yang ia berikan, Nara malah menyentaknya. �Jangan pernah datang ke sini lagi! Jangan pernah!� �Kenapa? Kenapa aku tidak boleh datang ke sini?� tanya Woo Gi menggigil kedinginan. �Bagaimana denganku. Tidak bolehkah aku menyukaimu? Bukan karena kau guruku, tapi atas segala hal yang menghubungkan kita.�


�Kau membuat segalanya bertambah buruk. Aku datang untuk membersihkan nama baik suamiku. Tapi kau membuatnya bertambah buruk.� Jawab Nara. �Pergilah.� Nara mengusir Woo Gi. Woo Gi mencoba menahan tangan Nara, ia memperhatikan jam tangan suami Nara yang dipakai di pergelangan tangan wanita yang tengah ia genggam tangannya.


Air mata Woo Gi berjatuhan seperti derasnya hujan saat itu. �Jam tangan suamimu, tidaklah cocok denganmu. Tanganmu sangat cantik. Hujan ini yang mengambil kedua orang tuaku. Ibuku mati karena sakit. Ayahku juga meninggal dimalam hujan seperti ini. Ia bunuh diri dengan mobilnya, ia meluncur dengan cepat di daerah Hangang dan berakhir dengan menabrak pilar jembatan."


"Aku menunggunya semalaman, badanku sakit dan kedinginan. Aku membenci hujan, aku membenci namaku sendiri, tapi saat kau memanggil namaku dank au menyukai namaku, aku tidak lagi membenci nama ini. Kau satu-satunya orang yang mengerti apa yang aku rasakan, karena kita mengalami kejadian yang sama.� Woo Gi melepaskan tangan Nara dan membiarkannya pergi.



Mulai sejak itu, Woo Gi tak pernah masuk kelas. Ia juga keluar dari pekerjaannya. Satu hal yang Woo Gi berikan pada Nara sebelum Woo Gi benar-benar pergi, sebuah jam tangan yang ditaruhnya di kotak surat di apartemen Nara.


Nara menemui Woo Gi, ada hal yang ia ingin katakan. Mereka berjalan bersama menuju ke pinggiran jalan Hangang tempat terjadinya kecelakaan 2 tahun silam yang melibatkan suami Nara dan Ayah Woo Gi. 


�Di sini. Tempat kejadian itu. Aku bertemu dengan salah seorang murid yang terlibat geng motor beberapa waktu lalu. Ia meminta maaf dan memohon maaf sepanjang waktu, kejadian mengenaskan yang terjadi pada kita menghantuinya.� ungkap Nara.



�Ia ingin bertemu denganmu. Ia mengatakan bahwa saat aku pingsan, sebuah mobil mencoba untuk mengejar para berandalan geng motor, karena pemilik mobil itu melihat kejadian tabrak lari yang terjadi padaku. Namun, pada akhirnya, mobil itu tergelincir dan menerjang pilar jembatan itu.� Nara mengarahkan pandangannya tepat ke arah pilar yang berdiri kokoh di seberang mereka. �Aku mengira bahwa mobil itu adalah�.� �Ayah.. Itu mobil ayahku.� Jawab Woo Gi. �Aku ingin bertemu dengannya juga. Berikan aku alamatnya.� Pinta Woo Gi.



Beberapa hari kemudian, setelah Nara menceritakan hal yang terjadi pada Ayah Woo Gi, bahwa Ayah Woo Gi mati bukan karena bunuh diri. Tapi karena ia berusaha untuk membantu Nara, mengejar para berandalan, yang pada akhirnya kejadian itu malah merenggut nyawa Ayah Woo Gi. Nara mencari-cari Woo Gi, ia khawatir, sangat khawatir. Woo Gi mencopot jam suami yang biasa dipakai olehnya, ia juga tak lagi memakai cincin perkawinannya. Ia meletakkan benda berharga itu depan foto suaminya tercinta. Woo Gi memilih untuk mengenakan jam pemberian dari Woo Gi.



Nara mencari-cari Woo Gi di semua tempat, ia membiarkan dirinya basah kuyup karena hujan deras yang menerpa. Putus asa karena tak juga menemukan Woo Gi. Nara pergi ke tempat terakhir, ke lahan tak terpakai di bawah pilar-pilar jembatan layang. Tempat favorite Woo Gi saat hujan. Nara menemukan Woo Gi, ia duduk sendirian di bangku itu.



�Mengapa kau disini?� Tanya Nara khawatir. �Aku pergi menemui anak itu. Ia memohon maaf dan menangis sepanjang waktu. Seharusnya aku yang menangis. Aku pergi. Tapi tak tahu aku harus pergi kemana. Aku tak lagi takut hujan, tak mengkhawatirkan hujan, tak juga membenci hujan. Karena aku tahu, ayahku meninggal saat melakukan hal baik kala hujan. Aku bisa menikmati hujan lagi. Sekarang, aku tak tahu harus melakukan apa.� Mata Woo Gi memerah, ia menangis. Tangisan yang lumer terbawa hujan yang menetes.




�Jangan khawatir, Woo Gi.� Nara meletakkan tangannya di punggung Woo Gi. �Biarkanlah semua berlalu. Tidak apa hidup dalam kenangan.� Woo Gi menggenggam tangan Nara, �Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Dan tanganmu.. sangat hangat.� Woo Gi menggenggam erat kedua tangan Nara. �Aku sangat merindukanmu.� Ungkap Woo Gi. 



Nara tersenyum, ia melepaskan genggaman tangan Woo Gi. Nara bergantian menghangatkan kedua tangan Woo Gi dengan mendekapkan kedua tangannya pada tangan Woo Gi.

Sejak awal, Nara selalu ada untuk Woo Gi.



T A M A T


So gross. I cried while wrote this thing. Damn!!!
GIVE ME WOO GI, RIGHT NOW.
I will raise him well!! Seriously.



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners