Sinopsis The Suspicious Housekeeper Episode 6 part 1

Translate this Article...


"Karena tak ada seorang pun yang mampu melakukan segala hal dengan sempurna, itulah kenapa, tidak ada seorangpun yang tidak bisa melakukan apapun." Kata-kata Park Bok-Nyeo yang Eun Doo-Gyeol sematkan di dinding kamarnya dengan bangga.

Kata-kata itu pula yang memberikan semangat hidup baru untuk Eun Doo-Gyeol, ia hanya harus mengeluarkan semua usaha terbaiknya, untuk benar-benar bisa menjadi pelindung keluarga Gyeol.

Hanya tinggal Eun Han-Gyeol, cerita di episode ini berpusat pada kakak perempuan tertua di keluarga Gyeol. Eun Han-Gyeol akan benar-benar merasa lega bila ia berhasil membuat Ayahnya menyesal, ia juga akan memaafkan Ayahnya, bila Ayah terjatuh dan terpuruk sampai meronta-ronta agar dapat kembali ke keluarga Gyeol. Apa yang akan Eun Han-Gyeol lakukan untuk mendapatkan simpati dari Ayah? Dengan menghancurkan dirinya sendiri. Sampai sehancur apa?
Sinopsis The Suspicious Housekeeper Episode 6



Segalanya perlahan membaik, kehadiran Ayah dan segala permohonannya pada Ibu Eon Ji sedikit mengembalikan kepercayaan Eun Doo-Gyeol pada Ayah. Ayah membuang semua egonya demi agar Eun Doo-Gyeol dibebaskan. Permasalahan selesai, Eun Doo-Gyeol tak lagi diberatkan oleh hukum, ia bebas dengan syarat tembok rumah Keluarga Eon Ji kembali bersih seperti sedia kala.



Park Bok-Nyeo mencoba mengusir Ibu Eon Ji dari rumah keluarga Gyeol, ia dengan geram menunjukkan sapu dan ember, "Kotor!" ungkap Park Bok-Nyeo dengan berang. Ibu Eon Ji merasa tersinggung, pembantu rumah tangga keluarga ini mengatainya dengan ucapan 'kotor'. Yang dimaksud kotor oleh Park Bok-Nyeo adalah lantai rumah keluarga Gyeol, bercak-bercak kecoklatan di lantai itu berasal dari kaki Ibu Eon Ji. Ibu Eon Ji berlarian panik dengan tanpa menggunakan sepatu, hanya menggunakan kaos kaki. Hihi.. Saat hendak memasuki rumah keluarga Gyeol tanpa sengaja, Ibu Gyeol menginjak kotoran. Eugh.


Park Bok-Nyeo membersihkan lantai, menyodok-nyodokkan kain lapnya ke arah kaki Ibu Eon Ji berharap ibu Eon Ji segera keluar dari rumah. Ayah pun harus kembali berdiri dari aksi berlututnya, karena lantai akan segera di bersihkan oleh Park Bok-Nyeo.



Ayah, Eun Doo-Gyeol, Eun Se-Gyeol dan Eun Hye-Gyeol bertugas untuk membersihkan tembok yang bertuliskan 'Aku ingin melindungi keluargaku.". Eun Se-Gyeol tahu persis kalau jenis piloks berwarna yang digunakan oleh Park Bok Nyeo tidak bisa dihilangkan dengan sabun biasa, "Sepertinya, harus menggunakan detergent khusus." ungkap Eun Se-Gyeol. Ayah segera bertanya pada Park Bok-Nyeo, "Apa kau memiliki sabun khusus untuk membersihkan ini." Park Bok Nyeo mengiyakan.



"Ah, tas ajaib itu." Eun Se-Gyeol tersenyum manis. Park Bok Nyeo seperti tau apa yang akan terjadi, hal-hal yang diperlukan oleh setiap kejadian yang terjadi di keluarga Gyeol selalu tersedia di tas itu. Sebuah tas ajaib, Eun Se-Gyeol bilang. Mereka membersihkan tembok dengan menyikatnya beberapa kali, kembalinya Ayah membuat Eun Doo-Gyeol merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga yang dirindukannya. Eun Doo-Gyeol melengkungkan bibirnya, menyadari anggota keluarganya giat membersihkan perkara yang diciptakan olehnya.

"Ibu selalu mengatakan bahwa aku adalah anak lelaki yang harus dijadikan sebagai sandaran keluarga. Aku tak tau mengapa ibu mengatakan seperti itu padaku, padahal aku hanya seorang pembuat masalah." perkataan Eun Doo-Gyeol membuat air matanya yang tadinya berlinang kini berjatuhan. Semua memperhatikan Eun Doo-Gyeol. Ia salah satu anggota keluarga yang selalu membuat masalah, hanya karena dirinya belum begitu mengerti cara untuk tidak membuat masalah.



Eun Hye-Gyeol menghentikan pekerjaannya, ia meraih tangan Eun Doo-Gyeol. Menggenggamnya erat, dan menatap mata sang kakak dengan lekat, "Oppa, aku akan menjagamu." ungkap Eun Hye-Gyeol.

Eun Doo-Gyeol tersenyum. Sudah hampir larut dan sepertinya mereka harus segera menyelesaikan pekerjaan itu, sebelum benar-benar mati kelaparan.



Park Bok-Nyeo menyiapkan menu masakan mie special, mangkok besar itu dipenuhi dengan gumpalan mie. Keluarga Gyeol hendak menikmati masakan itu, tapi Eun Hye-Gyeol tak berminat sama sekali untuk memakannya. "Bila aku makan sebelum tidur, aku akan mengompol." jawab Eun Hye-Gyeol. Ayah tersenyum, "Tidak apa-apa, Eun Doo-Gyeol pun masih mengompol sampai umurnya 10 tahun." ungkap Ayah yang ternyata masih mengenang banyak hal tentang keluarga Gyeol.



"Benarkah?" tanya Eun Hye-Gyeol. Eun Doo-Gyeo tersedak makanan yang dikunyahnya, "Ayah, kenapa kau berkata seperti itu." Pipi Eun Doo-Gyeol memerah, dan panggilah ayah dari mulutnya membuatnya merasa semakin dekat dengan Ayah. Sudah lama sekali dirinya tak memanggil Ayah dengan panggilan ayah, biasanya ia menggunakan panggilan 'pria itu'.



Kedatangan Eun Han-Gyeol merusak semua mood yang ada. Ia memaki Ayah, "Mengapa kau makan di rumah ini?! Siapa yang mengizinkanmu makan di sini?!" bentak Eun Han-Gyeol. Eun Doo-Gyeol berada untuk membela Ayah, "Ayah datang karena aku, Noona." jawab Eun Doo-Gyeol. Ayah yang mengerti tentang alasan kemarahan Eun Han-Gyeol yang mendasar, ia bangun dari duduknya, mengambil jas yang digantungkan di sandaran kursi, "Ayah harus pergi." ungkap Ayah.



"Ayah harus pergi lagi?" tanya Eun Hye-Gyeol, tatapannya memohon agar Ayah tetap tinggal dan tak lagi pergi. Ayah teringat sesuatu, batu hitam itu. "Ah, ini." kata Ayah seraya menyodorkan batu hitam berbentuk lonjong ke hadapan Eun Hye-Gyeol.


"Ah, batu Ayah." seru Eun Hye-Gyeol dengan riang, ia membuka kotak bebatuan keluarga Gyeol. "Ayah, taruh batu itu di sini." pinta Eun Hye-Gyeol, ia menunjukkan kotak bebatuan miliknya yang terbuka. Eun Hye-Gyeol ingin agar Ayah memasukkan kembali batu itu, sehingga bebatuan keluarga Gyeol kembali lengkap.


Penyatuan kembali batu milik Ayah akan sama artinya dengan kembalinya Ayah ke keluarga Gyeol. Ayah mengurungkan niatnya, ia masih memiliki banyak celah yang harus ditambal, masih memerlukan waktu untuk menyempurnakan diri hingga bisa menjadi seorang Ayah yang tangguh bagi keluarga Gyeol. "Bisakah Ayah menyimpan batu ini, sejenak." pinta Ayah dengan ragu. Eun Hye-Gyeol mengangguk, "Tentu. Ayah, jangan dihilangkan batunya, eumh?" Ayah mengangguk, mengikat janjinya dengan putri kecil yang cintanya ia tolak beberapa waktu yang lalu.



Di luar pekarangan rumah, Ayah berbicara pada Park Bok-Nyeo. "Apakah batu ini bisa kembali dengan bebatuan lain di kotak milik Eun Hye-Gyeol? Aku tidak bisa kembali ke rumah, tapi tidak juga bisa menelantarkan anak-anak begitu saja. Seorang pernah berkata, cinta seorang ibu adalah sebuah naluri, sedangkan cinta seorang Ayah di dapat dari sebuah pembelajaran." ungkap Ayah, memegang erat batu hitam itu.


Rasa cinta Ibu untuk anak-anaknya itu tumbuh begitu saja, berbeda dengan cinta seorang Ayah, cinta seorang Ayah tumbuh karena di pelajari. "Ini sangat berat, untuk batu sekecil ini."



Eun Doo-Gyeol meminta agar Noonanya dapat mengerti, "Tidak bisakah kita membiarkan ayah untuk kembali tinggal bersama kita?" Eun Se-Gyeol yang sependapat menyuarakan diri, "Aku kira, Ayah sudah banyak berubah, ia sudah banyak merefleksikan diri." Eun Han-Gyeol membentak keduanya, "Kalian tidak tau apa-apa, diam."


Eun Doo-Gyeol tetap membujuk, "Kalau bukan karena Ayah, mungkin aku akan di penjarakan." Eun Han-Gyeol melangkahkan kakinya dengan menghardik, "Hanya karena ia membantu kalian untuk membersihkan grafiti itu, kalian jadi bersikap baik kepadanya? Lebih baik kau yang dipenjarakan, aku tidak peduli!" Eun Han-Gyeol meninggalkan ruang bawah untuk kembali ke kamarnya.


Park Bok-Nyeo memalukan paku ke dinding luar kamar Eun Han-Gyeol, suara bising itu  membuat Eun Han-Gyeol keluar dari kamar. Park Bok-Nyeo hendak memajang foto Eun Han-Gyeol kecil dengan sang Ayah di paku itu, nantinya. Ada banyak memory dan kenangan indah, tapi yang tersisa saat ini hanya pikiran buruk pada sang Ayah.


Eun Han-Gyeol mencemaskan dirinya, "Ada banyak kenangan indah, tapi entah mengapa, tak ada satupun kenangan yang membuatku merasa lebih baik dan melupakan semua kesalahan Ayah." ungkap Eun Han-Gyeol seraya menatap foto dirinya dengan Ayah. Foto cantik yang diambil beberapa tahun silam.


"Sepertinya aku harus memaku hati Ayah." Eun Han-Gyeol melanjutkan kata-katanya, "Mungkin dengan hal itu, aku perlahan akan memaafkan ayah untuk segala hal buruk yang sudah di lakukannya. Ahjumma, bagaimana cara yang harus aku lakukan agar aku bisa memaku hati Ayah?" tanya Eun Han-Gyeol. "Haruskah aku keluar dari sekolah? Atau membunuh diriku sendiri, seperti apa yang dilakukan ibu?" Park Bok-Nyeo menatap Eun Han-Gyeol dengan lekat-lekat.


"Ada satu cara untuk menaruh sebuah palu dan memakunya di hati orang tua. Namun, jika kau tidak hati-hati, maka mungkin kau akan menghancurkan tanganmu sendiri. Hal yang paling orang tua khawatirkan adalah... tindakan menghancurkan dirimu sendiri." jawab Park Bok-Nyeo. Menghancurkan diri sendiri? Eun Han-Gyeol memikirkan hal ini, dan keputusan di ambil, ia akan menghancurkan dirinya sendiri.



Eun Han-Gyeol merapikan diri, malam itu juga ia akan pergi ke apartement milik pacarnya, Cho Soo Hyuk,. Grrr... "Aku akan pergi ke tempat pacarku. Aku sudah terlalu banyak memberikan alasan padanya karena aku takut. Tapi sepertinya, aku tidak lagi khawatir. Karena aku sudah memutuskan untuk menghancurkan diriku sendiri, aku akan memulainya malam ini. Aku tidak akan kembali ke rumah."



Woo Jae tengah berada di apartement milik Cho Soo Hyuk, mereka sedang membicarakan lagu yang akan dimainkan untuk pentas. Eun Han-Gyeol mengirimkan pesan pada ponsel Cho Soo Hyuk,, Eun Han-Gyeol mengatakan bahwa ia akan menginap di rumah pacarnya itu. Cho Soo Hyuk, menyuruh Woo Jae untuk pergi dari apartemennya, sebelum pergi Eun Han-Gyeol membaca pesan yang dikirimkan Eun Han-Gyeol pada Cho Soo Hyuk,. Ia berubah kesal dan terkejut.



Woo Jae dan Eun Han-Gyeol tak berselisih jalan, mereka bertemu di elevator. Eun Han-Gyeol tak mempedulikan Woo Jae, tapi Woo Jae di sana untuk menyadarkan Eun Han-Gyeol. "Apa kau gila?! Jangan hanya karena Ayahmu, kau harus menghancurkan dirimu sendiri." Woo Jae menahan kepergian Eun Han-Gyeol. "Ia aku gila." jawab Eun Han-Gyeol dengan acuh.


"Ini bukanlah dirimu yang sebenarnya, Eun Han-Gyeol. Sadarlah. Mengapa kau harus menghakimi dirimu sendiri seperti ini." ungkap Woo Jae berusaha sebisa mungkin untuk menghalangi kepergian Eun Han-Gyeol ke apartemen milik Cho Soo Hyuk. "Kau seperti ini karena Ayahmu. Apa jika kau melakukan hal ini, semua masalah akan selesai?" Ucapan hangat dari Woo Jae itu malah mendapat bentakan dari Eun Han-Gyeol. "Oppa pikir Oppa siapa, mengajariku tatakrama seperti ini?!" ungkap Eun Han-Gyeol.


Tidak ada keraguan untuk menginap di rumah seorang pria bagi Eun Han-Gyeol. Ia bahkan tak mengindahkan pesan dari Ayah. Mematikan ponselnya sejenak, kemudian beranjak masuk ke dalam apartement. Cho Soo Hyuk, menawarkan musik untuk di dengarkan bersama, sebuah lagu tentang Que Sera sera diputar. Lagu yang membuat Eun Han-Gyeol teringat ibunya, ia menangis.


Saat hendak menghapus air mata Eun Han-Gyeol, pria itu mencoba untuk mencium Eun Han-Gyeol namun gagal. Telepon dari Park Bok-Nyeo menggagalkan usaha Cho Soo Hyuk,.


"Ada apa?" tanya Eun Han-Gyeol saat mengangkat teleponnya. Park Bok-Nyeo menjawab, "Eun Hye-Gyeol mengatakan bahwa ia ingin rambutnya di kepang oleh Eun Han-Gyeol." Eun Hye-Gyeol menjawab, "katakan padanya, kali ini aku tidak bisa melakukan itu." Eun Hye-Gyeol segera mematikan ponselnya. Ia menutup mata, menunggu.. Tapi ternyata, usaha sang pria untuk kedua kalinya pun gagal, karena deringan telepon dari Park Bok-Nyeo.



"Iya, ada apa, Ahjumma?" sapa Eun Hye-Gyeol. "Eun Se-Gyeol bertanya apakah ia bisa meminjam raket untuk dipakai di kegiatan olahraga besok?" jawab Park Bok-Nyeo. "Iya, iya boleh meminjamnya." perkataan Eun Se-Gyeol diputus oleh Cho Soo Hyuk,, ia mengambil paksa ponsel Eun Se-Gyeol dan mematikannya.


Malam pun bertambah larut, tak ada yang tahu apa yang terjadi di antara keduanya, sampai pagi tiba, rumor buruk tentang Eun Se-Gyeol mulai menyebar. Salah satu teman Eun Se-Gyeol menyebarkan rumor,

Apa kalian tahu tentang rumor Eun Se-Gyeol? 
Ia bermalam dengan Cho Soo Hyuk. 
Benarkah? 
Mungkin karena ia pernah tinggal di luar negeri, budayanya berbeda. 
Aku tidak pernah tau ia memiliki sifat seperti itu.
Ia benar-benar bermuka dua.

Eun Han-Gyeol berhasil menghancurkan dirinya sendiri. Ia membiarkan semua mata memandang rendah ke arahnya, dengungan tentang kabar buruk tentangnya tak juga dihiraukan, ia terus berjalan melalui koridor sekolah untuk menemui seseorang. Orang itu adalah Woo Jae. Bertemu dengan Eun Han-Gyeol membuat Woo Jae menyunggingkan senyumnya.


"Apa Oppa puas dengan semua yang sudah kau lakukan?!" Eun Han-Gyeol menatap tak bersahabat pada Woo Jae. "Hanya Oppa yang melihatku berada di apartement Choi Soo Hyuk sunbae. Kenapa kau melakukan hal itu, kau menyebarkan rumor memalukan tentang aku." Woo Jae menjawab hardikan Eun Han-Gyeol dengan senyuman, bila semua rumor itu tidak benar, Eun Han-Gyeol tak seharusnya melampiaskan amarahnya di depan umum seperti ini. "Jadi, apakah benar kau tidur dengan pria berandal itu?" tanya Woo Jae. "Katakan padaku yang sebenarnya!" Woo Jae hanya ingin mengetahui kebenaran langsung dari mulut Eun Han-Gyeol.



"Iya benar, aku tidur dengan pria itu!" pekik Eun Han-Gyeol. Suara nyaringnya membuat semua orang menatap sinis ke arahnya. Belum cukup sampai di sana, ia melampiaskan semua amarahnya dengan menyiramkan air ke arah Woo Jae. "Aku tidak mengerti mengapa aku harus bersusah payah  menjaga diriku sebagai seorang wanita, bila hal tersebut ternyata pada akhirnya tidak berguna sama sekali!" Perkataan Eun Han-Gyeol barusan semakin memperburuk keadaan, sahabat Eun Han-Gyeol menarik Eun Han-Gyeol untuk pergi dari tempat umum itu.



Dari kejauhan, Choi Soo Hyuk dan segerombolan temannya tersenyum melihat ulah Eun Han-Gyeol pada Woo Jae.

Bersambung Sinopsis The Suspicious Housekeeper Episode 6 part 2



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners