Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 7 part 1

Translate this Article...


Bong Yi yang menjadi latar suara di episode ini. "Saat itu, saat baseball hanya menjadi salah satu hal yang sangat penting bagiku. Namun, seseorang tiba-tiba membuat hati ini bergetar sangat cepat, dan hal itu membuat segala hal menjadi terasa lebih panas dari baseball itu sendiri. Musim panas yang terpanas dalam sejarah ini telah dimulai dan diumurku yang 20 itu, hidup menjadi lebih panas. Musim panas di tahun 1994. Saat seseorang berdendang, musim panas itu menjadi musim penuh cinta, juga musim penuh semangat muda. Musim panas di tahun 1994, musim yang dilewati dengan caranya kami sendiri. Dan musim panas kami pun dimulai."


Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 7 part 1



Seoul, 1994
Ini adalah musim terpanas di tahun 1994, sepanas pertarungan antara Kubu Re Ki (Oppa-ya) vs Kubu Chilly (Chil Bong Yi). Sepanas apapun musim di episode ini, hangatnya keluarga Sung dan beberapa anak asuh mereka masih sangat mendominasi. Ssst.. Tips untuk menghilangkan badan yang memanas karena terpanggang udara di musim panas diberikan oleh semua casts.


Na Jung. Ia tak pernah menyangka kalau Chil Bong memiliki tubuh se-sexy itu. Dengan perban di bagian tangan sebelah kanannya, senyum yang menawan, ambisi baseball yang sangat memukau. Hal yang membuat Na Jung memanas, hal terpanas yang ia sukai. Chil Bong menelponnya siang itu, ia memesan beberapa makanan cepat saji dari restaurant tempat Na Jung bekerja. Ia, Na Jung bekerja. Mungkin beberapa mengharapkan adanya interaksi Na Jung di kelas jurusan computer saat kuliah, tapi untuk episode ini, Na Jung membuktikan kalau ia bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Bekerja dan hidup mandiri.


Setelah melayani deretan panjang para pembeli, Na Jung mendapatkan pesan dari beeper miliknya. Pesan yang dikirimkan oleh Chil Bong. Setelah menerima pesan, Na Jung menelpon Chil Bong untuk menanyakan hal yang bisa dibantunya. Ternyata team baseball Chil Bong hendak memesan beberapa paket besar makanan cepat saji. Na Jung pun disuruh untuk membawakannya langsung ke stadium raksasa baseball. Makanan cepat saji itu nantinya akan dimakan untuk makan malam para team yang sibuk berlatih.


�Ini siapa?� tanya Na Jung saat menekan tombol dan seseorang dengan suara khas dikenalnya menyahut. �Ini aku.� Jawabnya. �Ah Chil Bong? Ada apa?� tanya Na Jung lagi. �Kau sedang bekerja paruh waktu kan? Apa kau menerima delivering?� tanya Bong Yi yang menggunakan telepon kantor milik team baseballnya. �Ah, tapi saat delivering pelanggan harus memesan lebih dari 20.� Jawab Na Jung. �Kami akan memesan 50.� Ujar Bong Yi yang langsung ditanggapi dengan ketakjuban oleh Na Jung. 50 pesanan. Na Jung berlonjak senang, sebelum menutup teleponnya, Bong yi mengatakan, �Jangan diantarkan sekarang, nanti saja. Antarkan langsung ke stadiun baseball.�


Na Jung dan teman kerjanya yang ternyata merupakan penggemar baseball, mengantarkan pesanannya langsung ke stadiun. Na Jung tak pernah mengetahui kalau popularitas Chil Bong benar-benar patut di acungi jempol. Pria baseball itu terkenal, bahkan di antara para pria. Na Jung baru mengetahui hal itu setelah teman kerjanya menceritakan perihal diri Chil Bong yang popular. Tak terlalu terpukau dengan cerita kepopularan Chil Bong, Na Jung hanya mengangguk-angguk seadanya.


�Whoa.. Seperti ini stadiun baseball.� Ujar teman Na Jung. Keduanya duduk menunggu perwakilan dari team baseball mengambil pesanan mereka. �Kau tau, siapa yang menjadi legenda di tahun 1992?� tanya teman pria itu dengan antusias. Na Jung mengiyakan dan menjawab sesuai dengan ilmu sejarah per-basket-an yang ia dalami. Pfft. �Bukan.. Bukan para pemain basket. Tapi para team baseball. Kau ini.� Seru teman pria Na Jung. �Ah, setidaknya, aku harus bertemu dengan Chil Bong.� Lirih pria itu.


�Apa kau juga mengenal Chil Bong? Sebentar, kau juga memanggilnya dengan panggilan Chil Bong? Kupikir itu hanya panggilan yang diberikan oleh Ayahku saja.� Jawab Na Jung dengan tak terlalu antusias dengan segala hal yang berbau baseball. �Korea memberikan panggilan itu kepadanya. Chil Bong. Ia juga menjadi salah satu yang paling popular di antara para pria.� Kata teman Na Jung yang hanya diangguki oleh Na Jung.


Manager team baseball datang. Ia meminta paket makanan team mereka, dengan senang hati teman kerja Na Jung membawakannya langsung ke dalam stadiun. Mau tak mau, Na Jung harus mengikuti partner kerjanya itu, memasuki stadiun baseball raksasa.




Dan Stadiun ini sangat memukau, besar, rumput yang asri, passion para pemain baseball yang memenuhi isi stadiun, lampu pencakar yang menerangi lapangan. Ini kali pertama Na Jung datang ke stadiun, ia tak pernah tau kalau stadiun baseball akan memukau dan berkilau seperti ini. Stadiun baseball lebih cantik ketimbang gym basket, tempat Na Jung biasa ber-fan-girling ria.



Para atlet baseball mulai mengambil satu persatu makanan dan soft drink masing-masing. Manager baseball sibuk menghitung makanan yang diambil, ia takut ada atlet yang tidak kebagian jatah makan malam. Sedangkan teman kerja Na Jung, tak bisa memfokuskan diri karena terlalu sibuk memperhatikan para atlet yang benar-benar sangat bersinar dihadapannya. Na Jung berbeda, ia sudah sedikit lelah karena bekerja seharian dan melayani banyak pelanggan di restaurant sejak tadi siang, tapi Na Jung masih sempat menghitung dengan cermat berapa banyak atlet yang mengambil jatah makanan mereka.



�Sekarang tinggal siapa yang belum mengambil jatah makanannya?� tanya manager baseball. �Chil Bong. Ia belum mengambil makanannya.� Jawab Na Jung. �Ah, apa aku harus mengantarkannya pada Chil Bong?� tanya teman pria Na Jung. �Tidak usah. Dia yang akan datang ke sini untuk mengambil makananny.� Jawab pelatih dengan melihat ke arah pintu ruang ganti. Pria tampan dengan otot besar itu berdiri seraya menutup pintu ruang ganti, Chil Bong.


Bong Yi keluar dari ruang ganti, SHIRTLESS. Seraya membenarkan perban yang berisi es batu, Bong Yi menyapa Na Jung. �Hai, kau datang, Na Jung-ah? Jatah makan malamku masih ada kan?� sapa Bong Yi yang sama sekali tak mengetahui kalau Na Jung tengah berdiri mematung karena otot-otot kekar di badan Bong Yi yang sangat menyilaukan. Bong Yi mendekati Na Jung, ia menaruh tangannya di pundak Na Jung untuk sekedar menyapanya.


Mereka duduk bersebelahan di kursi yang disediakan di pinggiran lapangan baseball. Bong Yi memakan dengan lahap makanan cepat sajinya. �Na Jung ah, maafkan aku. Karena cuaca panas seperti ini kau harus mengantarkan makanan ke stadium.� Ujar Bong Yi seraya melahap hamburger miliknya. �Ah, banyak sekali orang aneh yang menjadi pelanggan restaurant tempatku bekerja. Apa kau terluka?� tanya Na Jung dengan wajah khawatir.


�Ah, ini? Aku hanya sedang�icing�� jawab Bong Yi. �Icing?� Na Jung tak mengerti dengan istilah itu. �Saat kau melemparkan bola secara otomatis tanganmu akan perlahan menjadi kaku. Icing akan menjadikan otot-otot tanganku�� Mengetahui Na Jung tak mengerti tentang apa yang Bong Yi katakan, Bong YI menghentikan kata-katanya. �Ah, aku hanya sedang mendinginkan tanganku saja.� Bong Yi menyingkat penjelasannya dengan sangat sederhana.


Manager sudah memperingatinya, �Makan dengan cepat, sunbae itu akan segera menyuruhmu untuk kembali ke stadiun. Ia bahkan bukan seorang pelatih, tapi laga nya seperti seorang pelatih sungguhan.� Cetus manager yang kesal dengan salah satu sunbae yang selalu membentak pada para junior baseball. Dengan menggigit dalam satu suapan, Bong Yi menghabiskan makanannya, dan hal yang tak pernah lepas dari Bong Yi adalah, sebisa mungkin ia menyempatkan setiap detiknya untuk memperhatikan Na Jung.



�Kalau bukan karena sunbae itu, mungkin orang-orang di sini tidak akan pergi berlatih dan hanya berkumpul di kafe.� Jawab Bong Yi dengan positif, seraya mencopoti perban yang mengait di bagian pundaknya. Ia kembali memperhatikan Na Jung yang juga tengah memperhatikan ke arahnya, �Jung-ah. Nanti kau pulang jam 9 kan? Tunggu aku di depan restaurant tempatmu bekerja. Ah, aku ingin kita pulang bersama.� Na Jung hanya mengangguk pelan, fokusnya hilang karena tubuh kekar Bong Yi. Gyahahaa�


Rumah kos sudah seperti oven. Malam itu sangat amat panas. Ibu yang tengah mengidam, menyuruh Ayah untuk menemaninya tidur di luar rumah. Mereka menggelar karpet dan meletakkan bantal bersebelahan, menikmati sejuknya malam di Seoul. Ibu membaringkan dirinya, ia menghirup dalam-dalam wangi udara malam. Di sampingnya, seperti sesajen beberapa buah di berikan oleh Ayah. Buah-buahan yang beberapa waktu lalu ibu minta. Permintaan dari Ibu yang selalu berganti-ganti. Semenit ia meminta buah melon, sedetik kemudian, ia menginginkan semangka.


Ayah tak bisa memarahi Ibu. Ia ingin sekali marah, tak suka disuruh-suruh. Tapi ibu selalu punya senjata ampuh, Ibu selalu mengatakan, �Ini bukan aku yang menginginkan semua itu. Tapi bayi kita. Suksuk yang menginginkan makanan itu.� Ucap Ibu yang mengelus-elus perutnya. Ayah hanya bisa menelan rasa kesalnya, tapi saat seketika mengingat bahwa ibu tengah mengandung, Ayah segera bergegas mengambilkan makanan yang diidamkan oleh Ibu.


Buah anggur yang ibu inginkan ada di dalam kulkas, namun, betapa terkejutnya Ayah saat melihat Yoon Jin yang tengah berjonkok meringkuk di dalam kulkas seraya memakan pelan-pelan anggur yang disimpan di dalamnya. �Apa yang kau lakukan?!! Kenapa kau memasukkan seluruh tubuhmu ke dalam kulkas??! Kau benar-benar mengagetkanku. Dasar aneh. Ah, cuaca yang juga sangat aneh!!� jerit Ayah yang hampir terjungkal karena kaget.


Yoon Jin tak ambil pusing, ia tetap berdiam diri di dalam kulkas tak mempedulikan omelan Ayah yang menyuruhnya untuk keluar dari kulkas. Yoon jin menyerahkan anggur yang Ayah minta, lalu kembali menutup pintu dengan pelan saat Ayah sudah pergi berlalu meninggalkannya.



Chun Pyo membuka lembaran majalahnya yang berkibar tertiup angin dari kipas yang diputar dengan keras. Ia membaca dengan keras setiap baris dari isi majalah. Lain halnya dengan Hae Tae. Badannya sangat panas, tak mempan dengan angin kipas yang berputar, ia memilih untuk menempelkan badannya tepat di depan kipas angin. Chun Pyo protes, karena kipas angin itu adalah pemberian ibunya, jangan terlalu dekat seperti itu, nanti kipas anginnya rusak, pikir Chun Pyo. Apa yang ngebuat drama ini so warm? Karena setiap aksi kebiasaan mereka itu adalah bagian dari kehidupan normal makhluk yang disebut sebagai manusia.


Geu Re lebih cerdas. Ia menaruh banyak batu es ke dalam baskom, menunggunya sebentar hingga mencair lalu mencelupkan kakinya. Ia merendam kakinya, duduk santai di pinggiran kasur dengan kipas yang juga tak henti-hentinya berputar. Dan sebuah kaos bertuliskan �Boy London�.

Ia memantas-mantaskan kaos putih itu dengan badannya. Lalu tersenyum senang, kaos barunya ia lipat kembali. Geu Re kembali membaringkan diri dengan majalah yang halamanya terbuka tepat dihadapannya.




Re Ki, ia menyemprotkan air ke arah tubuhnya. Seraya merentangkan diri di atas kasur, Re Ki menikmati sejuknya kipas angin. Tiba-tiba Ayah datang, ia ingin meminta bantuan Re Ki karena ulah Ibu yang menginginkan banyak hal. Dengan bergegas, Re Ki mematuhi Ayah. Ia mengenakan kembali kaosnya, kaos yang bertuliskan �Boy London�. Pfft.. Couple shirt yang sama dengan milik Geu Re. Sweet~~



Ibu menikmati es buah yang diberikan oleh Re Ki, tapi ia masih tetap meminta hal lainnya pada Ayah. Ayah sangat ingin mengomel, membentak ibu, memarahinya sekali saja. Ayah kesal. Tapi Re Ki yang berada di sampingnya berusaha untuk meredam amarah Ayah. Tangan Ayah yang tadinya hendak mencengkram ibu, Re Ki pegang kuat-kuat. Re Ki juga mengatakan banyak hal agar Ayah memahami kondisi yang sedang ibu lalui.



�Aku ingin memakan anggur hijau bukan anggur hitam yang biasa kita makan.� Rengek Ibu. �Kenapa kau tiba-tiba mengganti keinginanmu? Besok.. Besok.. setelah aku selesai melatih para team baseball, aku akan membelikanmu anggur hijau dalam jumlah yang banyak. Oke?� bujuk Ayah. Ibu menggeleng-geleng tak mau. �Ah, kau ini?! Siapa yang menjual anggur hijau malam-malam seperti ini?� Ayah mencoba menahan bentakannya. �Biar.. biar. Aku saja yang pergi Ayah. Aku yang akan membelikannya.� Jawab Re Ki seraya menggenggam tangan Ayah.


Di lapangan baseball, Bong Yi berlatih bersama dengan senior baseball yang lainnya. Namun kemudian, seorang atlet lain datang, ia memberitahukan bahwa salah satu senior yang sangat menyebalkan dari team mereka memanggil Bong Yi untuk datang menghadapnya. Dengan sigap, Bong Yi menemui senior itu. Sang senior bertanya, �Apakah perempuan itu adalah pacarmu?� tanyanya seraya mengunyah permen karet. �Ah, bukan. Ia bukan pacarku, kami hanya berteman.� Jawab Bong  Yi dengan sangat sopan.


Tapi kesopanan Bong Yi malah membuat sang senior bertambah sombong. Ia merasa dirinya lebih baik dan lebih handal dalam baseball daripada Bong Yi.


Senior itu mengatakan hal yang sangat membuat Bong Yi tersinggung, hal paling sensitive, tentang Na Jung. �Apa kau sudah tidur dengannya? Hei, kau sudah melihat paha gadis itu?� tanya sunbae, ia tengah membicarakan tentang Na Jung. �Wajah gadis itu cantik, juga bentuk tubuhnya lumayan bagus. Tubuhnya sangat seksi. Kau tau, aku ini adalah atlet yang membawa kemenangan, siapa yang tidak tertarik padaku.� Ujar Sang Sunbae.


Tak senang mendengar Na Jung dibicarakan seperti itu oleh Sunbae, dengan wajah masam, Bong Yi menguatkan genggaman tangannya. Ia tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak marah, tak terkecuali pada seniornya. Tidak masalah bila Bong Yi mendapatkan hukuman karena aksinya, ia akan senang hati mendapatkan hukuman itu selama dirinya berhasil melampiaskan rasa kesalnya.



Dalam posisi siap melemparkan bola baseball, dalam hitungan ketiga. Bong Yi mengangkat kakinya ke udara lalu melempar bola dengan kekuatan penuh. Bong Yi sengaja mengarahkan bola tepat ke wajah senior. Taaap!! Dalam kilatan waktu, bola yang Bong Yi lempar menghantam wajah sang senior. Karena ulah Bong Yi ini, ia dihukum untuk berlari mengelilingi lapangan baseball dalam jumlah yang sangat banyak. Hingga membuat kakinya sakit.


Tak mempedulikan kakinya yang sakit, dengan berjalan tertatih, Bong Yi datang menjemput Na Jung. Di depan restaurant, ia menunggu Na Jung keluar dari dalam ruangan. Seketika Na Jung keluar, Bong yi tersenyum manis seraya melambaikan tangan. Mereka berjalan beriringan di tepian jalan yang sepi. Tak ada satupun mobil yang berlalu lalang.


Na Jung menanyakan keadaan kaki Bong Yi, �Kenapa kau terluka dalam waktu yang sempit? Apa kau dipukuli oleh sunbaemu itu?. �Iya, aku dipukuli oleh mereka karena aku bermain-main.� Jawab Bong Yi dengan menggunakan aksen desa yang sama dengan yang digunakan oleh Na Jung, tak pernah membiarkan orang lain terbebani karena dirinya. �Jangan mengikuti nada bicaraku.� Jawab Na Jung yang ternyata sangat aneh mendengar orang Seoul menggunakan logat desanya. �Bagaimana kalau kau berpindah untuk menekuni basket. Bukahkan sangat menyakitkan berada di bawah teriknya matahari sepanjang hidupmu.� Saran Na Jung. �Ah, apa yang harus aku lakukan. Aku sudah menekuni baseball dan aku memiliki keahlian di sana.� Jawab Bong Yi.




Na Jung ingin sekali membuktikan tentang omongan banyak orang yang mengatakan bahwa Bong Yi sangat handal dalam melempar bola baseball. Bagaimana dengan sedikit mendemonstrasikan kekuatan pitchernya pada sebuah kaleng yang diletakkan di atas sebuah pipa. Dengan senang hati, Bong Yi menerima tawaran itu. �Posisimu itu seorang pitcher kan? Ya.. Ya.. Ya.. lihat..� Na Jung menunjuk ke arah kaleng di atas pipa uap.




Tantangannya yang diterimanya datang dengan sebuah syarat. Na Jung menunjuk-nunjuk ke arah pusat keran air yang berada di seberang jalan dari tempat mereka berdiri. Di atasnya terdapat sebuah kaleng. �Apa kau bisa melempar ke arah kaleng itu hingga membuatnya terjatuh?� tanya Na Jung. �Tapi aku memiliki syarat. Kalau aku bisa membuat jatuh kaleng itu dengan sekali lemparan saja, kau harus memenuhi syarat yang aku pinta.� Jawab Bong Yi dengan tersenyum sangat manis. Na Jung menanggapi senyum itu dengan ganas, permintaan syarat apalagi yang  Bong Yi minta, �Permintaan apa?� tanya Na Jung. �Aku akan memberitahukanmu setelah aku berhasil menjatuhkan kaleng itu.� Jawab Bong Yi seraya menundukkan wajahnya dan mendekatkan sedikit arah pandangnya pada Na Jung.


Dan dalam hitungan ketiga, dengan sangat mudah, Bong Yi berhasil menjatuhkan kaleng itu. Dengan amat sangat sangat sangat mudah. Ia bahkan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Plung! Kaleng itu jatuh diikuti oleh sorakan dari Na Jung. �Whoa.. ternyata kau sangat hebat.� Puji Na Jung yang benar-benar sangat terkesima. Bong Yi hanya tertawa kecil, ia senang dipuji oleh orang yang ia sukai. Kakinya yang terasa sakit karena terkena hukuman tiba-tiba sembuh dengan sendirinya. Pujian Na Jung ampuh.



�Nah, sekarang apa permintaanmu?� tanya Na Jung yang akan dengan sangat senang hati untuk memenuhi permintaan itu. �Besok adalah hari terakhir pertandingan baseball yang diadakan oleh universitas. Aku menjadi pelempar pertama. Apa kau akan datang untuk menyemangatiku?� tanya Bong Yi perlahan. �Tapi cuaca sangat panas.� Jawab Na Jung seketika. �Ah.. Ah.. baiklah. Aku hanya menjadi penonton dan duduk kan?� tanya Na Jung. Bong Yi tersenyum senang lalu kembali memandangi Na Jung.



Re Ki menyiapkan buah anggur hijau untuk ibu. Ia mencuci anggur itu dengan sangat bersih. Kemudian saat hendak berjalan melewati dapur, ia terkejut setengah mati. Re Ki adalah orang kedua yang dikejutkan oleh Yoon Jin. Yoon Jin yang menggunakan kaos putih dengan rambut hitam legam menutupi seluruh wajahnya, sangat persis seperti hantu, belum lagi posisinya yang meringkuk tepat di depan kulkas. �Kau ini! Apa kau seorang manusia serigala yang sedang menggali untuk mendapatkan kentang? Kenapa kau berada di posisi seperitu, paling tidak lakukan dengan cara yang baik. Cepat keluar.. Cepat.. cepat..� Re Ki menarik nafasnya dalam-dalam, menyuruh Yoon Jin untuk setidaknya sebentar saja menjadi wanita normal. Kekeke.


Na Jung kembali dari tempatnya bekerja, ia heran melihat tingkah ibu dan ayah yang merebahkan diri di luar rumah. Ini kan Seoul, bukan desa tempat asal mereka. Kenapa keluarganya melakukan hal seperti ini, sangat memalukan, pikir Na Jung. �Kenapa kalian tidur di luar seperti ini?! Apa kalian seorang pengemis yang tidak memiliki rumah?!� seru Na Jung. Ayah hanya berkomentar dengan ringan, ia bahkan menunjuk ke arah jalan. �Tempat ini sudah menjadi bagian dari dirimu.� Kata Ayah. Ternyata Na Jung salah, semua orang juga melakukan hal yang sama dengan apa yang Ibu dan Ayah lakukan. Tetangga lain juga menikmati udara malam di Seoul.




�Apa kau ingin ikut bergabung dengan kami?� tanya Ibu. Na Jung langsung menggeleng. �Mana ada anak perempuan yang sudah tumbuh dewasa tidur di aspal seperti ini.� Jawab Na Jung. Tapi seketika Re Ki keluar dari rumah, menghampiri Ibu, Na Jung berubah pikiran.


Re Ki membawa sebuah bantal, ia siap untuk merebahkan diri di samping Ibu, menjaga bayi yang ada di dalam kandungan Ibu. Mengetahui hal itu, dengan rela, Na Jung menelan mentah-mentah ucapannya sendiri. Na Jung akhirnya memutuskan untuk merebahkan diri bersama dengan Ibu, Ayah dan Re Ki.



Na Jung berbicara pada Re Ki. Membicarakan tentang kencang buta yang akan mereka adakan. Antara tiga orang teman Na Jung dengan tiga orang militer dari kubu Re Ki. Mereka saling berhadapan satu sama lain. Saat Na Jung mengeluh �Aku benar-benar tidak percaya bila harus mempercayakan segalanya pada Oppa. Teman-temanku itu sangat cantik mereka berasal dari gangnam.� Ujar Na Jung. Re Ki membalas, �Kau tau, teman-teman oppa itu sangat kaya. Mereka masuk ke dalam jajaran orang terkaya. Jadi jangan khawatir.�



�Sini..� ucap  Re Ki segera melebarkan rangkulannya. Ia mengambil kepala Na Jung dan menaruhnya dengan pelan ke atas lengannya. Kemudian mendekap Na Jung. �Ayo.. Tidur.. Tidur.. Tidur..� ucap Re Ki yang langsung menutup matanya dan terlelap. Dalam dekapan Re Ki, Na Jung semakin tak bisa tertidur, ia diam-diam memandangi wajah lelap Re Ki.

Bersambung Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 7 part 2



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners