Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 11 part 2

Translate this Article...


Re Ki (*Oppa-ya : �Cinta dan kehidupan itu sama seperti baseball. Saat kau berada di masa-masa tersulit, entah apapun usaha keras yang kau lakukan dan kau mencoba untuk mencegahnya, semuanya akan memiliki akhir dengan adanya penentuan pemenang yang menjadi akhir sebuah pertandingan. Cinta yang berada pada sisi tak terbalaskan sangat menyakitkan, hati dan pikiranmu tak akan pernah bisa menerima sisi dari cinta tersebut. Apapun yang terjadi, apakah itu kau yang cintanya ditolak, satu hal yang dapat mengakhiri cinta tak terbalaskan itu adalah dengan mengungkapkannya. Dan.. dan.. Dunia itu sangat besar, kau tidak hanya akan memiliki satu atau dua penantang tapi ribuan akan menunggu.�



Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 11 part 2


Semenjak Yoon Jin membiarkan wajah manisnya terlihat umum, kebiasaan mabuknya pun berubah. Sama seperti Na Jung, Yoon Jin bukan hanya membeberkan banyak rahasia, tapi juga�.. mengedip-ngedipkan mata ke arah Chun Pyo�sama persis seperti kebiasaan mabuk Na Jung. Sahabat itu selalu berbagi segala hal, kebiasaannya bakal jadi kebiasaan kita juga tanpa kita sadar. Sweet, huh.



�Ya.. Apa kalian tau kalau Geu Re baru saja mendapat tipuan dari orang yang menjanjikan akan membuatkan album untuknya. Ia memberikan semua uang yang disimpannya pada seorang penipu. Kau sungguh bodoh!� pekik Yoon Jin. �Ya! Tidak bisakah kau menutup mulutmu.� Kesal Geu Re. �Kenapa kau tidak mengatakan padaku?� tanya Re Ki. �Ah, itu sudah berlangsung sangat lama sekali. Masalahnya pun sudah terselesaikan.� Jawab Geu Re. Bong Yi menepuk-nepuk pundak Geu Re.


�Dan, Hae Tae. Ia tidak pernah menggunakan kondomnya. Ia menyimpan kondom itu dengan sangat rapih. Iya kan, sayang?� Yoon Joon tersenyum ke arah Chun Pyo. �Pacarku bilang seperti itu, kalau kondom milik Hae Tae sudah kadaluarsa.� Unkap Yoon Jin lagi melengkapi informasinya. Pervert.



�Ya!! Oppa!! Kau sudah mendengar ungkapan perasaan dari Na jung kan? Di hari bersalju saat itu, ia mengatakan kalau ia sangat menyukaimu! Mengapa kau tidak menjawab rasa sukanya. Kalau kau menyukainya, bilang saja,  kau menyukainya. Kalau kau tidak menyukainya, bilang apa adanya. Jangan hanya diam saja. Dasar pengecut!! Na Jung sangat tersakiti kau tau. Kalau kau tidak menyukainya, bilang kalau kau tidak melihatnya sebagai seorang wanita.!� Bentak Yoon Jin dengan geram.



Untuk menghindari adanya kesalahpahaman atau perang dunia ketiga karena Yoon Jin menyuarakan semua rahasia, Chun Pyo dengan gagahnya menarik Yoon Jin. Ia mencoba mengangkat Yoon Jin yang tak henti-hetinya berbicara tentang perasaan Na Jung pada Re Ki. Hal terakhir yang Chun Pyo lakukan adalah menggendong Yoon Jin dan membawanya ke kamar. Yoon Jin yang mabuk berat, tertidur pulas. Chun pyo menjaga Yoon Jin, ia menyelimuti Yoon  Jin dan menemani Yoon Jin sampai pagi tiba. Chun pyo membiarkan dirinya kedinginan dengan tidur tanpa beralaskan apapun di atas lantai. Sweet.


Na Jung juga sama mabuknya dengan Yoon Jin. Na Jung menggigit-gigiti lengan Hae Tae�kebiasaan mabuk milik Na Jung yang tak pernah hilang. Hae Tae pasrah, ia membiarkan lengan yang ditutupi kaos panjangnya itu rusak karena gigitan Na Jung.  Hae Tae memperhatikan Re Ki yang hanya terdiam sedari tadi. Saat Yoon Jin mengatakan ulang tentang perasaan Na Jung, Re Ki tak berkata apapun. Ia terdiam dan hanya menunduk. Geu Re yang merasa tak enak dengan keadaan segera membantu Na Jung. Ia mengangkat Na Jung dan membawanya ke dalam kamar.


Seseorang juga tengah dimakan api cemburu. Bong Yi. Ia tak bisa lagi mendengar tentang perasaan suka Na Jung pada Re Ki. Tidak bisa. Rasa yang dimiliki Bong Yi untuk Na Jung itu semakin membakar dirinya. Bong Yi ingin sekali marah, tapi tidak bisa. Untuk mendinginkan pikirannya, Bong Yi memutuskan untuk keluar dari ruangan. Menenangkan diri, ia duduk di beranda depan kamar, menatap ke langit.

Hae Tae mengajak Re Ki untuk berbicara. Mereka pergi ke sebuah toko, di luar toko seraya menikmati soju, Hae Tae menanyakan banyak tentang perasaan Na Jung dan perasaan Re Ki yang sebenarnya pada Na Jung. Re Ki mencoba menjelaskan semua hal, walau ada hal yang ia tutupi.



�Sunbae-nim, Apa kau sudah memiliki seorang pacar? Apa kau tidak menyukai Na Jung? Apa kau tidak menganggapnya sebagai seorang wanita? Apa ia tidak menarik bagimu? Kalau aku jadi dirimu, aku pasti sudah memacarinya. Ia cantik, juga memiliki tubuh yang seksi. Walaupun sifatnya sedikit aneh, hal itu sangat cute.� Ungkap Hae Tae. �Apa kau menganggap Na Jung sebagai teman?� tanya Re Ki seraya tersenyum. Ia menuangkan soju ke gelas milik Hae Tae. Hae Tae mengangguk. �Akan lebih baik jika aku bertemu dengannya sebagai seorang teman. Kau tau, Ayahku dan Ayahnya memiliki hubungan yang lebih dari seorang adik dan kakak.�


�Selagi Ayahku di phk dari perusahaan dan membuka bisnis, satu-satunya orang yang selalu berada di sampinngya adalah Ayah Na Jung. Saat Ayahku  melakukan operasi, Ayah Na Jung mengorbankan pertandingannya dan datang ke rumah sakit. Ia menunggui Ayahku semalaman. Sedangkan kami, aku dan kakakku tidak bisa datang karena kami sibuk belajar. Seperti itulah hubungan Ayah kami. Aku tidak bisa menerima rasa suka Na Jung hanya karena perasaanku semata. Ada banyak hal yang harus aku pertimbangkan.� Jawab Re Ki. �Hyung.. Bila kau bertemu dengan Na Jung sebagai seorang teman, apa kau akan menerima cintanya?� tanya Hae Tae. Re Ki mengangguk dan mengatakan, �Iya.�


Keesokan harinya, Na Jung berdanda sangat cantik. Ia menata diri dengan sebaik mungkin, karena mala mini ia akan pergi menemui teman-temannya bersama dengan Re Ki yang akan mendampinginya. Na Jung tersenyum pada pantulan dirinya sendiri saat bercermin.


Namun sayangnya, Re Ki tak bisa datang. Urusan kampusnya tak bisa lagi ditinggalkan. �Na Jung-ah, Maafkan Oppa. Professor menyuruhku untuk datang ke sebuah seminar. Sepertinya aku akan datang telat. Maafkan aku Na Jung-ah.� Re Ki meninggalkan pesan suara untuk Na Jung.


Dengan kesal, Na Jung membentur-benturkan kepalanya ke kaca pembatas telepon umum. Belum lagi, stockingnya yang robek karena terkena sayatan dari pinggiran tajam telepon umum. Malangnya. Karena kesal, Na Jung pun tanpa sengaja meninggalkan dompetnya diatas di telepon umum. Fiuh.


Bong Yi baru saja selesai makan bersama manager dan salah satu teman satu team. Perutnya sangat penuh, makanan di tempat itu sangat enak. Manager menagih kepada dua orang pria dihadapannya�untuk membayar makanan yang baru saja dimakan oleh mereka. Bong Yi menggerutu tentang betapa pelitnya manager baseball mereka, lalu tertawa manis.



�Ah, kenyang sekali. Perutku sampai tidak bisa menampung lagi.� Bong Yi keluar bersama manager dan salah satu teman satu teamnya. �Ya.. ayo bayar.� Pinta Manager. �Kau harusnya mentraktir kami walaupun sekali saja juga tidak apa-apa.� Pinta teman Bong Yi pada sang manager. �Ya. Kalian kan sebentar lagi juga akan mendapatkan banyak uang.� Jawab Sang manager. �Kau harus bayar 3500 won.� Pinta manager. �Kenapa?� tanya Bong Yi protes. �Kau memesan cola.� Jawab manager.



Tanpa sengaja Bong Yi melihat Na Jung yang tengah berada di sebuah mart. Dari balik etalase, Na Jung terlihat kebingungan. Ia mengaduk-aduk isi tasnya, seperti tengah mencari sesuatu. Iya. Na Jung tengah mencari dompet yang tanpa sadar ia tinggalkan di atas telepon umum tadi siang. Karena hal itu, Na Jung tak dapat membeli makanan dan stoking yang baru. Untung saja Bong Yi datang. �Maafkan aku. Sepertinya aku kehilangan dompet.� Jawab Na Jung.


Kemudian terdengar suara bell dari pintu mart, Bong Yi muncul dengan senyuman manisnya. Aw~



Bong Yi sama sekali tak ada keperluan apapun di mart itu, ia masuk ke dalam mart hanya untuk bertemu dengan Na Jung. Modus. Bersama dengan teman satu teamnya, mereka menyapa Na Jung. Dengan bantuan Bong Yi, akhirnya Na Jung bisa membeli beberapa makanan ringan, telur dan stocking baru. Na Jung berjanji untuk mengganti uang yang baru saja dipakai oleh Bong Yi. Bong Yi membalasnya dengan gelengan, tidak usah, hanya membelikan hal kecil seperti itu tidak apa-apa.



Di mart, Bong Yi terpaksa memakan makanan bersama Na Jung. Ia berbohong, bahwa ia belum makan, padahal Bong Yi sudah makan kenyang malam itu dan ia harus makan satu mangkuk mie lagi? Kalau demi Na Jung ya tidak apa-apa. Semua demi Na Jung. Ah, my Bong bong~ �Ah, kenapa kau masih disini?� tanya Bong Yi. Ah, kau akan pergi bersama Re Ki hyung nim.� Terka Bong Yi saat melihat Na jung dan gelagat tak enaknya. �Kapan Hyung-nim akan datang?� tanya Bong Yi lagi. Modus. �Ia akan datang telat. Aku akan menunggunya di sini sembari memakan makanan ini.� Jawab Na Jung. �Ah, benarkah? Aku akan menemanimu, lagi pula aku belum makan apa-apa. Lapar sekali.� My Chil Bong ber-modus cinta. Sweet~



Bong Yi sudah makan sangat kenyang, tapi ia harus memakan makanan cepat saji di hadapannya. Selagi memakan mienya, Na Jung memperhatikan Bong Yi. Bong Yi selalu ada saat Na Jung membutuhkan pertolongan. �Apa kau cukup dengan hanya memakan snack dan teluar rebus?� tanya Bong Yi. �Nanti kami juga akan makan malam di sana.� Jawab Na Jung seraya tersenyum.



Na Jung mencoba memecahkan telur rebus dengan membenturkannya ke kepala Bong Yi. Tradisi�cara memecahkan kulit telur dengan membenturkannya ke kepala sebelum mengelupaskan kulit telurnya�. Yaks, ternyata itu bukan telur rebus sungguhan, telur itu masih mentah. Karena ulah Na Jung, rambut Bong yi menjadi kotor. Cairan telur dan kuning telur itu menggelantung aneh di bagian depan kepala Bong Yi.



Bong Yi menahan tawanya, ia lalu menyalahkan Na Jung, apa Na Jung melakukan hal ini dengan sengaja. Na Jung kemudian menggeleng dengan cepat, merasa bersalah, Na Jung segera membantu membersihkan sisa telur mentah di bagian kepala Bong Yi. Bong Yi tak henti-hentinya tertawa terbahak karena ulah Na Jung yang ceroboh. Bong Yi sama sekali tak mempermasalahkan dirinya yang mulai berbau amis karena telur ayam mentah itu. Sweet~~ Semua karena Na Jung. Saat Bong Yi berada di samping Na Jung, Bong Yi akan dengan sangat mudah untuk tersenyum, tertawa lepas. Dan Bong Yi akan tertunduk, bila Na Jung mulai dengan diam-diam memperhatikan Re Ki. Bong Yi heart Na Jung so much. Poor Bong Yi. Hiks.



�Ah, tidak apa-apa.� Jawab Bong Yi. �Maaf.. maaf.� Na Jung mengambil gulungan tissue lalu membersihkan rambut Bong Yi. �Apa kau melakukan dengan sengaja. Dengan sengaja, kan?� Bong Yi menahan tawanya. �Apa aku gila. Aku benar-benar tidak tahu.� Na Jung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia memang benar-benar tidak tahu kalau ada telur mentah di sana. �Karena telur mentah ini.. Kau.� Na Jung mengenduskan nafasnya, �Kau bau ayam.� Ucap Na Jung. �Ah~ Apa yang harus aku lakukan.� Keluh Bong Yi. �Mian.. Mian..� jawab Na Jung, dan keduanya tertawa bersama. Sweet~


Re Ki masih berada di ruang kuliahnya. Ia belum juga keluar karena jam kuliah itu tertunda�sang Professor kesulitan untuk menyalakan infocus�. Namun yang sedari tadi Re Ki lakukan hanya menekan-nekan ulang tombol pulpennya dengan pikiran melayang menemui Na Jung. Re ki sudah tidak sabar menunggu kelas kuliahnya berakhir. Ia harus memenuhi janjinya untuk menemui Na Jung. Ini sudah lewat dari jam yang telah ditetapkan. Tak bisa lagi menunggu, Re Ki membuat keputusan. Ia keluar dari ruang kelas tanpa mempedulikan apapun. Yang hanya ingin Re Ki lakukan adalah menemui Na Jung dan menepati janjinya.


Na Jung menunggu dan terus menunggu. Teman-temannya yang lain sudah berkumpul dan bersenang-senang dengan pasangannya. Tapi Re ki belum juga datang. Tak ada yang datang bahkan. Karena tidak lagi memiliki harapan dengan kedatangan Re Ki, setelah meneguk minumannya, Na Jung pergi dari tempat itu.


Dan saat Na Jung pergi, Re Ki datang. Re Ki datang di waktu yang telat, tempat yang baru saja diduduki oleh Na Jung sudah kosong. Na Jung sudah pergi. Mereka berdua berselisih jalan.



Re Ki memarkirkan mobilnya. Ia menarik nafas dalam-dalam, memikirkan ulang tentang apa yang baru saja terjadi. Ia tidak menepati janjinya pada Na Jung, dan ia menyesal. Seseorang mengetuk jendela mobil Re Ki. Bong Yi. Re Ki membuka kaca mobilnya lalu menyapa. Mereka memutuskan untuk bermain baseball bersama. �Apa kau akan berlatih?� tanya Re Ki. �Iya. Di taman.� Jawab Bong Yi seraya memain-mainkan bola baseballnya. �Ayo.� Ajak Re Ki.



Ada hal yang sangat Bong Yi ingin katakan pada Re Ki. Iya, masih tentang Na Jung. Re Ki meminta Bong Yi mengajarkannya tentang bagaimana cara melempar bola baseball. Dengan telaten, Bong Yi mengajarkan Re Ki. Ia memindahkan jemari tangan Re Ki sesuai dengan cara para atlet baseball memegang bolanya. Bong Yi juga memberitahukan tentang berbagai kode yang diberikan oleh penangkap bola bila mereka sedang melakukan pertandingan. Sangat mudah bagi Re Ki untuk mempelajari tentang hal itu.

Saat mereka saling melempar dan menangkap bola, Bong Yi mengatakan tentang rasa sukanya pada Na Jung. Dengan menatap mata Re Ki, Bong Yi bertanya apakah Re Ki juga menyukai Na Jung. Pembicaraan antar pria itu berlanjut.



Chil Bong Yi berkata pada Re Ki, �Sunbaenim, aku sudah mengatakan rasa sukaku pada Na Jung. Aku tau, Na Jung sangat menyukaimu. Tapi, aku tetap menyatakan rasa sukaku padanya. Aku sudah menyatakan segalanya pada Na Jung, tidak peduli rasa sukaku ini tak terbalas. Yang aku pedulikan adalah, rasa penasaranku terhadap perasaan yang kau miliki pada Na Jung. Apa cinta Na Jung bertepuk sebelah tangan. Aku rasa tidak. Cintanya padamu tidak bertepuk sebelah tangan, bukan? Entah apapun yang terjadi, pemainan belum berakhir. Aku tidak akan menyerah. Berusaha seperti seorang idiot, aku akan melakukan hal itu. Kau mungkin akan kehilangan Na Jung tanpa kau sadari.�


Berkat Bong Yi, Re Ki menyadari perasaannya pada Na Jung, �Kalau cinta Na Jung tidak bertepuk sebelah tangan apa yang akan kau lakukan? Kau tau, aku tidak seharusnya jatuh cinta pada Na Jung, karena  ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Orang tua kami, kakak Na Jung yang sudah tiada�yang juga merupakan sahabatku. Aku tau, Na Jung mengalami hal terburuk, melihatnya seperti itu membuatku semakin terpuruk. Aku berusaha untuk tidak mempedulikan hal itu. Aku pikir waktu akan mengubah segalanya. Saat hati Na Jung sakit, hal itu juga menyakitiku. Bukankah hal itu sama saja artinya bahwa aku juga menyukainya? Kau benar. Cinta Na Jung tidak bertepuk sebelah tangan. Aku.. Juga mencintai Na jung. Aku akan menerima perasaan suka Na jung dan aku akan mengatakan segalanya padanya.�


Na Jung melakukan hal yang sama. Ia berbicara berdua bersama dengan Hae Tae. Banyak hal yang mereka saling bagi. Kadang kata-kata Hae Tae yang terlalu jujur membuat Na Jung ingin selalu memukulnya. Na  Jung memukul kepala Hae Tae dan mengunci lehernya dengan tenaga super kencang di bagian lengan. �Apa kau merasa baikan setelah kau mengutarakan rasa sukamu pada Hyung-nim? Na jung yang malang, Na Jung-ku yang malang. Ah, apa yang kau sukai dari Hyungnim. Kau ini.� Ungkap Hae Tae. �Ah, cinta memang benar-benar membutakanku kan? Hei, apa aku terlihat sangat begitu buruk? Apa dimata seorang pria aku sama sekali tidak menarik? Seperti itukah? Kau kan seorang pria pasti kau mengetahuinya, kan?� tanya Na Jung.


�Kalau aku jadi Hyung-nim, aku sudah memacarimu jauh sebelum kau mengungkapkan perasaanmu. Na jung-ah, Hyung-nim benar-benar tak tau diri bagaimana bisa ia tak menerima rasa sukamu. Ah, tenang saja~ Ia benar-benar memiliki perasaan padamu.� Ungkap Hae Tae. Ia mengatakan hal yang diungkapkan beberapa waktu lalu oleh Re Ki. �Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu?� tanya Na jung seraya menatap Hae Tae tak percaya. �Hyungnim yang mengatakannya langsung padaku.� Jawab Hae Tae dengan jujur. �Ah, sudahlah. Sudah. Kau pikir candaanmu seperti ini akan membuatku tenang?� Na jung memukul dada Hae Tae, ia mengira semua yang Hae Tae katakan itu hanya sebuah bualan. �Aku mengatakan hal yang sebenanya, aku tidak berbohong.� Hae Tae mengatakan hal ini berulang kali, berharap Na jung mempercayai perkataannya.



Re Ki harus pergi dari rumah kos itu. Barang-barangnya sudah dibereskan, ia harus pergi dari rumah kos untuk tinggal bersama kakaknya. Hari itu, Ibu dan Ayah mengantar kepergian Re Ki. Ayah memberikan sekardus makanan buatan Ibu untuk Re Ki. Na Jung tak ikut mengantar kepergian Re Ki, ia tak tega melihat Re Ki pergi. Sebelum pergi, Re Ki mencium Ayah. Keduanya tertawa bahagia. Sweet~


Na Jung mendekap erat boneka yang diberikan oleh Re Ki. Ia mendengarkan lagu favoritenya seraya membaca komik yang juga milik Re Ki.


Seoul, 2002.
Pernikahan Na Jung belum juga selesai. Mempelai tengah di minta sumpah sehidup sematinya. Seorang pria kecil menghampiri Ayah dan Ibu. Suk Suk kecil. Ia berdiri tepat di belakang bangku Ayah dan Ibu. Pria berjas mungil itu meminta orang tuanya untuk menemaninya ke kamar mandi. Ibu menyuruh Ayah untuk mengantarkan suk suk.



Sekeluarnya dari kamar mandi, mereka kembali ke pesta pernikahan. Foto besar itu menyita perhatian suk suk. Foto ke lima paman kesayangannya�Re Ki, Hae Tae, Geu Re, Chun Pyo dan Bong Yi�. �Ayah, kakak iparku adalah yang paling tampan.� Ungkap Suk Suk seraya menunjukkan jempolnya. �Ah, kau yang paling tampan. Kakak iparmu itu jelek.� Jawab Ayah.


Seoul, 1995.
Keesokan  harinya, Na Jung sampai di rumah. Semua orang masih disibukkan dengan acara TV favorite mereka. Na Jung datang dan dikejutkan dengan perkataan Ayah. Ayah mengatakan bahwa kamar Re Ki telah  mereka sewaan pada seseorang. Dengan terkejut Na Jung bertanya, siapa orang itu. Tak lama, Bong Yi keluar dari kamar Re Ki. Aw~



Bersambung�
Bersambung Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 12

SHIT! I KNEW IT! PATHETIC! PATHETIC BONG YI!! YOU ARE SOO PATHETIC, BONG-AH!!!!!!!! YOU ARE GOING TO LOSE. THERE IS NO WAY YOU WILL END UP MARRYING NA JUNG! SHIT!!!!!!!!! I FREAKING LOVE THIS PATHETIC GUY! BONG-AH!! I LOVE YAAAA!!!!!!!!! HIMNE, BEIB! HIMNE BONG-AH!!!! YOUR TEAM WILL FOREVER AND EVER AND EVER SUPPORT YOU!! HIMNE!!! TEAM CHIL BONG YI, FIGHTING!!! (*I need a group hug�hugging all team chil bong yi)



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners