Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 6 part 1

Translate this Article...

 Ready to SHOCK!!
Totally Rock!

Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 6 part 1



Seoul 2013
Na Jung menyiapkan secangkir minuman untuk dirinya sendiri, Bong Yi menghampirinya. Mereka berbicara berjauhan dari ke-lima sahabat mereka yang lain. Seraya menyeruput kopinya, Bong Yi mengomentari apa yang Na Jung katakan. �Kau tidak menonton video pernikahan itu?� tanya Bong Yi seraya mengambil kopi di hadapannya dan menyeruputnya sedikit demi sedikit. �Kau tidak lihat, mereka membuat bual-bualan seperti itu karena video pernikahan diputar?� jawab Na Jung kesal mendengar Yoon Jin  yang mengomentari dirinya, �Ah, lihat.. Na Jung seharusnya memakai busa bra lebih banyak. Dadanya sangat rata.� Bong Yi hanya tergelak mendengarnya.



�Kemana Suk Suk pergi?� Bong Yi bertanya lagi, menanyakan seorang pria muda itu. �Ah, that son of bitch. Ujian masuk universitas sudah sangat dekat, ia malah bermalas-malasan diluar.� Ujar Na Jung dengan masih menggunakan bahasa supernya. �Son of bitch? Kau sudah memiliki anak 3, perhatikan cara bicaramu.� Balas Bong Yi. �Dulu kau menyukainya?!� Na Jung berubah kesal. �itu karena dulu aku terlalu innocent, hal yang ku tahu hanya bermain baseball. Tapi setelah 20 tahun, cara bicara kasarmu itu menjadi sangat mengganggu.� Bong Yi menjawab tapi ia sibuk membalik-balikan majalah dihadapannya. IS THIS?!


Di tempat lain, Suk Suk mendapat telepon dari seseorang. Suk suk, pria muda yang muncul di episode pertama drama ini. Ia masih menggunakan pakaian seragamnya, tak jauh dari tempatnya berdiri seorang perempuan tengah menunggunya dengan bosan. Suk Suk mengiyakan dengan paksa apa yang dikatakan oleh seseorang di sambungan telepon itu, seseorang yang dipanggilnya dengan sebutan Ibu. �Iya Ibu.. Aku mengerti. Aku mengerti, jangan mengulangi kata-katamu lagi. Aku mengerti.� Ujarnya beberapa kali. Ia sudah besar, tak perlu lagi diingatkan, kan?



Setelah menerima telepon dari Ibunya, Suk Suk kembali duduk berhadapan dengan teman perempuannya. Ia menyodorkan headphone, menyuruh temannya untuk mendengarkan lagu yang ia miliki. Teman perempuannya itu bertanya, �Apa yang menelpon tadi adalah ibumu?� tanyanya. Suk suk mengangguk pasrah. �Hei, apa ibumu juga menelpon dirimu terlalu sering seperti yang ibuku lakukan?� tanya suk suk penasaran. �Kedua orang tuaku bekerja. Kami hanya bertemu pagi, dan hanya seperti itu.� Jawab teman perempuan Suk Suk. �Ibuku selalu menelpon, 100 kali sehari.� Kata Suk Suk.



Seoul 1994
Chil Bong Yi dan Sseu Re Ki tengah melakukan olah raga malam. Mereka bermain baseball. Bong Yi mengajarkan sedikit teknik bagaimana seharusnya seorang pichter melempar bola baseball mereka. Saling menangkap bola baseball seperti itu tidaklah sulit bagi Re Ki, sangat mudah. Tapi, saat Bong Yi melemparkan bola dengan teknik pelempar yang sangat handal, Re Ki mulai kesulitan. Ia masih tetap bisa menangkap bola, tapi tangannya berubah kaku karena lemparan Bong Yi terlalu tajam.


�Hyung.. lemparnya seperti ini.� Ujar Bong Yi seraya mendemonstrasikan gerakan melempar baseball, ia mengacungkan tangannya yang menggenggam bola baseball. Ia juga menyuruh Re Ki untuk melempar bola baseball dengan cara menukik ke arah bawah, atau mengarah ke tanah. Bila melemparnya dengan cara biasa, lurus, maka hasilnya tidak akan setajam teknik yang baru saja diajarkan. Re Ki mengerti, ia lalu menyiapkan diri untuk menerima lemparan dari Bong Yi. Tangannya berhasil menangkap bola dari Bong Yi, �Ya! Pelan-pelan. Tanganku bisa patah karena lemparanmu itu. Kau harus sedikit mengalah pada yang bukan profesional� Pinta Re Ki seraya tersenyum.



Ayah sedari tadi memperhatikan gaya berlatih Bong Yi, seraya mengemut es krimnya Ayah menyandarkan diri pada sebuah pilar, kemudian memberikan komentar. �Kau masih belum tidur? Bermain bersama hyungmu?� tanya Ayah. �Hyung melempar sangat baik. Walaupun belum profesional, ia pelempar yang nonprofessional terbaik yang pernah aku temui.� Jawab Bong Yi. Re Ki mengacungkan jempolnya dan tersenyum. �Apa ia melempar lebih baik daripadaku? Sekarang giliran aku yang harus kau hadapi.� Pinta Ayah. Ia menyuruh Re Ki untuk meninggalkan lapangan, memintanya pula agar menjaga es krim yang baru saja dibelinya, selagi Ayah melakukan demo baseball bersama Re Ki.



Ayah berjongkok lalu memberikan aba-aba, �Lempar sekarang.� Pinta Ayah. Bong Yi ragu, bila ia mengeluarkan seluruh tenaganya maka tangan Ayah mungkin akan kram. �Lempar dengan semua teknik yang kau punya. Jangan karena aku pelatihmu jadi kau meremehkanku. Lempar sekuat tenaga.� Ayah mengingatkan sekali lagi. Dengan ragu, Bong Yi melihat aba-aba jahil yang diberikan oleh Re Ki. Re Ki yang berada di tepian memperagakan pada Bong Yi agar melempar bola dengan tajam. Tak apa-apa bila tangan Ayah sedikit sakit. �Lempar dengan keras.� Re Ki memberikan aba-aba tanpa suara melalui gerak mulutnya.



Bong Yi menarik nafasnya dalam-dalam, ia berada pada posisi siap melempar. Dalam gerakan ke tiga, Bong Yi melempar bolanya dengan sangat tajam.



Zhhaaaapzz.. Dengan secepat kilat, bola itu tepat mengarah pada tangan Ayah. Dengan menahan rasa sakit Ayah memarahi Bong Yi agar semakin melatih teknik melemparnya. �Apa ini yang kau sebut sebagai lemparan terbaikmu, huh? Kau tau, ada banyak atlet lain yang lebih baik darimu. Kau ini bagaimana?! Saat aku pergi ke Amerika aku mendapatkan sarung tangan yang sangat berkualitas. Berlatihlah dengan tekun agar lemparanmu semakin baik, nanti aku akan memberikan sarung tangan baseball itu kepadamu sebagai hadiah. Mengerti.� Ungkap Ayah pada Bong Yi.



Bong Yi tersenyum lalu mengangguk, �Terimakasih pelatih.� Dalam lubuk hati yang paling dalam, Ayah sangat kesakitan, tangannya terasa linu. �Mana eskrimnya.� Pinta Ayah pada Re Ki, tangan Ayah berubah kaku. Re Ki menaruh keresek hitam berisi es krim di jari telunjuk yang Ayah acungkan. Ayah menahan rasa nyeri di bagian tangannya, lalu pergi meninggalkan Re Ki, Ayah memberikan komentar terakhirnya, �Anak itu lemparannya semakin membaik.�


Dari kejauhan, Re Ki memperhatikan Bong Yi. Ternyata benar apa yang orang-orang katakan tentang kemampuan Bong Yi. Bong Yi adalah pitcher terhandal, buktinya, Ayah tidak mampu menahan rasa sakit di tangan karena menangkap bola baseball yang Bong Yi lemparkan. Re Ki pun tersenyum dengan penuh rasa bangga pada Bong Yi.


Ibu sibuk melipat baju-baju yang baru saja kering, sedangkan Ayah tengah asyik menonton pertandingan baseball. Ibu ingin Ayah setidaknya membantu melipatkan, tak bermaksud untuk mengganggu, Ibu menyuruh Ayah untuk melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. �Ayah, aku kepanasan. Tolong nyalakan kipasnya.� Pinta Ibu. Ayah bangkit dari posisi nyamannya, dengan remote yang ada di tangannya ia menyalakan kipas angin. Ibu menyuruh banyak hal lainnya, suruhan yang langsung dikerjakan oleh Ayah saat itu juga. �Ayah, jangan menonton pertandingan itu berisik, kecilkan volume televisinya.� �Ayah, kipas angin itu tidak mengarah kepadaku. Biarkan kipasnya berputar.� �Ayah mengapa kau malah menonton drama.�



Dengan wajah geram, Ayah mengomel �Lakukan semuanya semamu!! Kau pikir aku ini pembantu?! Apa kau sedang melatih seorang anjing?! Mengapa kau menyuruh seenaknya saja?!� Bentak Ayah. Mendengar bentakan seperti itu, Ibu menangis dan meminta maaf. �Aku salah, Yeobo. Maafkan aku.� Mudah bagi ibu untuk meminta maaf, merasa bersalah bukan berarti tidak harus meminta maaf. �Maafkan aku.� Kata Ibu dengan menghapus air matanya, ia lalu berbaring membelakangi Ayah.



Merasa bersalah, Ayah mendekati Ibu, ia menanyakan keadaan Ibu, �Apa kau baik-baik saja.� Tanya Ayah lembut. Ibu tidak menjawab, ia malah menendang punggung Ayah dari belakang. Sesederhana itu, keduanya kembali akur setelah saling menyalahkan. Kembali menjadi Ibu dan Ayah yang selalu ada untuk anak-anak mereka. Sweet~~



Saat semua orang tengah bersantai menonton televisi, Na Jung merasa kesakitan di bagian punggung. Tak tega melihat Na Jung seperti itu, Bong Yi menawarkan alat penyembuh miliknya. �Apa kau ingin mencoba alat itu. Aku membawanya, ada di dalam tasku.� Jawab Bong Yi. �Baiklah, Aku akan meminjamnya kali ini saja. Nanti ku kembalikan.� Jawab Na Jung seraya menahan rasa sakit di bagian punggungnya.



Bong Yi memberikan alat penyembuh nyeri tersebut pada Na Jung setelah ia mengambilnya dari dalam tas. �Ini sangat manjur. Sebuah hadiah dari team dokter yang diberikan padaku.� Bong Yi juga menyarankan Na Jung untuk setidaknya berolah raga, melakukan pemanasan agar nyeri di bagian punggungnya tidak kambuh lagi. �Para team dokter biasanya melakukan pemijatan. Dan itu lumayan sangat ampuh untuk menghilangkan rasa sakit.� Ujar Bong yi. �Ah, andai saja aku bisa mendapatkan pemijatan seperti itu.� Keluh Na Jung.


Bisakah Bong Yi membantunya untuk meregangkan otot-otot kakunya? Na Jung memandang dengan iba pada Bong Yi, ia memohon. �Aku?� tanya Bong Yi pada dirinya sendiri.



Di ruang tamu, Na Jung merebahkan diri. Ia merentangkan tangannya dan meluruskan kaki. Bong Yi siap membantunya untuk meregangkan otot-otot Na Jung dengan memberi sedikit pemanasan. �Siap?� tanya Bong Yi. Bong Yi juga menyuruh Na Jung untuk mengatur pernafasannya, agar pemanasan berjalan lancar. Bong Yi meluruskan kaki Na Jung, kemudian menekuk kaki kanannya dengan sangat pelan. Ia juga melakukan hal yang sama pada kaki kiri Na Jung.


 �Whoa kau sangat ahli melakukan hal ini.� Puji Na Jung. �Berhentilah menjadi pitcher lalu lakukan ini pada orang lain.� Apa Na Jung menyuruhnya untuk menjadi tukang pijat. Ppfftt.. �Aku selalu melakukan hal ini, mereka bilang aku yang terbaik kalau soal memijat.� Jawab Bong Yi. Setelahnya, Bong Yi menekuk kedua kaki Na Jung.


Tekukan pertama tak ada masalah, tapi semakin Bong Yi menekuk kedua kaki Na Jung, jarak wajah mereka semakin mendekat. Sangat dekat. Drop! Pandangan mata mereka saling bertemu, 1 detik.. 2 detik.. 3 detik.. 4 detik� HAP!!  Kecanggungan menjalari keduanya.


Dengan gugup Bong Yi mencoba mengalihkan pembicaraan. Kata-katanya berubah kaku, ia sangat gugup. �Lee Sang Min juga �sering sakit di bagian� punggung .. kan.� Ujar Bong Yi. Cute~~ Tapi, ia harus melanjutkan pemanasan itu sampai akhir. Tahap terakhir, Bong Yi menekuk dengan pelan kaki kanan Na Jung menikung ke arah kanan, hingga bokongnya tepat berada di hadapan Bong Yi. YAK!! Na Jung mengeluarkan gas begitu saja tepat di hadapan Bong Yi. Iugh~~ Seperti tak terjadi sesuatu, Bong Yi melanjutkan gerakan selanjutnya.




Hal yang sama pun terjadi. Gahahahaa.. Na Jung hanya bisa menahan rasa malu dengan menggigit bibirnya. Berharap Bong Yi tak mengatakan apapun. Bong Yi memang tak mengatakan apapun. Alien Na Jung benar-benar membuat Bong Yi selalu merasa salah tingkah. Ia mungkin akan mengingat kejadian ini sebagai hal yang paling lucu di dunia. He likes her unconditionaly, doesn�t he? Too innocent, Bong Bong-Goon, saranghae <3



Di beranda rumah, Re Ki masih berkutat dengan buku-buku kedokterannya. Ayah datang mendekati. Dan malam itu, Re Ki resmi menjadi penasehat keluarga Sung. Saat Ayah mengatakan tentang keadaan Ibu yang tiap hari semakin tidak bisa dimengerti. Ibu yang kadang cepat sekali emosinya naik, tapi tiba-tiba emosinya hilang entah kemana. Bagi Re Ki, mudah untuk mengetahui apa yang Ibu rasakan. Ibu dan Na Jung memiliki sifat yang sama, selalu mencoba menyembunyikan rasa sakitnya.


�Apa ibu sedang mengalami masa monopous?� tanya Re Ki. Re Ki pun memberikan beberapa nasehat special untuk Ayah. Ayah mendengarkan semua perkataan Re Ki dengan serius. Kedua telingannya mendengar semua yang Re Ki katakan. �Ayah, kau harus berbuah lebih baik pada Ibu. Rambutmu sudah beruban.� Ujar Re Ki. �Wanita usia monopous biasanya memang cepat sekali berubah emosinya.�



Ayah benar-benar melakukan apa yang baru saja dikatakan oleh Re Ki. Ia datang menghampiri Ibu yang kini sibuk dengan tumpukan baju yang harus disetrika. Mood Ibu sedang baik, ia bernyanyi riang, tak mempedulikan keberadaan Ayah. Ayah menyodorkan segelas kopi dingin penuh dengan es batu, minuman kesukaan Ibu. Tepat seperti yang Re Ki sarankan, Ayah juga mencoba untuk membantu Ibu. Ia mengatakan, �Biar aku saja yang mengantarkan baju ini ke kamar mereka.� Ujar Ayah. Ibu dengan riang mengiyakan kemudian melanjutkan diri bersenandung ria. Sekejap tadi emosi ibu cepat sekali naik, mudah tersinggung, sekarang, semua emosinya hilang, diri Ibu berubah riang. Dan Ayah mencoba mengerti keadaan ibu.



Na Jung mendengarkan lagu kesukaannya, kali ini balad. Di tempatnya berdiri menghadap langit, Na Jung memejamkan mata dan ia bergeming mengikuti melodi di lagu yang di dengarnya. Earphone dan sejuknya udara malam benar-benar membuat moodnya berubah menjadi sangat baik. Belum lagi karena kedatangan Re Ki. Re Ki datang, ia berdiri di belakang Na Jung, memijit-mijit pelan punggung Na Jung. Mood positif yang tadi Na Jung rasakan, berubah menjadi kegugupan. Sigh. Oppa-ya selalu membuat hati Na Jung berdetak lebih cepat dari biasanya. Na Jung mematung saat Re Ki mengambil earphone dari telinganya untuk disambungkan ke telinga Re Ki. �Ini lagu apa? Apa anak-anak yang menyanyikan lagi ini terkenal?� tanya Re Ki saat ia mendengarkan lagu yang juga tengah di dengarkan oleh Na Jung.


�Jung-ah, Ibu sedang dalam kondisi tidak baik. Ia sedang mengalami pra-monopous. Emosinya akan tinggi, mudah sekali tersinggung. Kau harus selalu berada di dekatnya, menjaganya, bila orang-orang disekitar tidak ada yang memperhatikannya, ia akan berubah menjadi depresi.� Ujar Re Ki. �Bagaimana kau tau hal itu? Apa Ibu bilang padamu?� tanya Na Jung, Ibu tak pernah mengatakan apapun pada dirinya, bagaimana Re Ki bisa mengetahui hal itu. �Kau tau, aku sangat lihai membaca pikiran dan hati para wanita. Aku tidak bisa dibohongi.� Lirihnya. �Bohong..� balas Na Jung pelan hingga tak terdengar oleh Re Ki.


Episode ini adalah tentang Ibu. Ibu yang selalu mencoba untuk memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Meskipun anak-anak yang menetap di rumahnya bukan keluarga sesungguhnya, tapi Ibu selalu memperlakukan mereka seperti darah dagingnya sendiri. Ibu menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, menyampaikan semua pesan yang diberikan orang tua mereka, merapikan pakaian. Yang sangat Ibu perlukan saat ini adalah pengertian. Ibu mungkin tidak membiarkan orang lain tahu tentang rasa yang tengah ia rasakan, tapi Na Jung sangat memahami Ibu. Ia ada saat Ibu merasa dirinya tidak lagi diperlukan.



Seperti pagi itu, Chun Pyo yang bangun kesiangan mengomel dan menyalahkan Ibu. Semua karena ibu, Chun Pyo telat seperti itu. Chun Pyo juga menolak eskrim yang Ibu berikan, padahal yang Ibu inginkan agar Chun Pyo tidak jatuh sakit, walaupun tidak sarapan, Chun pyo bisa mengganti sarapan dengan es krim yang hendak ibu berikan. Tapi Chun pyo menolaknya. Na Jung tak bisa melakukan apapun, ia hanya melihat Ibu dari kejauhan.


Hae Tae juga melakukan hal yang sama. Ia mengundang teman-temannya datang ke rumah kos, lalu menyuruh Ibu untuk menyiapkan makanan begitu saja. Sepertinya Ibu di sana hanya menjadi pekerja rumah tangga. Hae Tae menyuruh Ibu beberapa kali. Na Jung pun ada di sana, memperhatikan perubahan di wajah Ibu. Ia mengerti kepedihan Ibu.



Ibu menyampaikan pesan yang diberikan oleh Ayah Geu Re. Tapi Geu Re malah membentak Ibu karena Ibu melakukan kesalahan. �Mengapa kau mengadu pada Ayah bahwa aku tidak pergi ke kampus? Hubungan kami menjadi tidak baik. Dia bukan orang yang mudah mengerti!� bentak Geu Re. �Ibu, aku mohon jangan angkat telepon untukku lagi.� Geu Re pergi begitu saja tanpa terlebih dahulu meminta maaf pada Ibu. Tak berbeda dengan yang terjadi pada Yoon Jin. Yoon Jin tak mempedulikan kata-kata ibu, ia hanya mengangguk saat ibu sudah hampir menyelesaikan kata-katanya. Yoon Jin lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu favorite yang dinyanyikan oleh Seo Ta Ji ketimbang mendengar ucapan Ibu.


Na Jung mengungkapkan isi hatinya, �Kami sudah berada di Seoul selama 4 bulan, mengalami banyak hal, melalui liburan panjang. Kami menjadi sangat dekat dan terbiasa satu sama lain. Tahun 1994 hari pertama di musim panas benar-benar membuat Ibu tersudutkan. Hati ibu sakit.�

Bersambung Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 6 part 2



Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners