Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 14 part 2

Translate this Article...

Perlahan Bong Yi meraih tangan Na Jung�ia menggenggamnya lembut. Bong Yi bertanya pada Na Jung, bila theory IF miliknya itu mungkin terjadi�apa Na Jung akan menerimanya menjadi bagian dari hati Na Jung. �Jung-ah, bila� suatu hari.. aku tidak tau kapan�beberapa tahun ke depan, jika takdir mempertemukan kita kembali dan jika saat itu, tidak ada seorang pun yang berada di sampingmu, bisakah aku yang berada di tempat itu?�

Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 14 part 2




Na Jung mengatakan alasan mengapa Re Ki tidak datang, �Ia sedang menjenguk sepupu perempuannya. Ia masih pelajar tingkat sma di semester akhir. Dan kau tau kenapa ia berada di rumah sakit. Karena hatinya sakit.� Geu Re bertanya lagi, �Lalu bagaimana keadaannya, mengapa ia dirawa di rumah sakit?� Na Jung melanjutkan perkataannya, �Sepupu Re Ki itu memiliki kekuatan bisa meramal. Ia juga penggemar berat dari Seo Tae Ji.� Na Jung menatap Yoon Jin. �Kau tau mengapa ia bisa berada di rumah sakit? Karena ia memanjat pagar pembatas rumah Seo Tae Ji.� Ungkap Na Jung.


�Mengapa melakukan hal itu, fans Seo Ta Ji Oppa, tidak akan pernah melakukan hal tersebut, karena Oppa sangat tidak menyukai semua hal berontak seperti itu.� Jawab Yoon Jin. �Karena ia tengah dihantui oleh sesuatu. Kemampuan meramalnya itu menjadikannya dapat melihat sesuatu. Ia bermimpi bahwa Seo Tae Ji berada di helicopter dan Seo Tae Ji seolah akan pergi jauuuuh sekali.� Na Jung mengucanpkan hal ini dengan sangat horror. Hanya Yoon Jin yang bergidik ngeri�semua berita buruk tentang Oppanya benar-benar membuatnya sangat khawatir.



Mereka kemudian mengganti topik tentang tahun millennium yang kabarnya dunia akan kiamat dan runtuh. �Bila hal itu terjadi, bagaimana kalau tepat di saat tanggal 31 desember tahun 1999, kita kembali bertemu. Di tempat ini. Bila kiamat memang benar-benar terjadi�kita akan mati bersama.� Cetus Chun pyo. �Ide yang bagu.� Jawab Geu Re. �Dan bila kiamat tidak terjadi, kita juga akan merayakannya bersama. Bagaimana?� tanya Chun Pyo memastikan. �Bukankah di saat itu, kita sudah melupakan banyak hal? Sepertinya hanya aku yang akan datang nantinya.� Sahut Geu Re. �Jangan lupa. Kalian harus mengingatnya.� Jawab Chun Pyo. �Entah bagaimana, sepertinya aku akan datang, sendirian.� Jawab Bong Yi. �Kau tau kan bagaimana sifatku, aku juga pasti akan datang. Pasti.� Jawab Na Jung setelahnya. �Bagaimana kalau tidak ada yang datang?� terka Chun Pyo. �Pasti ada yang datang.� Kata Geu Re. �Aku akan memberitahukan yang lain, termasuk Hae Tae.�


Membiarkan Yoon Jin mabuk sama artinya dengan melepaskan ikatan kuat dari beberapa rahasia yang tak tersampaikan. Malam itu, beberapa rahasia kembali mengawang di udara, terdengar menyakitkan bagi Bong Yi�karena Yoon Jin mengatakan tentang ciuman pertama antara Na Jung dan Re Ki. Ia menahan rasa kesalnya dengan meneguk bir dari gelasnya. Geu Re pun sama, ia dan Bong Yi menjadi dua orang yang tidak senang dengan hubungan Na Jung dan Re Ki. Na Jung mendekap kedua kakinya, ia mencuri sedikit pandang ke arah Bong Yi�tanpa berani melihatnya langsung.



�Bila kau tinggal di Jepang, kau pasti akan sangat kesepian. Saat sampai di sana, carilah seorang pacar, maka kau tidak akan lagi kesepian. Tapi aku berbeda, entah mengapa�walaupun aku memiliki seorang pacar, aku tetap merasa kesepian.� Ungkap Chun Pyo seraya menatap Yoon Jin yang mabuk. Yoon Jin mengomentari ucapan Chun Pyo, ia memandangi Geu Re dan Bong Yi secara bergantian, �Ya, dua orang sepupu ini terlihat normal. Tapi mengapa mereka belum juga mendapatkan pacar�tidak pernah terpikirkan untuk mengencani satu orang gadis? Padahal gadis yang mengantri di hadapan kalian sangat banyak sekali. Kau, sudah lumayan normal.� Tunjuk Yoon Jin pada Bong Yi. Ia kemudian mengomentari ciuman antara Geu Re dan Re Ki, �Tapi pria ini. Ia mengatakan kalau ia belum pernah sama sekali memeluk seorang perempuan dan ciuman pertamanya adalah ciuman Re Ki Oppa.� Yoon Jin berdecak heran.



Na Jung menyuruh Chun Pyo agar dengan cepat memindahkan Yoon Jin, �Bawa pacarmu masuk ke dalam kamar.� �Ya!� seru Yoon Jin pada Na Jung, �Wanita ini baru saja berciuman dengan Oppa. Bagaimana kalian bisa tinggal berbeda tempat kalau kalian selalu merindukan seperti itu? Kau seharusnya tinggal bersama Oppa. Apa aku harus mengatakan hal ini pada Ayah dan Ibu?� Yoon Jin semakin mabuk, dan semua ucapannya sudah tak lagi dapat dikontrol. �Itulah kenapa dunia benar-benar tidak dapat diprediksi, lihat saja dua orang tampan di depanku ini�mereka sama sekali belum mendapatkan seorang pacar. Tapi,pria di sampingku�ia sudah mendapatkan gadis cantik seperti aku.� Puji Yoon Jin pada dirinya sendiri.


Tak ada yang bisa dilakukan oleh Bong Yi selain menerima semua hal. Ini adalah malam terakhir bagi Bong Yi berada di rumah kos keluarga Sung�juga menjadi malam yang menyakitkan karena rahasia yang diucapkan oleh Yoon Jin. Bong Yi melangkahkan kakinya meninggalkan teman-temannya yang lain. Geu Reu pun melakukan hal yang sama. Kedua sepupu itu hatinya patah di waktu yang sama. Poor them~



Bong Yi kembali melanjutkan untuk membereskan barang-barang bawaannya. Ia memasukkan semua pakaian miliknya, beberapa sarung tangan baseball dan sebuah bola baseball kesayangannya yang ia simpan dengan baik di sebuah kotak kecil. Ia menggenggam bola baseball itu dengan kuat. Geu Re datang dan menanyakan�apa ada hal yang dapat ia bantu�Bong Yi hanya menjawabnya dengan senyuman. Geu Re mengatakan banyak hal�Bong Yi mendengarkan semua ucapan Geu Re dan menyembunyikan rasa sakit di hatinya.



�Apa kau sudah mengepak semua barang-barang yang kau bawa? Apa ada hal yang bisa aku bantu?� tanya Geu Re yang mendekati Bong Yi dan duduk didekatnya. Bong Yi menggeleng pelan, ia kemudian menunjukkan bola baseball yang tengah di genggamnya pada Geu Re. �Apa kau masih ingat bola ini?� tanya Bong Yi. �Tentu saja. Apa kau juga akan membawanya pergi ke jepang?� tanya Geu Re. Bong Yi kembali menggeleng pelan, �Aku akan memberikan ini pada seseorang.� Jawab Bong Yi�ia akan memberikan bola itu pada orang lain, guess who�bukan Na Jung, tapi memberikan bola tersebut pada Re Ki. Guess I am wrong :p



�Kau tau, dengan berbagai alasan, ini mungkin akan menjadi malam terakhirmu bersama Na Jung. Mungkin kita akan bertemu lain waktu dan meminum soju bersama�tapi, dirimu dan Na Jung, ini adalah saat-saat terakhir.� Ungkap Geu Re. �Apakah aku harus merayakannya dengan meminum suju bersama dengan Na Jung?� tanya Bong Yi.



Satu hal yang ingin Bong Yi lakukan sebelum ia benar-benar pergi dari kehidupan Na jung�mengajaknya meminum soju di bawah langit bersalju. Bong Yi membuka pintu kamar Na Jung�gadis yang ia sukai itu tengah membaca tumpukan komik. Dengan gugup�berusaha untuk tidak menampakan rasa sakit hatinya�Bong Yi lalu mengajak Na Jung untuk meminum soju bersama. Na Jung masih menganggap Bong Yi sebagai seorang sahabat, Na Jung tersenyum lalu menerima tawaran Bong Yi. �Jung-ah.. Ini malam terakhirku, bisakah meminum soju bersama?� tanya Bong Yi.



Di sebuah restaurant bernuansa Chinese, keduanya menikmati soju. Lagi-lagi, Bong Yi hanya bisa memandangi Na Jung�memperhatikan caranya berbicara dan satu detik kemudian, Bong Yi akan tersenyum manis. Rasa sukanya pada Na Jung tak bisa dijabarkan, entah apa yang membuatnya tergila-gila pada Na Jung. Ia menyukai Na Jung apa adanya, pure. �Whoa, di luar dingin sekali, seperti akan turun salju.� Ungkap Na Jung seraya melihat pemandangan di luar restaurant. �Manna? Akan turun salju.� Ejek Bong Yi dengan logat desa yang biasa Na Jung gunakan. �Jangan mengikuti dialek yang aku gunakan. Aku juga berbicara dengan logat Seoul dengan sangat baik.� Jawab Na Jung membela diri�Na Jung mengatakan hal ini dengan dialek Seoul yang sangat minim. �Bukan Injae tapi Inja.� Bong Yi tersenyum mengingatkan kesalahan dalam berbahasa yang dipakai Na Jung, keduanya saling tersenyum. �Apa kau sudah mengepa semua barang-barangmu?� tanya Na Jung. Bong Yi mengangguk, �Aku akan berangkat ke Jepang tepat tanggal 1 februari dan beberapa hari mendatang aku akan menetap di asrama untuk pelatihan.�



�Apa kau juga sudah berpamitan pada Ibu dan Ayahmu?� tanya Na Jung lagi. �Ibuku baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya. Sedangkan Ayah, ia sedang sibuk memanen�Ia baru saja pindah ke desa tempanya lahir. Keluargaku tidak seperti keluargamu, kau tau. Kami tidak sedekat itu.� Jawab Bong Yi. Na Jung pun mengerti, �Apa kau sudah mengepak makanan untuk persediaan di Jepang? Aku dengan makanan di sana sangat mahal.�


Na jung mulai mengkhawatirkan Bong Yi�Na Jung menyebutkan banyak benda dan makanan yang seharusnya di bawa Bong Yi. Na Jung berbicara panjang lebar, dan seperti tengah menonton film favoritenya�Bong Yi hanya tersenyum melihat Na jung berbicara seperti itu.


Saat Na Jung menyadari bahwa Bong Yi tengah memperhatikannya dalam-dalam, dengan lambat Na Jung menghentikan ucapannya.


�Apa aku membuatmu tidak nyaman?� tanya Bong Yi. �Aku merasa tidak nyaman dan kaku.� Jawab Na Jung seraya menunduk. �Tapi.. Tapi.. itu tidak berarti bahwa aku tidak menyukaimu. Kau tau, aku.. saat melihatmu pertama kali muncul di televisi�aku sangat terkesima�ah benarkah orang yang ada di televisi itu adalah Chil Bong yang tinggal di rumah kos keluarga Sung. Kau tampan, atletis dan kau adalah seorang bintang.� Puji Na Jung. �Kau sangat dewasa di antara kami.�


�Mungkin saat aku tidak dapat beradaptasi di Jepang, aku akan kembali ke Seoul.� Ungkap Bong Yi. �Tidak. Kau pasti berhasil di sana. Pemain baseball di Jepang akan sangat menyukaimu.� Jawab Na Jung seraya tersenyum. �Mengapa?� tanya Bong Yi. �Karena kau sangat baik.� Jawaban sederhana yang diucapkan Na Jung tersebut membuat Bong Yi tersenyum. �Karena aku sangat baik, aku menjadi sangat kacau. Walaupun ada seorang gadis yang sangat aku sukai�aku tidak dapat mengambil hatinya. Aku benar-benar bodoh.� Jawab Bong Yi. Na Jung merasa bersalah, ia kemudian memanggil nama asli Chil Bong Yi�yaitu Joon. �Joon.. Joon-ah.. Joon-ah.. Lihatlah.. turun hujan.� Ungkap Na Jung seraya tersenyum.



Setelah berbincang, mereka bernaung di bawah kanopi�menghindari dari hujan salju. Bong Yi memperhatikan Na Jung dari arah samping. Saat Na Jung mengajaknya untuk kembali pulang. �Ayo kita harus cepat sebelum saljunya beratmbah lebat.� Bong Yi menghentikan langkah Na Jung. Ia melepas topi yang dipakainya lalu memakaikan topi itu di kepala Na Jung. Na Jung terkesiap dan Bong Yi menanggapinya dengan senyuman. Ia mengatakan perkataan yang baru saja dikatakan oleh Na Jung, �Ayo kita harus cepat sebelum saljunya bertambah lebat.� Ungkap Bong Yi seraya tersenyum lembut. Mereka berlarian di bawah salju~ So sweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet.



Sesampainya di pekarangan rumah yang sudah ditutupi oleh putihnya salju, Bong Yi menyuruh Na Jung untuk kembali masuk ke dalam rumah. Namun sebelum pergi, Na Jung memanggil Bong Yi. Gadis itu mengulurkan tangannya�tanda persahabatan. �Joon-ah. Pergi dan kembalilah. Dapatkan uang yang sangat banyak dan jangan sakit.� Na Jung menunggu Bong Yi menjabat tangannya�mereka akan tetap menjadi sahabat walau cinta Bong Yi tak Na Jung terima, kan. Bong Yi ragu�bagaimanapun juga, ia sangat menyukai Na Jung. Menjadikan seseorang yang sangat kau sukai sebagai seorang teman itu sangat sulit.



Namun, perlahan Bong Yi meraih tangan Na Jung�ia menggenggamnya lembut. Bong Yi bertanya pada Na Jung, bila theory IF miliknya itu ada�apa Na Jung akan menerimanya menjadi bagian dari hati Na Jung. �Jung-ah, bila� suatu hari.. aku tidak tau kapan�beberapa tahun ke depan, jika takdir mempertemukan kita kembali dan jika saat itu, tidak ada seorang pun yang berada di sampingmu, bisakah aku yang berada di tempat itu?� tanya Bong Yi. Anjir so sweet /cries/



Di dalam kamar, Na Jung memikirkan Bong Yi. Ia melepaskan topi milik Bong Yi dan menaruhnya di atas sebuah boneka puppy. Ia merebahkan diri di atas kasur dan berpikir hingga ia terlelap tidur. Topi itu adalah topi ajaib milik Bong Yi�yang selalu dipakai Bong Yi setiap kali pertandingan baseball diadakan. Keajaiban yang selalu terjadi saat ia menggunakan topi yang di dalamnya�Bong Yi selipkan foto Na Jung yang tengah tersenyum. God. MY HEART. MY HEART. MY HEART!!!


Geu Reu terlebih dahulu mengecek rekeninng banknya. Uang yang ia kumpulkan dari gaji kerja paruh waktunya itu sudah terbilang sangat banyak. Re Ki�yang juga mengintip buku rekening Geu Re�terkejut melihat banyaknya uang simpanan Geu Re. Geu Re mengatakan, "Ini uang yang dikirimkan keluargaku untuk pembayaran uang kuliah.". "Kau masih belum juga memberitahu mereka tentang keadaanmu yang memutuskan untuk tidak lagi kuliah di jurusan kedokteran?" tanya Re Ki. Geu Re menggelengkan kepalanya, ia masih belum bisa menerima konsekuensi yang harus di dapat saat ia harus mengatakan hal yang sejujurnya.


Via telepon, adik Geu Re mengabarkan kabar tentang Ayah mereka. Ibu tidak pernah bisa mengatakan bahwa Ayah tengah di rawat. Ia sangat khawatir bahwa berita itu akan mengganggu kegiatan belajar Geu Re di kampusnya. "Ayah harus segera melakukan operasi hati lagi. Ibu tidak mengatakan hal ini karena ia sangat mengkhawatirkan dirimu. Mereka masih belum tau bahwa kau sudah tidak lagi kuliah di jurusan kedokteran." Tanpa menjawab apapun, dengan cemas Geu Re segera berlari untuk menemui Ibu dan Ayahnya. Apa ia akan mengatakan hal yang sesungguhnya, bahwa ia sudah tidak lagi mengambil jurusan kedokteran dan menggantinya dengan jurusan komputer?



Sesampainya di rumah sakit, Geu Re dan adiknya mendengar pertengkaran antara Suster rumah sakit dan Ayah. Ayah membentak suster yang menjaga tempa itu. "Mengapa aku harus meminum banyak obat dan melakukan banyak operasi?! Aku baik-baik saja. Rumah sakit ini saja yang hanya menginginkan uangku! Apa kau kira aku tidak tau tipu muslihat rumah sakit, mereka akan melakukan banyak pemeriksaan pada pasien hanya agar pasien tersebut menetap di tempat ini! Apa kau kira aku tidak tahu, hanya karena aku adalah orang desa?!"


Di luar ruangan�Geu Re dan adiknya saling berbicara satu sama lain. Ibu datang�ia menyuruh keduanya untuk menengok sang Ayah di sebuah ruangan khsusus. Sebelum masuk ke dalam ruangan�Geu Re dan adiknya diharusnya menggunakan pakaian pelindung dokter, penutup kepala dan masker. "Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengatakan pada mereka bahwa kau berhenti kuliah dan mengganti jurusanmu?" tanya adik Geu Re dengan cemas. Geu Re tak mengatakan apapun, entah apa yang akan ia lakukan.




Di antara banyak pasien yang dirawat di tempat tersebut�Geu Re memperhatikan mereka satu persatu�untuk mencari sang Ayah. Tak lama, Geu Re memberikan isyarat pada adiknya tentang dimana Ayah mereka terbaring. Geu Re dan adiknya menghampiri Ayah. Kedatangan mereka disambut dengan uluran tangan dari Ayah. Dengan terbata-bata Ayah meminta agar tangannya di genggam dengan erat. Geu Re mendekatkan wajahnya agar ia bisa mendengar apa yang Ayah katakan. Ayah pun mengatakan semua harapan-harapannya�hal itu membuat Geu Re dan adiknya tak lagi bisa menahan air mata. "Kembalilah ke Seoul. Ayahmu tidak apa-apa. Kembalilah." ungkap Ayah dengan terbata. Ia kesulitan untuk berbicara karena nafasnya yang tersengal-sengal. Geu Re menitikkan air mata.


Sesudahnya menjenguk Ayah, Ibu dan adik Geu Re mengantarkan kepergian Geu Re. "Kembalilah ke Seoul. Aku tidak mengatakan tentang keadaan ayahmu karena aku takut hal itu akan mengganggu aktifitas belajarmu. Bukankah belajar di jurusan kedokteran itu sangat sulit." ungkap Ibu dengan bangga. "Ini ambilah." Ibu menyerahkan uang pada Geu Re. "Gunakan uang ini untuk kembali ke Seoul. Apakah uang yang kami kirimkan untuk membayar kuliahmu sudah sampai? Apa semua itu kurang? Kapan kau akan membayarkannya ke universita?" tanya Ibu dengan cemas. "Aku akan melakukannya setelah aku sampai di Seoul." jawab Geu Re yang sama sekali tidak tega membiarkan Ibunya terpuruk karena anak kebanggaannya sudah tidak lagi melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dengan jurusan kedokteran.


Karena kejadian ini, Geu Re kembali melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Ia kembali mendaftarkan diri pada jurusan kedokteran. Na Jung berkata dalam prolog nya, "Ini bisa dikatakan sebagai sebuah aturan dari mimpi saat kau menyadari bahwa keluarga adalah segalanya bagimu. Terkadang, kita tidak mampu untuk menggapai bahagia dengan melangkahi orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi diri kita. Jadi, pada akhirnya, kita kan membiarkan mimpi kita terkubur dalam-dalam. Tapi.. tidak mengapa.. Tidak ada gunanya dengan membiarkan diri kita terpuruk karena rasa frustasi yang berlebihan yang mengalahkan segala hal. Bagi kita, bukankah hal yang terpenting di samping sebuah mimpi adalah orang-orang yang berada di sekitar fondasi mimpi tersebut. Kau tau, keputusan yang kita buat hingga mengubah diri kita sendiri, semua itu dilandaskan karena kita mencintai orang-orang yang mencintai diri kita, semua itu benar-benar sangat menakjubkan dan  memiliki karisma yang luar biasa untuk dilakukan."



Re Ki mengajak Na Jung ke pertemuan yang diadakan oleh jurusan kedokterannya. Na Jung seketika gugup saat ia melihat Re Ki dari kejauhan. Na Jung menghentikan langkahnya�ia merapikan make upnya, menambahkan bedak di bagian pipi kemudian menghembuskan nafasnya dengan pelan. Na Jung tidak yakin�apa penampilannya ini cantik di mata Re Ki. Dengan gugup, Na Jung menghampiri Re Ki. Re Ki menyambut kedatangan Na Jung dengan mengalungkan lengannya ke pundak Na Jung. Seraya tersenyum, Re Ki memuji kecantikan Na Jung malam itu.



Re Ki memperkenalkan Na Jung dengan bangga ke hadapan teman-teman dan sunbaenya. Saat acara makan malam dimulai, Re Ki sangat memperhatikan Na Jung. Ia menggantikan gelas Na Jung dengan gelasnya, menaruh daging kesukaan Na Jung ke atas piringnya. Na Jung hanya tersenyum�ia sangat bahagia. Re Ki bahkan membisikan sesuatu ke telingan Na Jung�hingga membuat Na Jung tersipu-sipu malu. Tak ingin kehilangan Na Jung, Re Ki menggenggam erat tangan Na Jung.



Acara selesai, Na Jung mengeluh karena ia sangat lelah. Re Ki bersuka rela memijit pundak Na Jung�Na Jung pun membalasnya dengan pelukan hangat. "Apa kau sangat kelelahan?" tanya Re Ki. "Bagaimana aku tidak merasa lelah, aku bahkan tidak bisa menikmati makanan yang dihidangkan di acara ini." jawab Na jung. "Apa kita harus makan di tempat lain?" tanya Re Ki seraya tersenyum. Na Jung segera memeluk Re Ki, "Tidak usah, cuaca terasa sangat dingin. Ah, di sini benar-benar hangat. Aku tidak pernah tau, kalau Oppaku bisa semanis ini." ungkap Na Jung.



Bong Yi terdiam menyendiri di dalam kamar asramanya. Ia menggenggam sebuah bola baseball. Menatap nanar ke sembarang arah.

Bersambung Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 15


Related Posts:


Previous
Next Post »
Blogger Academia Blog ini terdaftar sebagai Alumni Blogger Academia tahun 2015 dengan Nomor Induk Blogger NIB: 015182166, dan dinyatakan Lulus sebagai salahsatu dari 100 Web/Blog Terbaik Blogger Academia tahun 2015.

Mohon laporkan jika terjadi penyalahgunaan Blog dan atau terdapat pelanggaran terhadap konten/artikel yang terindikasi memuat unsur Pornografi, Perjudian dan Hal-hal berbau Sara.

Hormat kami,

Andi Akbar Muzfa, SH
Ketua Blogger Academia
Pimpinan Advokat dan Konsultan Hukum ABR & Partners