Translate this Article...
Na Jung berkata dalam prolog nya, "Ini bisa dikatakan sebagai sebuah aturan dari mimpi saat kau menyadari bahwa keluarga adalah segalanya bagimu. Terkadang, kita tidak mampu untuk menggapai bahagia dengan melangkahi orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi diri kita. Jadi, pada akhirnya, kita kan membiarkan mimpi kita terkubur dalam-dalam. Tapi.. tidak mengapa.. Tidak ada gunanya dengan membiarkan diri kita terpuruk karena rasa frustasi yang berlebihan yang mengalahkan segala hal. Bagi kita, bukankah hal yang terpenting di samping sebuah mimpi adalah orang-orang yang berada di sekitar fondasi mimpi tersebut. Kau tau, keputusan yang kita buat hingga mengubah diri kita sendiri, semua itu dilandaskan karena kita mencintai orang-orang yang mencintai diri kita, semua itu benar-benar sangat menakjubkan dan memiliki karisma yang luar biasa untuk dilakukan...."
Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 14 part 1
Seoul 2013
Tak ada satupun orang yang mau mentraktir untuk membelikan cemilan malam. Hae Tae menyuruh Geu Re, �Kau yang harus membelikan cemilannya.�. �Kenapa aku?� tanya Geu Re tak peduli �Ada sunbae di sini.� Jawabnya lagi. �Ah kau ini. Chil Bong-ah, kau yang membelikannya.� Pinta Geu Re lagi pada Bong Yi.
�Sebentar.. sebentar.. aku menolaknya, mengapa harus aku?� jawab Bong Yi. Sebagai kakak dari keempat pria itu�Re Ki merelakan dirinya, �sudahlah kalian ini. Biarkan aku yang mentraktirnya.� Jawab Re Ki.
�Joon� panggil Na Jung pada Bong Yi�Na Jung memberikan daftar menu makanan pada Bong Yi. �Aku ingin makan sup.� Ungkap Chun Pyo dan Yoon Jin. Bong Yi pun secara khusus menelpon salah satu restaurant dan memesan makanan. Sebelum menanyakan menu makanan yang ingin dipesan oleh teman-temannya yang lain�Bong Yi bertanya pada Na Jung, Na Jung ingin makan apa. �Karena kau tidak makan sup, kau ingin makan apa?� tanya Bong Yi pada Na Jung sebelum ia memesan via telepon. Dengan tersenyum dan bersorak riang�Na Jung menjawab Tteobokki~ Bong Yi mengangguk kemudian membuka lembaran menu makanan. Tak lama sambungan telepon terdengar, Bong Yi memesan makanan sesuai dengan kesukaan sahabatnya yang lain�ia meninggalkan ruang tamu untuk memesan makanan.
Yoon Jin mengeluh tentang betapa besarnya biaya hidup mereka. �Aku benar-benar tidak bisa hidup sebagai tulang punggung keluarga. Tapi, perusahaanku itu perusahaan besar.� Ungkap Yoon Jin. �Tapi perusahaanmu kan memberikan bonus tahunan.� Sahut Hae Tae. �Ah, bonus kepalamu. Setiap kali aku mendapatkan bonus, bank akan segera menciumnya dan uang bonus itu seketika hilang.� Jawab Yoon Jin. �Bukankah kau bisa menginsvestasikannya lewat buku yang ditulis oleh Chun Pyo? Kami memiliki koleksi buku milik Chun Pyo di rumah sakit.� tanya Re Ki. �Buku suamiku benar-benar memalukan. Aku bahkan tidak bisa menegakkan kepalaku sendiri karena malu.� Jawab Yoon Jin.
�Lihat. Kami mengoleksi buku chun pyo di rak itu.� Tunjuk Na Jung pada sebuah rak buku�buku-buku kedokteran dan satu buku baseball diletakkan di rak tersebut. Buku milik Chun Pyo itu berjudul, mendapatkan uang sebanyak 100.000.000 won�Na Jung dan suaminya membeli 3 buku itu secara sekaligus. �Kami memang mendapatkan uang sebanyak itu. 100.000.000 won tapi dengan hutang 300.000.000 won.� Keluh Yoon Jin lagi. Yoon Jin menyindir Hae Tae yang memiliki pekerjaan yang nyaman dan mendapatkan uang sangat banyak, tapi sayang Hae Tae malah keluar dari pekerjaannya itu. �Kami bahkan selalu harus merasa khawatir setiap kali makan, entah berapa banyak lagi hutang yang harus kami tanggung.� Yoon Jin mengeluh.
Na Jung mengoleksi beberapa buku karya Chun Pyo�buku yang di simpan di rak meja dekat dengan televisi. Rak buku yang dipenuhi dengan banyak buku�juga beberapa photobook basket ball milik Na Jung. Benda mungil terselip di atas tumpukan buku-buku. Sebuah bola baseball yang sudah sangat kusam. Bola baseball milik Bong Yi yang tergeletak di atas buku-buku itu, menjadi pusat perhatian Chun Pyo.
Chun Pyo yang sama sekali tidak mengetahui bahwa benda bulat itu adalah bola baseball kenangan berharga milik Bong Yi�segera bertanya pada yang lain, �Itu benda apa?� tanya Chun Pyo. Tak ingin membawa permasalahan yang suka berlalu�Yoon Jin mengingatkan Chun Pyo tentang kisah bola baseball kusam milik Bong Yi tersebut.
�Hey� anak ini!� pekik sahabat Chun Pyo yang lain. Chun Pyo sama sekali tidak mengetahui kisah dibalik bola baseball tersebut�kisah cinta Na jung dan Bong Yi� �Hey, apa salahnya memiliki bola baseball di rumah.� Jawab Chun Pyo membela diri.
Tidak enak dengan suasana yang terjadi, Bong Yi bangkit dari duduknya, ia pergi meninggalkan ruang tamu dengan alasan untuk mencari handphonenya, �Ah, dimana aku meletakkan handphoneku.� Lirih Bong Yi seraya menghampiri rak. Re Ki juga merasa tak enak, ia segera memukul Chun Pyo dengan bantal. Yoon Jin membisikkan tepat di telinga Chun pyo sebelum memukul badan Chun Pyo. Re Ki juga sama, ia menatap Na Jung sekilas lalu melempar bantal dan memukul Chun Pyo dengan bantal. Re Ki dan Chun Pyo saling terbahak.
Sedangkan Bong Yi�ia berjalan mendekati rak, menghentikan diri tepat dihadapan rak buku, kemudian menggenggam erat bola baseball tersebut. Bola itu ia tatap dengan sangat lama, lalu tersenyum�kemudian ia kembali teringat dengan kenangan masa lalunya, hingga membuat senyumnya menghilang.
Seoul 1995
Na Jung mencoba untuk mengatur nafasnya, malam yang dingin itu berubah menjadi sangat panas. Na Jung beberapa mengibas-ngibaskan tangannya, memberikan udara pada leher yang mulai mengeluarkan banyak keringat. Ini efek dari kecupan Re Ki, Na Jung hampir tak sadarkan diri karena terlalu bahagia dan tak percaya bahwa hal itu terjadi. Ia duduk sendirian menunggu kedatangan sang Oppa, tak berapa lama Re Ki datang.
Re Ki duduk tepat di samping Na Jung. Ia mengalungkan lengannya di pundak Na Jung, memperhatikan Na Jung dalam-dalam. Re Ki bertanya hendak makan apa mereka malam ini? Na Jung tak menjawab, ia menjadi salah tingkah�tak tahu harus berbuat apa ketika hatinya berdegup kencang saat Re Ki memeluk pundaknya. Re Ki kemudian menawarkan satu menu makanan. Agar tidak pulang terlalu larut�Re Ki menggandeng lengan Na Jung dan mengajaknya berlari di koridor rumah sakit. Mereka harus cepat-cepat memesan tempat kemudian makan malam bersama di hari paling special bagi diri mereka itu.
�Jung-ah, kau ingin makan apa? Ah, kenapa kau tidak datang dari tadi, padahal aku sudah memesan meja di sebuah restaurant. Kau tau, ini kali pertamaku melakukan hal itu�sepertinya restaurant itu sudah tutup jam-jam seperti ini. Jung-ah, apa kau ingin makan sesuatu?� tanya Re Ki seraya merangkul Na Jung. �Iya.. hmm.. apa saja.� Jawab Na jung seraya menunduk.
Makanan yang dipesan datang, dan Na Jung masih merasa canggung untuk berbicara. Re Ki yang menyadari perubahan sikap Na Jung�ia memeluk Na Jung kemudian meminta Na Jung untuk melihat matanya. �Jung-ah, lihat aku.� Pinta Re Ki beberapa kali, namun Na Jung tak menurut�ia tak punya nyali untuk menatap mata Re Ki�Na Jung terlalu gugup.
Perlahan air mata bahagia Na Jung menetes, Re Ki segera memeluknya. Sudah terlalu lama bagi Na Jung untuk menunggu Re Ki membalas rasa cinta Na Jung, menunggu terlalu lama agar Re Ki memperlakukannya sebagai seorang wanita�semua yang Na Jung inginkan terpenuhi�Na Jung mendapatkan hati Re Ki sepenuhnya. �Jung-ah, restaurant menyediakan spaghetti, apa kau ingin makan spaghetti?� tanya Re Ki. Na Jung mengangguk. Re Ki memanggil pelayan untuk mencatat pesanan makanan mereka. �Jung-ah jangan menangis. Maafkan Oppa. Bukankah Oppa sudah mengatkan perasaannya padamu. Maafkan Oppa. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi, aku tidak akan mengabaikanmu lagi.� Ungkap Re Ki seraya memeluk Na Jung.
Di sudut ruangan�tempat Geu Re di rawat�Bong Yi masih berada di sana bersama dengan Geu Re. Bong Yi yang tak berbicara sepatah katapun disapa oleh Geu Re. Seperti melakukan telepati, kedua saudara sepupu itu dapat mengetahui perasaan yang dirasakan satu sama lain. Terutama Geu Re�beberapa orang mengatakan bahwa hubungan Geu Re dan Bong Yi itu tidak sebaik hubungan antara Re Ki dan Geu Re�tapi, semua itu tidak benar, buktinya selama ini Geu Re mengetahui bahwa Bong Yi menyimpan rasa suka pada Na Jung.
�Mengapa kau belum kembali ke ruanganmu? Apa yang sedang kau pikirkan sedari tadi�kau hanya diam mematung seperti itu. Apa karena team baseball? Kau belum memutuskan regu pro mana yang akan kau masuki?� tanya Geu Re seraya menutup bukunya�perhatiannya teralih pada sang sepupu yang diam seribu bahasa. �Bukan. Aku masih memiliki banyak waktu mengenai hal itu.� Jawab Bong Yi. �Apa karena cedera di kakimu? Apa cedera itu terasa sangat sakit?� tanya Geu Re lagi. Bong Yi menggelengkan kepala seraya tersenyum, �Ini hanya keseleo biasa�pelatih yang terlalu berlebihan.� Jawab Bong Yi dengan singkat. �Lalu, apa karena Na Jung?� pertanyaan yang membuat Bong Yi berhenti memainkan bola baseball di tangannya.
Dalam diamnya�Geu Re bisa menerka apa yang tengah dipikirkan oleh Bong Yi. �Apa tentang Na Jung?� tanya Geu Re setelah beberapa menanyakan tentang rasa sakit di bagian kaki yang diderita oleh Bong Yi. Bong Yi yang terkejut�ia menatap Geu Re, mengapa Geu Re bisa mengetahui hal itu. Apa memang terlihat sangat jelas. Geu Re tersenyum, ia berkata bahwa ia mengetahui rasa suka Bong Yi pada Na Jung�sudah sangat lama. Tak ada yang bisa Bong Yi lakukan, merebut Na Jung dari Re Ki adalah hal yang mustahil karena keduanya saling mencintai.
�Semua orang di rumah kos mengetahui tentang perasaanmu terhadap Na Jung. Kau menyukainya bukan?� tanya Geu Re untuk memastikan. �Benarkah? Mereka tahu?� sahut Bong Yi. �Menyerahlah, karena Na jung sanga menyukai sunbaenim. Ini hanya masalah waktu, walaupun Sunbaenim belum mengungkapkan perasaannya langsung pada Na Jung, tapi cepat atau lambat�perasaan yang tak tersampaikan itu akan terdengar.� Ungkap Geu Re. �Aku tau.. Sunbaenim juga sangat menyukai Na Jung. Sunbaenim yang mengatakannya langsung padaku.� Jawab Bong Yi.
Bong Yi mendengar semua yang Geu Re ucapkan. Ia hanya bisa menatap bola baseball hitam yang digenggamnya dengan erat. Bong Yi kemudian menyahut, ia mengatakan bahwa kata menyerah tidaklah terpatri dalam kamus hidupnya. Bong Yi tidak akan pernah menyerah, Bong Yi mengatakan rasa pantang menyerahnya di hadapan Geu Re�Geu Re tak lagi bisa menasihati Bong Yi, ia sudah mengatakan hal yang ia tahu, sudah memperingati Bong Yi, tapi Bong Yi tetap tidak mau menyerah. �Lalu, apa yang akan kau lakukan?� tanya Geu Re. �Aku tidak akan menyerah. Bila saat ini bukan waktu yang tepat. Yang harus aku lakukan adalah menunggu dan menunggu sampai waktu yang tepat itu datang padaku. Aku tidak boleh menyerah.� Jawab Bong Yi dengan pasti.
Sesampainya di rumah, Na Jung meminta Re Ki untuk memeluk dirinya. Re Ki masih enggan untuk melakuan hal tersebut�terutama bila berada di lingkungan rumah seperti itu. Mata Re Ki tetap mengawasi keadaan sekelilingnya, barang kali saja Ayah atau Ibu lewat saat dirinya dan Na Jung berpelukan. Sebaliknya, Na Jung tak mempedulikan apapun�ia mendekap Re Ki erat-erat hingga figura foto yang berada di samping mereka terjatuh. Kebahagiaan meliputi keduanya�Re Ki membalas pelukan Na Jung, keduanya tersenyum. Sebelum pulang dan kembali ke apartemennya, Re Ki mengecup bibir Na Jung�lagi. Ia merogoh saku celananya, mencari-cari sesuatu. Sebuah kalung berliontin �love�. Re Ki memberikannya pada Na Jung.
�Masuk dan tidurlah.� Ungkap Re Ki. �Sebentar� Oppa~ Bukankah kau ingin mengatakan sesuatu padaku hari ini? Kau ingin mengatakan hal apa?� tanya Na Jung yang sama sekali tidak menyadari bahwa pernyataan yang ingin disampaikan oleh Re Ki adalah perasaan sukanya pada diri Na Jung. �Aku sudah mengatakannya dengan bahasa tubuhku. Dengan tubuhku tadi.� Jawab Re Ki dengan gugup. �Kau harus mengatakan yang seharusnya, katakana dengan perkataan.� Na Jung berubah menjadi keras kepala. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Re Ki. �Aku juga sudah mengatakannya setelah makan malam barusan. Sudah, masuk ke dalam kamar dan tidurlah yang nyenyak. Ah, sebentar.� Sahut Re Ki seraya mengambil sesuatu dari saku celananya. �Ah, untung tidak hilang. Aku hampir lupa memberikan ini padamu.� Kata Re Ki.
Re Ki memberikan kalung berliontin love-shape itu pada Na Jung. �Jangan sampai hilang� pesan Re Ki. �Oppa.. pakaikan padaku.� Pinta Na Jung dengan manja. �Pakaikan padamu? Aku lebih baik mati.� Jawab Re Ki, yang ia khawatirkan kali ini adalah kedatangan Ayah atau Ibu. �Oppa~~� rengek Na Jung�karena Re Ki tak peduli, Na Jung langsung saja memeluk Re Ki. Re Ki bergantian memeluk hangat Na Jung, ia mengecup bibir Na jung sebagai ucapan selamat malam.
Seoul 1996
Na Jung berlarian keluar rumah, sesuatu hal yang paling penting bagi keluarga Sung akan datang. Surat dari Hae Tae�hampir satu tahun berlalu, kosan itu sepi dari tawa pria-pervert. �Jung-ah, tanda tangani surat tanda bukti pengiriman surat yang dikirim dari Hae Tae!� suara nyaring Ibu mengiringi Na Jung yang berlarian. Dengan kilat, Na Jung kembali memasuki rumah dan memanggil semua orang dengan suara melengking. �Ya!!! Anak-anak~~! Surat dari Hae Tae datang! Turunlah!!!� teriak Na Jung.
Surat yang dikirim Hae Tae membuat semua orang tersentuh. Ayah, Ibu, Chun Pyo, Geu Re, Bong Yi, Na Jung dan Yoon Jin. Mereka mengatur duduk mereka dan mendengarkan narasi dari surat yang dikirim Hae Tae�surat itu dibacakan langsung oleh Chun Pyo. Chun Pyo membacakannya dengan mengeliminasi logat daerahnya, terdengar aneh�tapi dengan bangga dan lantang Chun Pyo membaca setiap tulisan yang ditulis oleh sahabat kesayangannya itu. Rindu pada Hae Tae yang tengah berada di militer membuat Yoon jin dan Na Jung menangis, Chun Pyo pun sama�Ibu dan Ayah juga merindukan Hae Tae�mereka sangat mengkhawatirkan keadaannya pria itu di tempat militer.
�Ini surat pertama dari Hae Tae, kan? Biar aku saja yang membacakannya.� Chun Pyo membuka amplop surat itu. �Bacakan cepat. Bagaimana anak ini? Mengapa ia tidak pernah menelpon kita.� Ungkap Ayah. �Sepertinya masih sangat sulit bagi pemula di tingkat bawah untuk menggunakan telepon di wilayah militer.� Jawab Bong Yi. Ayah mengerti dan mengangguk.
Militer memang tak semudah yang dipikirkan. Bagi Hae Tae kehidupan militernya itu seperti tengah berada di neraka paling dasar. Sangat menyakitkan dan melelahkan�ia tidak bisa lagi makan makanan atau menonton tivi, bercengkrama ramah dengan yang lain, berbicara atau mengobrol pun dilarang. Semua hal yang dilakukan selama masa militer adalah kegiatan-kegiatan yang penuh dengan kedisiplinan dan kerja keras. Hae Tae melalui hal itu dengan sekuat tenaganya.
Chun Pyo membacakan surat dari Hae Tae, �Teman-temanku tersayang yang sangat ingin aku temui. Bagaimana kabar kalian. Ayah dan Ibu yang baik hati, apakah kalian baik-baik saja? Aku, Hae Tae. Aku baik-baik saja. Lambat laun aku bisa beradaptasi dengan keadaan militer di sini. Aku juga bercengkrama dengan para prajurit lain. Yonggu tempatku melaksanakan militer terasa sangat dingin, aku sangat merindukan masakan rumah�masakan Ibu. Walaupun terkadang kami mendapatkan beberapa snack, tapi rasanya sangat berbeda dengan yang dibuat oleh Ibu.�
�Para senior sangat membimbing kami. Kalian mungkin merasa cemas dengan keadaanku di sini, tapi aku baik-baik saja.. Tapi, ada hal yang sama sekali tidak aku mengerti. Satu hal itu adalah tentang tentang prajurit militer rekrutan baru yang selalu bekerja siang dan malam, sampai-sampai aku berpikir, apakah militer ini akan tetap bergerak bila para prajurit militer rekrutan barunya tidak ada. Juga, para senior di tingkat atas yang selalu menggunakan kata-kata kasar saat berbicara�mulutnya seperti kamar mandi, penuh dengan kata-kata busuk. Itu adalah permasalahn terbesar.�
�Walaupun bagaimana, aku harus bertemu mereka, berada di satu kamar yang sama dan saling berpapasan selama 24 jam. Semua itu harus aku lakukan. Terkadang, aku berpikir�mengapa aku harus bertemu dengan mereka semua, setiap kali aku memikirkan hal tersebut, air mata ini akan berjatuhan dan mengabutkan pandanganku. Saat cuaca bertambah sangat dingin di tempat ini, hal yang sangat aku inginkan adalah memakan hoppang.�
Di rumah sakit, Re Ki tengah menunggui seorang gadis berambut panjang yang sibuk membuat bangau kertas dari origami. Ia membuat bangau tersebut seraya mendengarkan pengumuman pemenang dari sebuah ajang musik. Setelah pemenang diumumkan�gadis yang merupakan sepupu dari Re Ki�itu langsung berkomentar dengan wajah datar tapi kata-katanya menusuk. Ah! AHJUMMA EDITOR DI WEBTOON SERIESNYA FLOWER BOY NEXT DOOR!! My kkeu ggeum-mi. DAEEEEBAK~~~
Re Ki berdiri tak jauh dari Sepupunya�ia hanya memperhatikan Sepupunya dari belakang tanpa berkata apapun. Setelah Sepupunya selesai memberikan rentetan komentarnya, Re Ki menghampirinya. Re Ki memperlakukan Sepupunya seperti seorang adik. Ia memarahi Sepupunya yang terus menerus memutus perkataannya. Mereka berbicara dengan saling menyentak. Sepupunya memanggil Re Ki dengan panggilan �Oppa-ya��salah satu panggilan paling khas dari daerah asal mereka.
�Ia memang harus diucapi ucapan selamat. Ia akan mendapat piala dari sebuah ajang award.� Lirih sepupu Re Ki yang memiliki kekuatan dapat meramal masa depan seseorang. �Ya.. Ya.. kau itu memang benar-benar menakutkan. Mengapa kau menaiki pagar pembatas rumah seo ta ji? Apa kau sangat begitu menyukainya sampai kau membiarkan kedua kakimu itu patah. Seharusnya kau belajar, kau ini sudah tingkat sekolah menengah di semester akhir. Kau tau, ibu selalu pergi ke kuil untuk mendoakanmu. Belajarlah yang rajin. Dan daftarlah ke sekolah yang lebih baik. Kau ini, sampai seperti itu tergila-gila dengan artis. Apa sekarang kau tengah dirasuki oleh hantu K-pop. Dari pada berbuat hal yang aneh, bergaul dan bertemanlah dengan hantu-ujian universitas.� Pekik Re Ki. �Ya!!! Oppa-ya!! Sudah kubilang, aku tidak akan masuk ke universitas. Sudah tidak ada gunanya�� belum sempat sepupu perempuan Re Ki melanjutkan kata-katanya, Re Ki sudah terlebih dahulu memukul pelan bibir gadis itu.
�Kau ini. Kau ini.. Kau ini..� seru Re Ki. �Aku tau! Oppa sedang berpacaran kan? Dengan seorang gadis pemilik kos-an tempatmu tinggal saat di Seoul. Gadis itu dari juruan computer dan memiliki rambut bob. Ia tinggi dan ukuran dadanya adalah b-cup.� Sepupu Re Ki menerka dengan amat sangat tepat terhadap semua penglihatannya pada Na jung. �Ya! Ya! Tahu darimana kau? Apa ada seseorang yang memberitahukanmu tentang hal itu?� tanya Re Ki seraya menarik kursi dorong dan mendudukinya tepat di sebelah sepupu perempuannya. �Siapa yang mau menceritakan semua hal itu padaku. Kau tau, aku memiliki kekuatan meramal.� Jawab sepupu perempuan Re Ki.
�Sebaiknya kau belajar.. Belajar.. belajar.. kau tau, ayahmu sudah mulai beruban�karena memikirkan dirimu.� Re Ki masih memukul pelan sepupunya itu. �Oppa! Kau tau, kau akan segera putus dengan pacarmu itu. Saat kau bersamanya berbuat baiklah pada dirinya. Kau sangat menyukainya, pada awalnya�pacarmu itu yang sangat menyukaimu, tapi kali ini�kau lah yang sangat menyukainya. Bila kau tidak memperlakukannya dengan baik, maka ia akan diambil oleh pria lain. Dan jika aku menjadi gadis itu, aku juga akan memilih pria itu.� Ungkap sepupu Re Ki�gadis itu berbicara sangat cepat, secepat roket yang hendak meluncur ke bulan. Untuk menghindari Re Ki, sepupu Re Ki segera berlindung di balik selimutnya.
Sepupunya tak henti-hentinya menyerang Re Ki dengan perkataan pedas dan tajamnya. Re Ki yang kesal memukul pelan bibir Sepupunya�menyuruhnya untuk berbicara dengan baik pada orang yang lebih tua dari dirinya. Tak mempan�Sepupunya tetap berkata semaunya. Untuk menghindari serangan dari Re Ki�Na Jung berlindung di bawah selimutnya. Re Ki berpikir, �Hei. Itu.. semua yang kau katakan itu, itu karena kau sedang marah padaku kan? Kau tidak sungguh-sungguh mengatakannya?� tanya Re Ki. Sepupunya menjawab dengan asal, �entahlah!�. Dengan kesal, Re Ki menendang-nendang kakinya sendiri ke udara�melampiaskan rasa kesal.
Di rumah kos keluarga Sung�Bong Yi, Na Jung, Geu Re, Yoon Jin dan Chun Pyo�mereka berkumpul di lantai atas. Menikmati malam terakhir mereka bersama Bong Yi. Beberapa botol bir diletakkan di tengah-tengah mereka�botol bir yang isinya habis diminum oleh Yoon Jin. Na Jung datang dan menceritakan cerita yang ia dengar�sebuah cerita yang diceritakan dengan suara mendesis horror tentang Seo Ta Ji�Oppa kesayangan Yoon Jin.
�Bong-ah, saat kau pergi ke Jepang, kau akan merindukan makan-makanan seperti ini. Makanlah semua yang kau mau sebelum kau pergi.� Ungkap Geu Re seraya menggigit hopang yang disediakan oleh Ibu dan Na Jung. Keluarga Sung memutuskan untuk memasakan makanan yang sangat ingin dimakan oleh Hae Tae�yaitu Hoppang. Mereka akan memakan hoppang untuk makan malam dan sisanya akan di makan saat sarapan. �Kalian harus memakan hoppang ini. Awas kalau tidak.� Ancam Na Jung. �Bong-ah, jadi ini adalah malam terakhirmu bersama kami. Sunbaenim tidak datang? Inikan pesta pelepasan Chil Bong?� tanya Chun Pyo. Yoon Jin dan Na Jung segera memberikan tatapan tajam ke arah Chun Pyo, masih tidak mengertikan hubungan Chil Bong Yi dengan sunbaenim mereka? Chun Pyo ini bagaimana, tentu saja Re Ki tidak akan datang pada sesuatu hal yang berkaitan dengan rivalnya itu.
Bersambung Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 14 part 2
�Sebentar.. sebentar.. aku menolaknya, mengapa harus aku?� jawab Bong Yi. Sebagai kakak dari keempat pria itu�Re Ki merelakan dirinya, �sudahlah kalian ini. Biarkan aku yang mentraktirnya.� Jawab Re Ki.
�Joon� panggil Na Jung pada Bong Yi�Na Jung memberikan daftar menu makanan pada Bong Yi. �Aku ingin makan sup.� Ungkap Chun Pyo dan Yoon Jin. Bong Yi pun secara khusus menelpon salah satu restaurant dan memesan makanan. Sebelum menanyakan menu makanan yang ingin dipesan oleh teman-temannya yang lain�Bong Yi bertanya pada Na Jung, Na Jung ingin makan apa. �Karena kau tidak makan sup, kau ingin makan apa?� tanya Bong Yi pada Na Jung sebelum ia memesan via telepon. Dengan tersenyum dan bersorak riang�Na Jung menjawab Tteobokki~ Bong Yi mengangguk kemudian membuka lembaran menu makanan. Tak lama sambungan telepon terdengar, Bong Yi memesan makanan sesuai dengan kesukaan sahabatnya yang lain�ia meninggalkan ruang tamu untuk memesan makanan.
Yoon Jin mengeluh tentang betapa besarnya biaya hidup mereka. �Aku benar-benar tidak bisa hidup sebagai tulang punggung keluarga. Tapi, perusahaanku itu perusahaan besar.� Ungkap Yoon Jin. �Tapi perusahaanmu kan memberikan bonus tahunan.� Sahut Hae Tae. �Ah, bonus kepalamu. Setiap kali aku mendapatkan bonus, bank akan segera menciumnya dan uang bonus itu seketika hilang.� Jawab Yoon Jin. �Bukankah kau bisa menginsvestasikannya lewat buku yang ditulis oleh Chun Pyo? Kami memiliki koleksi buku milik Chun Pyo di rumah sakit.� tanya Re Ki. �Buku suamiku benar-benar memalukan. Aku bahkan tidak bisa menegakkan kepalaku sendiri karena malu.� Jawab Yoon Jin.
�Lihat. Kami mengoleksi buku chun pyo di rak itu.� Tunjuk Na Jung pada sebuah rak buku�buku-buku kedokteran dan satu buku baseball diletakkan di rak tersebut. Buku milik Chun Pyo itu berjudul, mendapatkan uang sebanyak 100.000.000 won�Na Jung dan suaminya membeli 3 buku itu secara sekaligus. �Kami memang mendapatkan uang sebanyak itu. 100.000.000 won tapi dengan hutang 300.000.000 won.� Keluh Yoon Jin lagi. Yoon Jin menyindir Hae Tae yang memiliki pekerjaan yang nyaman dan mendapatkan uang sangat banyak, tapi sayang Hae Tae malah keluar dari pekerjaannya itu. �Kami bahkan selalu harus merasa khawatir setiap kali makan, entah berapa banyak lagi hutang yang harus kami tanggung.� Yoon Jin mengeluh.
Na Jung mengoleksi beberapa buku karya Chun Pyo�buku yang di simpan di rak meja dekat dengan televisi. Rak buku yang dipenuhi dengan banyak buku�juga beberapa photobook basket ball milik Na Jung. Benda mungil terselip di atas tumpukan buku-buku. Sebuah bola baseball yang sudah sangat kusam. Bola baseball milik Bong Yi yang tergeletak di atas buku-buku itu, menjadi pusat perhatian Chun Pyo.
Chun Pyo yang sama sekali tidak mengetahui bahwa benda bulat itu adalah bola baseball kenangan berharga milik Bong Yi�segera bertanya pada yang lain, �Itu benda apa?� tanya Chun Pyo. Tak ingin membawa permasalahan yang suka berlalu�Yoon Jin mengingatkan Chun Pyo tentang kisah bola baseball kusam milik Bong Yi tersebut.
�Hey� anak ini!� pekik sahabat Chun Pyo yang lain. Chun Pyo sama sekali tidak mengetahui kisah dibalik bola baseball tersebut�kisah cinta Na jung dan Bong Yi� �Hey, apa salahnya memiliki bola baseball di rumah.� Jawab Chun Pyo membela diri.
Tidak enak dengan suasana yang terjadi, Bong Yi bangkit dari duduknya, ia pergi meninggalkan ruang tamu dengan alasan untuk mencari handphonenya, �Ah, dimana aku meletakkan handphoneku.� Lirih Bong Yi seraya menghampiri rak. Re Ki juga merasa tak enak, ia segera memukul Chun Pyo dengan bantal. Yoon Jin membisikkan tepat di telinga Chun pyo sebelum memukul badan Chun Pyo. Re Ki juga sama, ia menatap Na Jung sekilas lalu melempar bantal dan memukul Chun Pyo dengan bantal. Re Ki dan Chun Pyo saling terbahak.
Sedangkan Bong Yi�ia berjalan mendekati rak, menghentikan diri tepat dihadapan rak buku, kemudian menggenggam erat bola baseball tersebut. Bola itu ia tatap dengan sangat lama, lalu tersenyum�kemudian ia kembali teringat dengan kenangan masa lalunya, hingga membuat senyumnya menghilang.
Seoul 1995
Na Jung mencoba untuk mengatur nafasnya, malam yang dingin itu berubah menjadi sangat panas. Na Jung beberapa mengibas-ngibaskan tangannya, memberikan udara pada leher yang mulai mengeluarkan banyak keringat. Ini efek dari kecupan Re Ki, Na Jung hampir tak sadarkan diri karena terlalu bahagia dan tak percaya bahwa hal itu terjadi. Ia duduk sendirian menunggu kedatangan sang Oppa, tak berapa lama Re Ki datang.
Re Ki duduk tepat di samping Na Jung. Ia mengalungkan lengannya di pundak Na Jung, memperhatikan Na Jung dalam-dalam. Re Ki bertanya hendak makan apa mereka malam ini? Na Jung tak menjawab, ia menjadi salah tingkah�tak tahu harus berbuat apa ketika hatinya berdegup kencang saat Re Ki memeluk pundaknya. Re Ki kemudian menawarkan satu menu makanan. Agar tidak pulang terlalu larut�Re Ki menggandeng lengan Na Jung dan mengajaknya berlari di koridor rumah sakit. Mereka harus cepat-cepat memesan tempat kemudian makan malam bersama di hari paling special bagi diri mereka itu.
�Jung-ah, kau ingin makan apa? Ah, kenapa kau tidak datang dari tadi, padahal aku sudah memesan meja di sebuah restaurant. Kau tau, ini kali pertamaku melakukan hal itu�sepertinya restaurant itu sudah tutup jam-jam seperti ini. Jung-ah, apa kau ingin makan sesuatu?� tanya Re Ki seraya merangkul Na Jung. �Iya.. hmm.. apa saja.� Jawab Na jung seraya menunduk.
Makanan yang dipesan datang, dan Na Jung masih merasa canggung untuk berbicara. Re Ki yang menyadari perubahan sikap Na Jung�ia memeluk Na Jung kemudian meminta Na Jung untuk melihat matanya. �Jung-ah, lihat aku.� Pinta Re Ki beberapa kali, namun Na Jung tak menurut�ia tak punya nyali untuk menatap mata Re Ki�Na Jung terlalu gugup.
Perlahan air mata bahagia Na Jung menetes, Re Ki segera memeluknya. Sudah terlalu lama bagi Na Jung untuk menunggu Re Ki membalas rasa cinta Na Jung, menunggu terlalu lama agar Re Ki memperlakukannya sebagai seorang wanita�semua yang Na Jung inginkan terpenuhi�Na Jung mendapatkan hati Re Ki sepenuhnya. �Jung-ah, restaurant menyediakan spaghetti, apa kau ingin makan spaghetti?� tanya Re Ki. Na Jung mengangguk. Re Ki memanggil pelayan untuk mencatat pesanan makanan mereka. �Jung-ah jangan menangis. Maafkan Oppa. Bukankah Oppa sudah mengatkan perasaannya padamu. Maafkan Oppa. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi, aku tidak akan mengabaikanmu lagi.� Ungkap Re Ki seraya memeluk Na Jung.
Di sudut ruangan�tempat Geu Re di rawat�Bong Yi masih berada di sana bersama dengan Geu Re. Bong Yi yang tak berbicara sepatah katapun disapa oleh Geu Re. Seperti melakukan telepati, kedua saudara sepupu itu dapat mengetahui perasaan yang dirasakan satu sama lain. Terutama Geu Re�beberapa orang mengatakan bahwa hubungan Geu Re dan Bong Yi itu tidak sebaik hubungan antara Re Ki dan Geu Re�tapi, semua itu tidak benar, buktinya selama ini Geu Re mengetahui bahwa Bong Yi menyimpan rasa suka pada Na Jung.
�Mengapa kau belum kembali ke ruanganmu? Apa yang sedang kau pikirkan sedari tadi�kau hanya diam mematung seperti itu. Apa karena team baseball? Kau belum memutuskan regu pro mana yang akan kau masuki?� tanya Geu Re seraya menutup bukunya�perhatiannya teralih pada sang sepupu yang diam seribu bahasa. �Bukan. Aku masih memiliki banyak waktu mengenai hal itu.� Jawab Bong Yi. �Apa karena cedera di kakimu? Apa cedera itu terasa sangat sakit?� tanya Geu Re lagi. Bong Yi menggelengkan kepala seraya tersenyum, �Ini hanya keseleo biasa�pelatih yang terlalu berlebihan.� Jawab Bong Yi dengan singkat. �Lalu, apa karena Na Jung?� pertanyaan yang membuat Bong Yi berhenti memainkan bola baseball di tangannya.
Dalam diamnya�Geu Re bisa menerka apa yang tengah dipikirkan oleh Bong Yi. �Apa tentang Na Jung?� tanya Geu Re setelah beberapa menanyakan tentang rasa sakit di bagian kaki yang diderita oleh Bong Yi. Bong Yi yang terkejut�ia menatap Geu Re, mengapa Geu Re bisa mengetahui hal itu. Apa memang terlihat sangat jelas. Geu Re tersenyum, ia berkata bahwa ia mengetahui rasa suka Bong Yi pada Na Jung�sudah sangat lama. Tak ada yang bisa Bong Yi lakukan, merebut Na Jung dari Re Ki adalah hal yang mustahil karena keduanya saling mencintai.
�Semua orang di rumah kos mengetahui tentang perasaanmu terhadap Na Jung. Kau menyukainya bukan?� tanya Geu Re untuk memastikan. �Benarkah? Mereka tahu?� sahut Bong Yi. �Menyerahlah, karena Na jung sanga menyukai sunbaenim. Ini hanya masalah waktu, walaupun Sunbaenim belum mengungkapkan perasaannya langsung pada Na Jung, tapi cepat atau lambat�perasaan yang tak tersampaikan itu akan terdengar.� Ungkap Geu Re. �Aku tau.. Sunbaenim juga sangat menyukai Na Jung. Sunbaenim yang mengatakannya langsung padaku.� Jawab Bong Yi.
Bong Yi mendengar semua yang Geu Re ucapkan. Ia hanya bisa menatap bola baseball hitam yang digenggamnya dengan erat. Bong Yi kemudian menyahut, ia mengatakan bahwa kata menyerah tidaklah terpatri dalam kamus hidupnya. Bong Yi tidak akan pernah menyerah, Bong Yi mengatakan rasa pantang menyerahnya di hadapan Geu Re�Geu Re tak lagi bisa menasihati Bong Yi, ia sudah mengatakan hal yang ia tahu, sudah memperingati Bong Yi, tapi Bong Yi tetap tidak mau menyerah. �Lalu, apa yang akan kau lakukan?� tanya Geu Re. �Aku tidak akan menyerah. Bila saat ini bukan waktu yang tepat. Yang harus aku lakukan adalah menunggu dan menunggu sampai waktu yang tepat itu datang padaku. Aku tidak boleh menyerah.� Jawab Bong Yi dengan pasti.
Sesampainya di rumah, Na Jung meminta Re Ki untuk memeluk dirinya. Re Ki masih enggan untuk melakuan hal tersebut�terutama bila berada di lingkungan rumah seperti itu. Mata Re Ki tetap mengawasi keadaan sekelilingnya, barang kali saja Ayah atau Ibu lewat saat dirinya dan Na Jung berpelukan. Sebaliknya, Na Jung tak mempedulikan apapun�ia mendekap Re Ki erat-erat hingga figura foto yang berada di samping mereka terjatuh. Kebahagiaan meliputi keduanya�Re Ki membalas pelukan Na Jung, keduanya tersenyum. Sebelum pulang dan kembali ke apartemennya, Re Ki mengecup bibir Na Jung�lagi. Ia merogoh saku celananya, mencari-cari sesuatu. Sebuah kalung berliontin �love�. Re Ki memberikannya pada Na Jung.
�Masuk dan tidurlah.� Ungkap Re Ki. �Sebentar� Oppa~ Bukankah kau ingin mengatakan sesuatu padaku hari ini? Kau ingin mengatakan hal apa?� tanya Na Jung yang sama sekali tidak menyadari bahwa pernyataan yang ingin disampaikan oleh Re Ki adalah perasaan sukanya pada diri Na Jung. �Aku sudah mengatakannya dengan bahasa tubuhku. Dengan tubuhku tadi.� Jawab Re Ki dengan gugup. �Kau harus mengatakan yang seharusnya, katakana dengan perkataan.� Na Jung berubah menjadi keras kepala. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Re Ki. �Aku juga sudah mengatakannya setelah makan malam barusan. Sudah, masuk ke dalam kamar dan tidurlah yang nyenyak. Ah, sebentar.� Sahut Re Ki seraya mengambil sesuatu dari saku celananya. �Ah, untung tidak hilang. Aku hampir lupa memberikan ini padamu.� Kata Re Ki.
Re Ki memberikan kalung berliontin love-shape itu pada Na Jung. �Jangan sampai hilang� pesan Re Ki. �Oppa.. pakaikan padaku.� Pinta Na Jung dengan manja. �Pakaikan padamu? Aku lebih baik mati.� Jawab Re Ki, yang ia khawatirkan kali ini adalah kedatangan Ayah atau Ibu. �Oppa~~� rengek Na Jung�karena Re Ki tak peduli, Na Jung langsung saja memeluk Re Ki. Re Ki bergantian memeluk hangat Na Jung, ia mengecup bibir Na jung sebagai ucapan selamat malam.
Seoul 1996
Na Jung berlarian keluar rumah, sesuatu hal yang paling penting bagi keluarga Sung akan datang. Surat dari Hae Tae�hampir satu tahun berlalu, kosan itu sepi dari tawa pria-pervert. �Jung-ah, tanda tangani surat tanda bukti pengiriman surat yang dikirim dari Hae Tae!� suara nyaring Ibu mengiringi Na Jung yang berlarian. Dengan kilat, Na Jung kembali memasuki rumah dan memanggil semua orang dengan suara melengking. �Ya!!! Anak-anak~~! Surat dari Hae Tae datang! Turunlah!!!� teriak Na Jung.
Surat yang dikirim Hae Tae membuat semua orang tersentuh. Ayah, Ibu, Chun Pyo, Geu Re, Bong Yi, Na Jung dan Yoon Jin. Mereka mengatur duduk mereka dan mendengarkan narasi dari surat yang dikirim Hae Tae�surat itu dibacakan langsung oleh Chun Pyo. Chun Pyo membacakannya dengan mengeliminasi logat daerahnya, terdengar aneh�tapi dengan bangga dan lantang Chun Pyo membaca setiap tulisan yang ditulis oleh sahabat kesayangannya itu. Rindu pada Hae Tae yang tengah berada di militer membuat Yoon jin dan Na Jung menangis, Chun Pyo pun sama�Ibu dan Ayah juga merindukan Hae Tae�mereka sangat mengkhawatirkan keadaannya pria itu di tempat militer.
�Ini surat pertama dari Hae Tae, kan? Biar aku saja yang membacakannya.� Chun Pyo membuka amplop surat itu. �Bacakan cepat. Bagaimana anak ini? Mengapa ia tidak pernah menelpon kita.� Ungkap Ayah. �Sepertinya masih sangat sulit bagi pemula di tingkat bawah untuk menggunakan telepon di wilayah militer.� Jawab Bong Yi. Ayah mengerti dan mengangguk.
Militer memang tak semudah yang dipikirkan. Bagi Hae Tae kehidupan militernya itu seperti tengah berada di neraka paling dasar. Sangat menyakitkan dan melelahkan�ia tidak bisa lagi makan makanan atau menonton tivi, bercengkrama ramah dengan yang lain, berbicara atau mengobrol pun dilarang. Semua hal yang dilakukan selama masa militer adalah kegiatan-kegiatan yang penuh dengan kedisiplinan dan kerja keras. Hae Tae melalui hal itu dengan sekuat tenaganya.
Chun Pyo membacakan surat dari Hae Tae, �Teman-temanku tersayang yang sangat ingin aku temui. Bagaimana kabar kalian. Ayah dan Ibu yang baik hati, apakah kalian baik-baik saja? Aku, Hae Tae. Aku baik-baik saja. Lambat laun aku bisa beradaptasi dengan keadaan militer di sini. Aku juga bercengkrama dengan para prajurit lain. Yonggu tempatku melaksanakan militer terasa sangat dingin, aku sangat merindukan masakan rumah�masakan Ibu. Walaupun terkadang kami mendapatkan beberapa snack, tapi rasanya sangat berbeda dengan yang dibuat oleh Ibu.�
�Para senior sangat membimbing kami. Kalian mungkin merasa cemas dengan keadaanku di sini, tapi aku baik-baik saja.. Tapi, ada hal yang sama sekali tidak aku mengerti. Satu hal itu adalah tentang tentang prajurit militer rekrutan baru yang selalu bekerja siang dan malam, sampai-sampai aku berpikir, apakah militer ini akan tetap bergerak bila para prajurit militer rekrutan barunya tidak ada. Juga, para senior di tingkat atas yang selalu menggunakan kata-kata kasar saat berbicara�mulutnya seperti kamar mandi, penuh dengan kata-kata busuk. Itu adalah permasalahn terbesar.�
�Walaupun bagaimana, aku harus bertemu mereka, berada di satu kamar yang sama dan saling berpapasan selama 24 jam. Semua itu harus aku lakukan. Terkadang, aku berpikir�mengapa aku harus bertemu dengan mereka semua, setiap kali aku memikirkan hal tersebut, air mata ini akan berjatuhan dan mengabutkan pandanganku. Saat cuaca bertambah sangat dingin di tempat ini, hal yang sangat aku inginkan adalah memakan hoppang.�
Di rumah sakit, Re Ki tengah menunggui seorang gadis berambut panjang yang sibuk membuat bangau kertas dari origami. Ia membuat bangau tersebut seraya mendengarkan pengumuman pemenang dari sebuah ajang musik. Setelah pemenang diumumkan�gadis yang merupakan sepupu dari Re Ki�itu langsung berkomentar dengan wajah datar tapi kata-katanya menusuk. Ah! AHJUMMA EDITOR DI WEBTOON SERIESNYA FLOWER BOY NEXT DOOR!! My kkeu ggeum-mi. DAEEEEBAK~~~
Re Ki berdiri tak jauh dari Sepupunya�ia hanya memperhatikan Sepupunya dari belakang tanpa berkata apapun. Setelah Sepupunya selesai memberikan rentetan komentarnya, Re Ki menghampirinya. Re Ki memperlakukan Sepupunya seperti seorang adik. Ia memarahi Sepupunya yang terus menerus memutus perkataannya. Mereka berbicara dengan saling menyentak. Sepupunya memanggil Re Ki dengan panggilan �Oppa-ya��salah satu panggilan paling khas dari daerah asal mereka.
�Ia memang harus diucapi ucapan selamat. Ia akan mendapat piala dari sebuah ajang award.� Lirih sepupu Re Ki yang memiliki kekuatan dapat meramal masa depan seseorang. �Ya.. Ya.. kau itu memang benar-benar menakutkan. Mengapa kau menaiki pagar pembatas rumah seo ta ji? Apa kau sangat begitu menyukainya sampai kau membiarkan kedua kakimu itu patah. Seharusnya kau belajar, kau ini sudah tingkat sekolah menengah di semester akhir. Kau tau, ibu selalu pergi ke kuil untuk mendoakanmu. Belajarlah yang rajin. Dan daftarlah ke sekolah yang lebih baik. Kau ini, sampai seperti itu tergila-gila dengan artis. Apa sekarang kau tengah dirasuki oleh hantu K-pop. Dari pada berbuat hal yang aneh, bergaul dan bertemanlah dengan hantu-ujian universitas.� Pekik Re Ki. �Ya!!! Oppa-ya!! Sudah kubilang, aku tidak akan masuk ke universitas. Sudah tidak ada gunanya�� belum sempat sepupu perempuan Re Ki melanjutkan kata-katanya, Re Ki sudah terlebih dahulu memukul pelan bibir gadis itu.
�Kau ini. Kau ini.. Kau ini..� seru Re Ki. �Aku tau! Oppa sedang berpacaran kan? Dengan seorang gadis pemilik kos-an tempatmu tinggal saat di Seoul. Gadis itu dari juruan computer dan memiliki rambut bob. Ia tinggi dan ukuran dadanya adalah b-cup.� Sepupu Re Ki menerka dengan amat sangat tepat terhadap semua penglihatannya pada Na jung. �Ya! Ya! Tahu darimana kau? Apa ada seseorang yang memberitahukanmu tentang hal itu?� tanya Re Ki seraya menarik kursi dorong dan mendudukinya tepat di sebelah sepupu perempuannya. �Siapa yang mau menceritakan semua hal itu padaku. Kau tau, aku memiliki kekuatan meramal.� Jawab sepupu perempuan Re Ki.
�Sebaiknya kau belajar.. Belajar.. belajar.. kau tau, ayahmu sudah mulai beruban�karena memikirkan dirimu.� Re Ki masih memukul pelan sepupunya itu. �Oppa! Kau tau, kau akan segera putus dengan pacarmu itu. Saat kau bersamanya berbuat baiklah pada dirinya. Kau sangat menyukainya, pada awalnya�pacarmu itu yang sangat menyukaimu, tapi kali ini�kau lah yang sangat menyukainya. Bila kau tidak memperlakukannya dengan baik, maka ia akan diambil oleh pria lain. Dan jika aku menjadi gadis itu, aku juga akan memilih pria itu.� Ungkap sepupu Re Ki�gadis itu berbicara sangat cepat, secepat roket yang hendak meluncur ke bulan. Untuk menghindari Re Ki, sepupu Re Ki segera berlindung di balik selimutnya.
Sepupunya tak henti-hentinya menyerang Re Ki dengan perkataan pedas dan tajamnya. Re Ki yang kesal memukul pelan bibir Sepupunya�menyuruhnya untuk berbicara dengan baik pada orang yang lebih tua dari dirinya. Tak mempan�Sepupunya tetap berkata semaunya. Untuk menghindari serangan dari Re Ki�Na Jung berlindung di bawah selimutnya. Re Ki berpikir, �Hei. Itu.. semua yang kau katakan itu, itu karena kau sedang marah padaku kan? Kau tidak sungguh-sungguh mengatakannya?� tanya Re Ki. Sepupunya menjawab dengan asal, �entahlah!�. Dengan kesal, Re Ki menendang-nendang kakinya sendiri ke udara�melampiaskan rasa kesal.
Di rumah kos keluarga Sung�Bong Yi, Na Jung, Geu Re, Yoon Jin dan Chun Pyo�mereka berkumpul di lantai atas. Menikmati malam terakhir mereka bersama Bong Yi. Beberapa botol bir diletakkan di tengah-tengah mereka�botol bir yang isinya habis diminum oleh Yoon Jin. Na Jung datang dan menceritakan cerita yang ia dengar�sebuah cerita yang diceritakan dengan suara mendesis horror tentang Seo Ta Ji�Oppa kesayangan Yoon Jin.
�Bong-ah, saat kau pergi ke Jepang, kau akan merindukan makan-makanan seperti ini. Makanlah semua yang kau mau sebelum kau pergi.� Ungkap Geu Re seraya menggigit hopang yang disediakan oleh Ibu dan Na Jung. Keluarga Sung memutuskan untuk memasakan makanan yang sangat ingin dimakan oleh Hae Tae�yaitu Hoppang. Mereka akan memakan hoppang untuk makan malam dan sisanya akan di makan saat sarapan. �Kalian harus memakan hoppang ini. Awas kalau tidak.� Ancam Na Jung. �Bong-ah, jadi ini adalah malam terakhirmu bersama kami. Sunbaenim tidak datang? Inikan pesta pelepasan Chil Bong?� tanya Chun Pyo. Yoon Jin dan Na Jung segera memberikan tatapan tajam ke arah Chun Pyo, masih tidak mengertikan hubungan Chil Bong Yi dengan sunbaenim mereka? Chun Pyo ini bagaimana, tentu saja Re Ki tidak akan datang pada sesuatu hal yang berkaitan dengan rivalnya itu.
Bersambung Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 14 part 2
































































































