Translate this Article...
Praktek pelaksanaan tatacara peribadatan dan sistem kepercayaan berbeda dengan sistem yang dianut dalam jaran Hindu bahkan lebih cenderung ke ajaran Islam, jadi penganutan terhadap suatu agama mereka akui tetapi dalam hati paham agama yang asli tetap dipertahankan , oleh Bosch disebut dengan istilah local genius (Ishomuddin, 2002).
Penelitian terhadap Towani Tolotang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Muslimin (1996) menguraikan peran uwa’ dalam memberikan perhatian terhadap masyarakat Towani Tolotang terhadap etos kerja khususnya yang mengalami kegagalan, yang penekanannya pada aspek ekonomi. Muzhar (2002), yang penekananannya terletak pada factor-faktor yang mengakibatkan konflik dan integrasi masyarakat Towani Tolotang dengan masyarakat Islam. Penulis terakhir yang yang pernah mengkaji tentang Towani Tolotang adalah Hassen (2008) yang mengkaji tentang peran negara terhadap agama lokal di Indonesia fokus kajian Hassen adalah intervensi negara terhadap agama lokal.
Penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan dibahas dalam penelitian ini, dimana penekanannya terletak pada aspek social yang merupakan dampak dari proses dan system beragama dari masyarakat Towani Tolotang. Setiap penelitian pasti memeliki permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi bahan kajiannya.
Dalam penelitian ini akan menyoroti secara sosiologis tentang pemaknaan simbolik massempe’ yang pada akhirnya membentuk suatu interaksi sosial masyarakat Towani Tolotang sebagai aplikasi dari perilaku bergama. Pemusatan penelitian pada system pengintegrasian nilai-nilai agama masyarakat Towani Tolotang ke dalam pola interaksi sosialnya, faktor-faktor apa yang dominan dalam pelaksanaan sistem keberagamaan dan faktor-faktor yang menjadi penghambat terjadinya integrasi perilaku bergama kedalam sistem sosial masyarakat sebagai aplikasi dari konsep ajaran agama yang diyakini oleh Towani Tolotang.
Menurut Nasikun (2001), bahwa faktor-faktor yang biasanya menjadi penghambat terjadinya integrasi perilaku bergama ke dalam sistem sosial adalah karena dalam setiap kesatuan-kesatuan (perilaku beragama), memiliki sistem nilai yang berbeda-beda, dan setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda terhadap nilai yang ada.
Sistem sosial masyarakat Towani Tolotang merupakan aplikasi dari tata cara keagamaan yang membentuk suatau pranata dan interaksi sosial antara masyarakat. Upacara-upacara keagamaan seperti upacara pertanian, menaiki rumah baru, menyambut kelahiran, perkawinan, Massempe’ (hari raya Towani Tolotang), jelas mempunyai arti dan tujuan, yaitu agar mereka selamat dan sejahtera dalam kehidupan. Untuk mencapai tujuan itulah diperlukan adanya kebersamaan dan pada saat berkumpul terjadi interaksi sosial antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya (lihat : Nur, 2008, Akib, 2008)
Dalam setiap upacara keagamaa itu, semua segi kehidupan tentunya tidak dapat terlaksana tanpa adanya kerjasama antara anggota masyarakat, pada saat pelaksanaan upacara ini dapat dilihat nilai-nilai sosial yang ditimbulkannya, serta dapat disaksikan secara nyata nilai-nilai agama sungguh memberi arti bagi perilaku sosial masyarkat Tolotang.
Nilai-nilai agama diharapkan mampu menjadi kekuatan bagi perubahan yang menuju pada tata kehidupan sosial bebas, kreatif dan dinamis, dan juga menjadi peradaban yang universal, karena agama merupakan bentuk kehidupan dan jalan hidup bagi setiap manusia yang ada di alam ini, dan tidak ada manusia modern yang tidak agamis (Eliade, 2002).
Komunitas Blogger Sidrap (KBS)