Translate this Article...
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun lebih banyak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Di tengah ramainya informasi mengenai COVID-19, sempat muncul istilah ‘herd immunity’ yang dikabarkan bisa menyudahi pandemi ini. Istilah ini sebenarnya bukan istilah baru dalam bidang medis, tetapi memang jarang diketahui oleh masyarakat awam.
Mengenal Herd Immunity
Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena tidak banyak orang yang dapat terinfeksi.
Cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kekebalan pada banyak orang sekaligus adalah vaksinasi. Ambillah contoh vaksinasi polio. Ketika seseorang mendapatkan vaksin polio, tubuhnya membentuk kekebalan spesifik terhadap virus polio.
Suatu saat, ketika ada virus polio memasuki tubuh orang tersebut, sistem imun tubuhnya telah siap melawan virus polio, sehingga virus ini mati dan tidak sampai menyebabkan penyakit polio. Dengan begitu, virus juga tidak bisa menyebar ke orang lain.
Bayangkan bila dalam waktu yang bersamaan, hampir semua orang dalam suatu kelompok yang sama dengan orang tadi juga memiliki kekebalan terhadap virus polio. Tentunya kesempatan virus polio untuk menyebabkan penyakit dan menular menjadi sangat kecil.
Secara otomatis, kondisi ini juga dapat memberikan perlindungan kepada orang yang belum mendapatkan vaksin polio di kelompok tersebut, seperti bayi baru lahir dan ibu hamil, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita AIDS dan orang yang sedang menjalani kemoterapi.
Selain dengan vaksin, kekebalan tubuh juga bisa didapatkan secara alami oleh orang-orang yang berhasil sembuh dari penyakit infeksi tertentu. Setelah pulih dari suatu penyakit infeksi, tubuh akan memiliki antibodi untuk melawan kuman penyebab infeksi tersebut bila suatu saat kuman ini menyerang kembali.
Jadi, semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh, semakin banyak juga orang yang kebal dan herd immunity pun akan terbentuk. Namun, terbentuknya herd immunity secara alami ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan risikonya juga tidak kecil.
Bisakah Herd Immunity Menekan Penyebaran COVID-19 di Indonesia?
Hingga kini, belum ada vaksin untuk virus Corona. Para peneliti pun masih berusaha untuk mengembangkan vaksin tersebut. Jadi, pembentukan herd immunity melalui vaksinasi belum bisa dilakukan.
Sedangkan pembentukan herd immunity secara alami dengan membiarkan banyak orang terinfeksi virus Corona di Indonesia juga bukanlah cara yang bijak. Bagi suatu negara dengan lebih dari 300 juta jiwa seperti Indonesia, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencapai herd immunity.
Bukan hanya itu. Karena COVID-19 dapat berakibat fatal, jumlah korban jiwa akibat infeksi ini akan sangat tinggi bahkan sebelum herd immunity tercapai. Belum lagi, tidak sedikit jumlah orang di Indonesia yang rentan terhadap infeksi virus Corona, misalnya lansia atau orang dengan penyakit penyerta, seperti penyakit paru atau diabetes.
Hal-hal itulah yang menyebabkan konsep herd immunity tidak bisa diharapkan untuk menyudahi pandemi COVID-19, sebelum ditemukannya vaksin untuk virus Corona.
Cara terbaik yang bisa diterapkan adalah memutuskan rantai penularan, yaitu dengan melakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan. Terapkan physical distancing, lakukan cuci tangan secara rutin, jaga daya tahan tubuh, serta batasi pergi ke luar rumah.
Lakukan isolasi mandiri bila kamu mengalami demam dan batuk yang disertai dengan sesak napas, terlebih bila dalam 2 minggu terakhir kamu berada di daerah endemis COVID-19. Setelah itu, hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 guna mendapatkan arahan lebih lanjut.
Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kamu telah terinfeksi virus Corona, cobalah fitur gratis cek risiko virus Corona yang disediakan oleh Alodokter. Jika kamu memiliki pertanyaan, baik itu mengenai gejala atau pencegahan infeksi virus Corona, kamu bisa chat langsung dengan dokter di aplikasi Alodokter. Kamu juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.
Mengenal Virus Corona Lebih Dekat...
Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
Tingkat Kematian Akibat Virus Corona (COVID-19)
Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 14 Mei 2020 adalah 16.006 orang dengan jumlah kematian 1043 orang.
Dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau tingkat kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah sekitar 6,5%. Case fatality rate adalah presentase jumlah kematian dari seluruh jumlah kasus positif COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan.
Merujuk pada data tersebut, tingkat kematian (case fatality rate) berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut:
- 0–5 tahun: 2,6%
- 6-17 tahun: 0,67%
- 18–30 tahun: 1,17%
- 31–45 tahun: 2,39%
- 46-59 tahun: 8,9%
- >60 tahun: 17,3%
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, 64,9% penderita yang meninggal akibat COVID-19 adalah laki-laki dan 35,1% sisanya adalah perempuan.
Gejala Virus Corona (COVID-19)
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
- Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
- Batuk kering
- Sesak napas
- Diare
- Sakit kepala
- Konjungtivitis
- Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau
- Ruam di kulit
Kapan harus ke dokter
Segera lakukan isolasi mandiri bila Anda mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-19) seperti yang telah disebutkan di atas, terutama jika dalam 2 minggu terakhir Anda berada di daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau kontak dengan penderita COVID-19. Setelah itu, hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.
Dikutip dari laman Alodokter, Bila Anda mungkin terpapar virus Corona tapi tidak mengalami gejala apa pun, Anda tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit, cukup tinggal di rumah selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain.
Bila muncul gejala, baru lakukan isolasi mandiri dan tanyakan kepada dokter melalui telepon atau aplikasi mengenai tindakan apa yang perlu Anda lakukan dan obat apa yang perlu Anda konsumsi.
Bila Anda memerlukan pemeriksaan langsung oleh dokter, jangan langsung ke rumah sakit karena itu akan meningkatkan risiko Anda tertular atau menularkan virus Corona ke orang lain. Anda bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ALODOKTER agar bisa diarahkan ke dokter terdekat yang dapat membantu Anda.
Penyebab Virus Corona (COVID-19)
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
- Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 batuk atau bersin
- Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
- Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, para tenaga medis dan orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat pelindung diri (APD).
Diagnosis Virus Corona (COVID-19)
Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan apakah pasien baru saja bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum gejala muncul. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien ada kontak dengan orang yang menderita atau diduga menderita COVID-19.
Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
- Rapid test untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona
- Swab test atau tes PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeteksi virus Corona di dalam dahak
- CT scan atau Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru
Pengobatan Virus Corona (COVID-19)
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
- Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit rujukan
- Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
- Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup
- Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
- Pneumonia (infeksi paru-paru)
- Infeksi sekunder pada organ lain
- Gagal ginjal
- Acute cardiac injury
- Acute respiratory distress syndrome
- Kematian
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
- Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
- Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
- Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
- Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
- Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah stres.
- Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
- Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah.
- Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan rumah.
- Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
- Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
- Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
- Larang orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-benar sembuh.
- Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
- Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain.
- Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain.
- Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah.
- Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di rumah sakit, seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu ditangani secara berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan virus Corona selama Anda berada di rumah sakit. Konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan terbaik yang perlu dilakukan.
Dikutip dari berbagai literatur media online terbaik...
Admin : Syakirah Sukma
Editor : Rahma 96
Posted : Julia Julianti
Blogger team :
Celebes Blogger Community (CBC)
Andi Akbar Muzfa, SH