Translate this Article...
Bong Yi : �Saat kau ingin mencoba mengatakan hal yang sebenarnya, pemikiran dari segala sudut akan mengahalaumu. Terkadang, kau bahkan tidak bisa mengatakan apapun. Saat itu terjadi, yang harus kau lakukan adalah menarik nafas dalam-dalam dan memunguti semua pemikiran dari segala sudut pandang itu satu persatu. Saat kau melakukan hal itu, perlahan dan pasti kau akan mengetahui, hal yang benar-benar ingin kau katakana hanya sebuah kata yang sangat sederhana yang dihiasi dengan dua atau beberapa kata saja. Sekarang, kau bisa memulai untuk mengatakan apa yang ingin kau katakana dengan mengucapkan kata-kata ini,�jadi hal yang ingin aku katakan adalah��..�
Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 9 part 2
Na Jung berteduh menunggu kedatangan Re Ki, tak berapa lama, pria itu datang dengan membawa satu payung. Sepanjang perjalanan, Re Ki menggendong Na Jung. Ia sama sekali tak memperbolehkan Na Jung berjalan kaki, selagi kakinya masih terasa sakit.
Di pundak Re Ki, Na Jung menanyakan tentang keadaan Ibu. Mengapa Re Ki yang datang menjemputnya, bukan Ibu�seraya menjelaskan Re Ki tetap berjalan di bawah hujan. �Apa kakimu sangat sakit? Perlu ke rumah sakit?� tanya Re Ki. �Tidak apa-apa, nanti saja di rumah menggunakan obat.� Jawab Na Jung. �Kenapa kau pulang ke rumah?� Re Ki heran mengapa Na Jung tidak langsung ke kampus. �Bajuku kotor terkena makanan tadi saat aku dan Bong yi makan bersama.� Jawabnya. �Mengapa yang menjemput bukan ibu?� tanya Na Jung. �Ia memiliki keperluan lagi.� Jawab Re Ki.
Sesampainya di rumah, Re Ki dengan serius mengobati luka di lutut Na Jung. Ia mengoleskan obat di luka yang terbuka karena goresan aspal itu, lalu memijit kaki Na Jung dengan pelan. Re ki memutar sedikit kaki Na Jung ke arah kanan lalu memijat telapak kakinya dengan lembut, ia melakukan hal itu dan tak mempedulikan Na Jung yang merintih kesakitan. Selagi Re Ki tak memperhatikannya, Na Jung tak henti-hentinya melonggarkan baju yang dipakainya. Baju putih itu basah karena hujan, pakaian dalamnya yang berwarna hitam dan kaos basah yang dipakainya membuat Na Jung tak nyaman. Efek basah dari kaos membuat dadanya semakin membentuk. Dan kejadian di kamar mandi beberapa waktu lalu, membuatnya canggung.
Re Ki tak pernah tidak memperhatikan Na Jung. Fokusnya selalu pada Na Jung. Ia mengetahui setiap gerak gerik Na Jung. Melihat Na Jung yang terus menerus melonggarkan pakaian basahnya, Re ki dengan gemas menjitak pelan kepala Na Jung, �Aku tidak akan melihatnya!� ungkap Re Ki seraya menggendong Na Jung untuk beristirahat di dalam kamar. Aw sweet~~
Pertandingan Bong Yi untuk besok hari harus di batalkan karena hujan deras. Bong Yi segera memberikan pesan pada Na Jung, mengatakan bahwa di cancelnya pertandingan benar-benar sebuah keajaiban. �Kau bilang kau akan bisa datang kan lusa? Besok jadwal pertandinganku di batalkan dan akan diadakan lusa. Whoa ini benar-benar keajaiban. Keajaiban.. Ah, kau harus datang.� Bong Yi mengakhiri pesannya dengan senyuman.
Chun Pyo dan Hae Tae memperkenalkan adik laki-laki dari Geu Re. Mereka tak sengaja bertemu di restaurant tempat Geu Re melakukan kerja paruh waktu. Adik laki-laki Geu Re mengingatkan Re Ki pada Geu Re. Ia bertanya pada Chun Pyo dan Hae Tae mengenai keberadaan Geu Re. Geu Re masih berada di restaurant tempatnya bekerja, mungkin bila hujan belum juga reda�ia akan kebahasan karena tak membawa payung.
Dengan sukarela Re Ki menjemput Geu Re. Mereka tak berselisih jalan, beruntungnya Geu Re memiliki Hyung seperti Re Ki. Karena hujan yang semakin lebat, mereka berdua memutuskan untuk berteduh di bawah kanopi sebuah toko. Duduk bersebelahan di dipan seraya menikmati hangatnya minuman yang mereka pesan. Re Ki kembali menanyakan tentang diri Geu Re, dengan merasa tak dipaksa�Geu Re mengatakan segala hal. Tentang diri dan beberapa hal dalam hidupnya.
�Apa kau sudah mengatakan tentang kuliahmu itu?� tanya Re Ki. Geu Re menggelengkan kepalanya lalu menunduk. �Mungkin kalau kau mengatakannya baik-baik, Ayahmu akan sedikit mengerti.� Re Ki mengingatkan Geu Re kembali untuk setidaknya mengatakan hal yang sebenarnya pada Ayah. �Ayah sangat keras. Ia sangat keras kepada kami, aku dan adikku. Adiku bahkan tumbuh menjadi anak pembangkang. Ia hanya bermain-main bersama temannya, karena hal itu. Ia selalu mendapat pukulan dari Ayah.� Jawab Geu Re. �Tapi adikmu sepertinya sangat menyukaimu.� Ucap Re Ki. �Ia hanya kasihan kepadaku. Ia kasihan karena aku selalu menjadi puppy bagi Ayah.� Balas Geu Re. �Ah, kalau dilihat-lihat, kau memang layak disebut puppy.� Re Ki menggelitik dagu Geu Re dengan manis. Gah, cutee~~
�Apa kau tau alasan adikmu datang ke Seoul?� tanya Re Ki. �Dia tidak menceritakan apapun padaku. Aku tidak mengetahuinya.� Balas Geu Re. Geu Re mendengarkan sebuah lagu, Re Ki ingin juga mendengar lagu yang didengar oleh Geu Re. Mereka saling membagi earphone. Mendengarkan satu lagu yang sama di bawah hujan. Sweet~ Kanopi yang berada di bagian tempat Re Ki duduk sedikit berlubang. �Ah, lagu ini sangat familiar. Suara penyanyinya sangat berbeda dengan yang ada di televisi.� Komentar Re Ki.
Air hujan terus menerus menerpanya, bila ia tidak segera bergeser dari tempatnya duduk, maka tubuhnya akan basah kuyup. Dengan bergegas, Re Ki menggeser duduknya hingga berdekatan tanpa jarak dengan Geu Re. Gee, sweet~~ Re Ki meletakkan kepalanya di atas pundak Geu Re, �Ini lagu milik Kim Jae Gi. Ia meninggal dunia sebelum lagu ini di liris. Ia benar-benar jenius, ia tidak pernah menyanyikannya secara resmi, hanya saat latihan saja. Aku benar-benar iri padanya. Sangat bertalenta.� Ungkap Geu Re. �Mengapa kau memanggilnya dengan sangat formal? Apa ia seseorang yang kau kenal� Re Ki tergelak mendengar Geu Re memanggil Kim Jae Gi dengan sangat formal. �Aku tidak mengenalnya. Umurnya lebih tua daripadaku, aku tidak bisa memanggilnya tanpa menggunakan sapaan normal.� Re Ki mengingatkan Geu Re, �Kalau kau iri padanya, cobalah untuk bernyanyi seperti dirinya.�
Di kamar Geu Re, sang adik yang hendak beristirahat sekejap terkesima dengan buku-buku yang tidak berhubungan dengan dunia kedokteran. Ia menggerutu tentang anak jurusan kedokteran yang tidak mengoleksi banyak buku kedokteran akan menjadi mahasiswa seperti apa. �Wah, sepertinya Hyung benar-benar tidak menyukai pelajaran kedokteran.� Sesaat kemudian sebuah buku tebal yang berkaitan dengan organ tubuh menyita perhatian sang adik. Ia mengambil buku tersebut, tanpa sengaja, selembar kertas terjatuh dari buku tersebut. Ia membacanya dan terkejut�.. Itu adalah surat pengambilan cuti kuliah milik Geu Re.
Geu Re datang tepat waktu, saat ia membuka pintu dan menyadari bahwa adiknya tengah memegang surat pengunduran dirinya�dengan sigap Geu Re mengambil surat itu lalu menyimpannya kembali. Adik Geu Re terus menerus mengingatkan tentang Ayah mereka yang mungkin akan membunuh Geu Re bila Ayah mengetahui hal ini. Geu Re sudah tak lagi peduli dengan hal tersebut. Ia akan tetap berada pada pendiriannya, hidup mandiri dan bekerja untuk mencari jalan yang benar-benar ia inginkan.
�Hyung apa ini? Ayah akan benar-benar membunuhmu dan kau akan mati di hari yang sama!� ungkap Dong Woo dengan suara keras. �Ia tidak akan tau kalau kau tidak memberitahukannya.� Jawab Geu Re seraya menaruh tas. Ia hendak bersiap-siap untuk mandi, bajunya basah terkena hujan. �Ah, Hyung. Aku tau, kau akan membuat masalah suatu saat nanti.� Ujar Dong Woo.
Setelah berdebat panjang dengan adiknya, Geu Re menyegarkan dirinya dengan mandi air panas. Selesai mandi, Re Ki menjentikan jari ke arahnya, menyuruhnya untuk masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar, Geu Reu disuruh untuk menunggu, Re Ki akan mengatakan apa yang ingin ia katakan nanti�setelah ia selesai mandi. �Tunggu di situ sebentar, aku akan mengeringkan rambutku terlebih dahulu.�
Kamar Re Ki cenderung rapih, semua komik slumdunk koleksinya tertata sangat apik. Semua series dari Doraemon pun dikumpulkan oleh Re Ki dan ditata di rak bukunya berdekatan dengan buku-buku kedokteran miliknya. Poster pemain basket dan sebuah ring bergelantung di tembok�semua itu benar-benar membuat Geu Re menganga karena kagum. Kekaguman yang sebenarnya sudah ada dari sejak lama, kekaguman yang selalu muncul karena si pemilik barang-barang tersebut selalu ada untuk Geu Re.
Di pinggiran tempat tidur, Re ki mengelap rambut basahnya, kemudian menunjukkan sebuah poster besar. Poster audisi penyanyi solo yang diadakan oleh sebuah televisi Nasional dan disponsor oleh kampus mereka. �Siapapun boleh mengikuti audisi ini. Ah, tapi tenggat waktunya sudah sangat sempit.� Re Ki mengajak Geu Re untuk ikut bergabung dengan audisi tersebut, hadiahnya sangat besar. Beberapa uang tunai, bukankah sangat menguntungkan, barang kali saja dewi keberuntungan sedang berpihak pada Geu Re. �Tapi aku tidak memiliki lagu baru. Dan suaraku juga pas-pasan.� Jawab Geu Re. �Coba saja. Kau tau, hasinya hanya akan ada dua�satu kau menang�dua kau kalah�sudah lakukan saja. Hanya untuk bersenang-senang. Kalau kau kalah, kau bisa mengambil cara lain.� Jawab Re Ki. Ia hanya ingin menunjukkan pada Geu Re untuk mencari bakatnya. Bukankah Geu Re sangat menyukai musik.
Dong Woo sengaja menunggu Geu Re, ia ingin mengatakan banyak hal pada kakaknya itu. �Kenapa kau belum tidur?� tanya Geu Re. �Aku menunggumu. Hyung, apa kau tau kenapa aku kabur dari rumah? Kartu hasil belajarku dari sekolah dikirim ke rumah. Ayah yang menemukannya. Ini aneh, ia tidak lagi memarahiku atau memukulku. Tapi yang ia lakukan malah benar-benar membuatku sangat marah. Kau tau kan�Bin�temanku itu.� Tanya Dong Woo. �Ah, the ugly one?� balas Geu Re. �Aku sudah beberapa hari yang lalu bermain di rumahnya. Melakukan banyak hal. Dan Ayah tiba-tiba memanggil Bin, ia menyalahkan Bin. Ayah berkata bahwa nilai sekolahku turun karena aku bergaul dengan Bin. Bukankah itu sangat memalukan, Hyung?� ungkap Dong Woo.
�Hyung.. Aku mengambil kelas memasak.� Dong Woo mengatakan segalanya tanpa perlu Geu Re tanya terlebih dahulu. �Aku kadang tidak mengetahui apapun. Aku tidak tau harus melangkah kemana. Aku bahkan tidak terlalu bisa belajar pelajaran di kelas. Tapi, suatu hari aku membuatkan roti di kelas memasak, dan membawa roti itu pulang. Ibu sangat menyukai roti buatanku, ia memakannya sangat lahap. Karena hal itu, aku pikir aku akan bisa masuk ke perguruan tinggi ketika aku bisa mendapatkan sertifikat memasak. Lagi pula, aku sangat suka makan kan, Hyung.� Ungkap Dong Woo dengan senyuman di akhir ceritanya.
Semua mimpi Dong Woo berkaitan dengan ibunya, kebahagiaan ibunya adalah kebahagiaan Dong Woo. �Lalu, kau memiliki mimpi?� tanya Geu Re lagi dengan rasa penasaran. Dong Woo mengangguk dengan sungguh-sungguh, �Aku ingin menjadi chef di hotel Lotte.� Jawabnya dengan pasti.
Dengan bantuan Chun Pyo dan Hae Tae, Geu Re mendaftarkan diri ke dalam audisi pencarian bakat tersebut. Semua cemas dan harap ada di pundak Chun Pyo dan Hae Tae. Mereka berdua lebih gugup ketimbang Geu Re yang sesungguhnya menjadi seorang finalis. Di luar ruang audisi, Chun Pyo dan Hae Tae yang gugup saling berbagi minuman. Seketika Geu Re keluar dari ruangan, keduanya lekas menanyakan hasil yang diberikan oleh dewan juri. Bagaimana? Bagaimana? Hasilnya tak sesuai dengan yang diharapkan. Tapi tak apa, setidaknya ada hal baru yang di dapat oleh Geu Re, sebuah pengalaman diumurnya yang ke-20 tahun itu.
�Juri mengatakan bahwa lagu yang itu plagiat.� Ungkap Geu Re. Ia mengikuti audisi musik tersebut dengan menggunakan sebuah lagu yang dibuatkan oleh sunbae dari Hae Tae. Tapi ternyata, semuanya berakhir seperti ini. Hae Tae, Geu Re dan Chun Pyo telah ditipu oleh sunbae mereka. Mereka tidak pernah mengira kalau lagu itu adalah lagu hasil plagiat.
Pertandingan hendak dimulai, Bong Yi menyiapkan diri untuk melempar bola baseball. Tapi pikiran dan matanya tak tertuju pada setiap elemen yang berkaitan dengan baseball. Bong Yi terlalu focus pada para pendukungnya, ia mencari-cari keberadaan Na Jung. Bukankah Na Jung berjanji bahwa ia akan datang ke pertandingannya, tapi mana? Sampai saat ini, Na Jung belum juga datang.
Wasit meniupkan peluitnya, dan Bong yi dengan seksinya melempar bola baseball. Tapi, meleset. Lemparannya melesat, team lawan berhasil membobol point pertama. Tapi tenang saja, itu baru sebuah latihan, belum pertandingan sungguhan. Semua para pemain baseball mengitari Bong yi, memberikan banyak masukan agar Bong yi tetap focus. Bong Yi harus tetap focus.
Di tempat lain, Na Jung tengah mengantarkan Ibu ke sebuah rumah sakit bersalin. Ibu harus mengecek keadaan kandungannya secara rutin, agar tidak terjadi apa-apa. Sebelum Ayah datang, Na Jung bertugas untuk mengantarkan dan menjaga Ibu. Ia beberapa kali mengecek ulang jamnya, hari ini, ia juga memiliki janji dengan Bong Yi. Na Jung berjanji untuk datang ke pertandingan Bong Yi. Tapi sepertinya, ia akan datang telat, karena Ayah pun datang menjemput Ibu dalam waktu yang sangat telat.
Setelah Ayah datang, dengan secepat mungkin Na Jung meninggalkan rumah sakit itu. Ia menggunakan taksi untuk sampai ke stadiun baseball tempat Bong Yi mengadakan pertandingan. Tapi, sesampainya Na Jung di stadiun itu, pertandingan sudah berakhir. Na Jung datang sangat telat. Tak ada lagi yang bisa ditonton. Para pemain baseball pun sudah tidak lagi berkumpul di lapangan. Mereka semua tengah sibuk berganti pakaian di ruang ganti. Ru-ang-gan-ti xD
Tapi hal yang membuat Na Jung merasa lega adalah, ada atau tidaknya dirinya, team baseball Bong Yi tetap memenangkan pertandingan. Ini juga berhasil membuat Na Jung sedikit kesal, �Ah, padahal aku menggunakan taksi untuk sampai ke sini. Sayang sekali uang taksinya. Bong Yi berbohong, dia bilang, ia akan kalah, tapi ia baik-baik saja.� Gerutu Na Jung.
Di ruang ganti, Bong Yi yang tak terkalahkan punya satu benda pembawa berkah. Bong Yi tersenyum sangat manis seraya mencopot topinya. Sesuatu tersimpan di dalam topi itu. Benda itu di simpannya di tempat yang sangat aman. Benda yang membuatnya menang hari ini. Sebuah foto Na Jung yang tengah tersenyum manis�foto itu diselipkan oleh Bong Yi di dalam topi baseballnya.
Ia menyelipkan foto tersebut sejak beberapa jam yang lalu, sebelum pertandingan dimulai. SWEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEET�.
Bong Yi menelpon Na Jung menanyakan tentang gambar abstrak itu, �Aku belum bisa memecahkannya.� Jawab Na Jung. �Mana uang 100 dollarnya?� tagih Bong Yi dalam candaan. �Ini benar-benar ada gambarnya kan? Bukan sebuah prank?� tanya Na Jung lagi. �Ah, sepertinya aku memang benar-benar bodoh. Aku tidak bisa melihatnya.� Na Jung kesal dengan dirinya sendiri, gemas karena tidak bisa memecahkan gambar abstrak yang ada dihadapannya. �Ah, kenapa kau tidak datang tadi?� tanya Bong Yi. �Sepertinya aku tidak datang juga tidak apa-apa. Kau tetap menang. Jinx, apanya yang Jinx.� Jawab Na Jung kesal dengan mata yang masih di fokuskan pada buku di hadapannya. �Ya. Menjadi yang pertama itu bukan disandarkan pada Jinx, tapi pada kemampuanku. Kemampuan.� Balas Bong Yi seraya tertawa. �Sebenarnya ini gambar apa?� tanya Na Jung. �Temukan dan tanyakan pada yang lain.� Jawab Bong Yi.
Seoul, 2013.
Pengantin pria akan memasuki pelataran, �Ya.. Ya.. mempelai prianya akan memasuki pelataran.� Ungkap Bong Yi, menyuruh agar yang lain semakin memperhatikan video pernikahan tersebut. �Wa.. lihat..lihat.. mempelai pria yang memiliki kaki yang panjang. Ia benar-benar sangat enerjik, langkahnya sangat panjang-panjang dan antusias.� Komentar Yoon Jin saat video pernikahan tersebut menayangkan pria berbadan tegap dan berkaki panjang yang berjalan gagah di tengah pelataran aula pernikahan.
Di dalam video:
Tak lama, melalui aba-aba yang diberikan Chun Pyo, seorang pria berbadan tegap yang merupakan seorang mempelai datang dari arah pintu. Berjalan dengan pasti ke mimbar, untuk menunggu pasangannya datang. Sorak sorai para tamu membuat riuh gedung pernikahan itu. Riuhnya bertambah saat Ayah menuntun pelan Na Jung. Mereka berjalan beriringan dengan senyuman bahagia yang menghiasi wajah keduanya. Dengan hati-hati, Ayah merangkul lengan Na Jung, membawanya ke hadapan pria yang nantinya akan menjadi kebanggaan keluarga Sung. Pria yang menunggu kedatangan Na Jung itu terhalang oleh gerlapnya lampu ruangan. Pria yang membuat Na Jung tersenyum bahagia itu adalah�..
Bersambung Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 10