Translate this Article...
How can I put into words how I feel ~
Sinopsis Reply Me / Answer Me 1994 episode 10 part 1
Seoul, 2013
Video pernikahan itu masih di tonton oleh Bong Yi, Chun Pyo, Geu Re, Re Ki, Yoon Joon, Hae Tae dan Na Jung. Kali ini video tengah memutar bagian dimana Ayah menjadi pengiring Na Jung. Ayah dan Na Jung, Mereka saling tersenyum satu sama lain. Ayah menggenggam tangan Na Jung dengan erat, seolah tak ingin melepaskan putri semata wayangnya itu.
Saat Ayah dan Na Jung sampai di hadapan sang mempelai pria, Ayah tak kunjung juga mau melepas genggamannya pada tangan Na Jung. Mempelai pria merajuk agar Ayah merelakan Na Jung, mempelai pria mengambil tangan Na Jung dengan lembut, tapi Ayah masih belum bisa melepaskan genggamannya itu. Cute~
Saat Ayah melepaskan tangan Na Jung, ibu menahan haru. Ia menangis, seraya tersenyum bahagia. Putri kesayangannya sudah berada di pundak orang lain. Gadis kecilnya sudah dipinang oleh orang yang ia cintai. Semuanya berjalan dengan cepat.
�Omo.. Omo.. lihat, mempelai prianya sudah tidak sabar.� Pekik Yoon Jin. �Ya.. Mempelai pria, bagaimana kau bisa menahan diri saat kau ternyata sangat menyukai Na Jung?� tanya Yoon Jin seraya menolehkan wajahnya ke 4 pria yang berada di sebelahnya. �Ah, aku memang benar-benar sangat cantik saat itu.� puji Na Jung pada dirinya sendiri. �Ah, apakah sunbae itu datang?� tanya Bong Yi, menunjuk ke arah satu pemain baseball yang datang ke pernikahan Na Jung dengan mengenakan kaos baseballnya. �Ia benar-benar sangat tampan dan popular diantara para wanita saat kita masih kuliah.� Balas Hae Tae. �Suamiku lebih tampan.� Seru Na jung dengan penuh bangga.
Na Jung yang berada di dapur, ia memanggil suaminya, �Yeobo~~� panggil Na Jung. Na Jung mengedipkan satu matanya dengan ciri ke-seksi-an yang tiada tara. Hhmpff. Hae Tae menoleh lalu membalas dengan mengedipkan mata juga, Bong Yi tak melakukan hal yang sama, ia tersenyum lalu meraung �auung�, Re Ki�yang tengah bersandar di pundak Geu Re�menaruh tanda V dibagian mata sebelah kanan. Aih cute. Yang terakhir adalah Chun Pyo.
Ia tengah bermesraan dengan Yoon Joon di atas sofa, saling membelai kepala dan tersenyum. Chun Pyo menoleh ke arah Na Jung lalu mengedipkan matanya dengan sangat aneh. Hmpfft..
Seoul, 1994.
Ini adalah salju pertama di tahun 1994. Musim yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh banyak orang, termasuk Na Jung. Dalam balutan selimut tebal, Na Jung membuka matanya. Ibu memanggilnya dengan pelan, memberitahukan berita bahagia, hari ini adalah hari turunnya salju. Sebelum bangkit dari tidurnya, Na Jung tersenyum. Ia bersorak lalu membuka tirai kamar dengan penuh kemenangan. Salju.
�Jung-ah.. Anakku.. My freaking daughter. Lihat keluar.. Hujan salju. Salju. Kita berada di Seoul dan ini salju pertama bagi orang-orang desa seperti kita.� Ujar Ibu yang tertawa sangat bahagia melihat butiran putih cantik yang berjatuhan dari langit.
Yang ada di otak Na Jung saat ini hanyalah Re Ki. Na Jung yang ingin menjadi orang pertama yang mengabarkan kalau hari ini turun salju�segera pergi berlarian ke kamar Re Ki. Re Ki masih tertidur pulas meringkuk dengan selimut tebalnya. Semalaman Re Ki belajar sampai larut, maka dari itu, Ibu sengaja tak membangunkannya pagi ini, membiarkannya tertidur lelap. Na Jung hendak membangunkan Re Ki, tapi kemudian ia merasa enggan. �Ah aku benar-benar gila.. Aku benar-benar tidak berpikir jernih.� Gerutu Na jung pada dirinya sendiri.
Decitan pintu yang dibuka oleh Na Jung membuat Re Ki terbangun dari tidurnya. Ia bertanya, �Siapa? Ah, Jung-ah, ada apa?� tanya Re Ki. Na Jung hanya menggeleng, ia pikir mengabarkan kalau hari ini turun salju itu tidak penting, maka dari itu�Na Jung melangkahkan kakinya keluar dari kamar Re Ki.
Tapi, kemudian langkahnya terhenti. Ah, membangunkan dan mengatakan kalau hari ini turun salju kan tidak ada salahnya. Na Jung perlahan menghampiri Re Ki. Ia menempelkan jari telunjuknya ke mata Re Ki, �Oppa.. Buka matamu. Hari ini turun salju.� Bisik Na Jung.
Tidak seperti biasanya, Re Ki pun berhasil bangun dan membuka matanya lebar-lebar saat mendengar salju. Re Ki menyuruh Na Jung untuk membuka tirai kamar lebar-lebar agar mereka bisa menikmati salju yang turun lebat. Na Jung dengan riang membuka tirai, ia lalu duduk bersebelahan dengan Re Ki. Mereka duduk di pinggiran kasur dengan menatap keindahan putihnya salju. Re Ki melekatkan selimut ke badan Na Jung, agar wanita di pinggirnya itu tidak kedinginan.
�Wah, kita datang ke Seoul dan bisa melihat Salju. Benar-benar sangat membahagiakan.� Ujar Re Ki seraya memandangi salju yang berjatuhan di hadapannya. Na Jung menatap Re Ki dengan dalam. Beberapa waktu lalu, ia mengetahui bahwa saat Yoon jin mabuk�Yoon Jin mengatakan kalau diri Na Jung menyukai Re Ki. Saat ini juga, Na Jung mengatakan hal itu. �Oppa. Aku tau kau merasa tidak canggung, tapi entah mengapa aku merasa canggung saat berada di dekatmu. Kau ingat. Saat Yoon jin mabuk dan mengatakan bahwa aku sangat menyukaimu? Semua itu benar. Aku menyukai. Sangat menyukai.� Ungkap Na Jung.
Ia tidak mempedulikan apa dan akan jadi bagiamana nantinya. Misi utamanya sudah disampaikan secara tidak langsung oleh Yoon Jin beberapa waktu yang lalu bukan. �Ah, benar-benar sangat memalukan. Wajahku memerah kan?� Na Jung menutup wajahnya. Re Ki yang memahami Na Jung, ia hanya tersenyum lalu memeluk Na Jung erat. Na Jung menempelkan kepalanya ke dada Re Ki, mendekapnya erat. �Oppa, kalau aku merasa canggung dan kehilangan akal seperti ini, peluk aku seperti ini juga. Yah?� pinta Na Jung.
�Dan.. Aku tidak mengharapkan apapun, aku hanya ingin kau mengetahuinya itu saja.� Na jung memohon agar Re Ki tak mengatakan apapun, karena hal itu akan membuatnya semakin merasa malu. Re Ki ingin mengatakan sesuatu hal, namun Na Jung tak ingin mendengarkan komentar Re Ki. Tidak usah berkomentar, karena Na Jung belum siap mendengar semua perkataan yang mungkin akan menyakitkan atau malah sebaliknya.
Na Jung keluar dari kamar Re Ki dengan senyuman lebar. Ia senang bisa menghabiskan pagi bersalju pertamanya tahun itu bersama dengan Re Ki. Sangat mengesankan. Namun, seseorang tengah merasa cemburu, Bong Yi. Ia yang baru saja menuruni tangga, tanpa sengaja melihat Na Jung tersenyum pada dirinya sendiri di depan pintu kamar Re Ki. Bong Yi hanya memperhatikan Na Jung dari kejauhan, tak tahu harus berbuat apa.
Na Jung tersenyum ke arah Bong Yi untuk mengucapkan selamat pagi. �Pagi.. Ah kau bangun pagi-pagi sekali?� tanya Na Jung. Na Jung berjalan dengan antusias, hari ini harus dilalui dengan semangat baru, pikir Na Jung. �Apa kau akan lari pagi?� tanya Bong Yi. Bong Yi masih tetap memperhatikan Na Jung. Na Jung bertanya apakah Bong Yi akan lari pagi? Ia memperagakan cara lari seorang atlet. Bong Yi mengangguk. Kemudian, saat hendak pergi meninggalkan Bong Yi, Na Jung menghentikan langkahnya. Ia kembali ke hadapan Bong Yi.
Na Jung melambaikan tangan ke arah Bong Yi, meminta Bong Yi untuk mendekat. Dengan gugup, Bong Yi membungkukkan badan tingginya lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Na Jung. Na Jung tersenyum manis, ia membentulkan hoodie milik Bong Yi. Memakaikan hoodie itu di kepala Bong Yi, kemudian Na Jung berkata, �Pakai jaketmu dengan benar, hari ini sangat dingin. Di luar bersalju.� Ungkapnya. Bong Yi terdiam sesaat di posisinya. Letupan rasa sukanya pada Na Jung semakin terdengar keras, seraya menegakkan badannya, Bong Yi tersenyum karena sikap manis Na Jung padanya. Sweet~~ Hoodie part is the sweetest.
Bong Yi keluar dari rumah kos yang kemudian disambut dengan putihnya salju. Dengan berlarian kecil, Bong Yi melalui hari itu dengan semangat baru~ Fassya~!!
Makan malam sudah terhidang di meja makan. Sarapan semangkuk mie dengan campuran berbagai ramuan yang dibuat oleh Ayah�sesuai dengan permintaan Ibu yang sedang mengidam baby Suk Suk. �Ini pertama kalinya aku memakan mie dingin di hari bersalju.� Ungkap Bong Yi dan Geu Re. Yang lain juga merasakan hal yang sama, bukankah bila dingin seperti ini sebaiknya memakan makanan yang panas dan hangat. �Bila aku memakan ini pasti aku akan membeku kedinginan.� Protes Hae Tae. Ayah menyahuti dengan kesal, �Sudah dimakan saja. Hari ini hari libur, tapi kalian bukannya pulang ke rumah kalian masing-masing, kalian malah masih tetap di sini. Makan apa saja yang disuguhkan. Dan ucapkan terimakasih.� Yang lain segera mengucapkan terimakasih sesuai dengan perintah Ayah.
Ini parade tatap menatap tidak juga ada hentinya. Bong Yi tak berselera memakan sarapannya, ia lebih antusias memperhatikan interaksi antara Na Jung dan Re Ki. He is jelly. Aw sweet~
Di kamar Yoon Jin, Na Jung menceritakan segala. Yoon Jin mendengarkan apa yang Na Jung katakan seraya membaca santai majalah berisi Seo Ta Ji. Na Jung bangkit dengan penuh tekanan dari tidurnya, ia melempar selimut yang menutupi badannya dengan keras. Hari ini ia sangat malu karena sudah mengatakan hal yang ia rasakan pada Re Ki. Yoon Jin yang salut pada keberanian Na Jung dalam mengungkapkan rasa sukanya�mengatakan, �Daebak.� Ungkap Yoon Jin dengan wajah penuh keterpukau-an.
�Ah, apa yang Oppa katakan padamu setelah ia mendengar pernyataan rasa sukamu itu?� tanya Yoon Jin. �Aku tak membiarkannya mengatakan apapun, karena itu akan sangat membuatku malu. Ia benar-benar tidak memandangku sebagai seorang wanita, kan?� terka Na Jung. Yoon Jin mengangguk dengan pasti. Na Jung yang menjerit karena kesal kemudian menyelimuti dirinya, ia kembali menjerit keras di dalam selimut.
Percakapan mereka terhenti karena suara deringan telepon. Na Jung yang jaraknya lebih dekat dengan telepon, segera mengangkat deringan tersebut. Suara berat seorang pria tua terdengar dari arah seberang. �Siapa?� tanya Yoon Jin. Na Jung membalasnya dengan pelan, �Ayah Chun pyo.� Bisiknya pada Yoon Jin. Yang menelpon pagi-pagi bersalju itu adalah Ayah Chun Pyo. Dengan accent penuh hormat dan resmi, Na Jung menyapa Ayah Chun Pyo. Melalui telepon Ayah Chun Pyo mengundang teman-teman Chun Pyo untuk datang mengunjungi rumah mereka.
�Ayah, apakah ada hal yang terjadi?� tanya Na Jung. �Ah, besok anakku akan pulang ke rumah, apa ia sudah mendapatkan tiket bus menuju pulang?� tanya Ayah. �Tenang saja Ayah. Chun Pyo sudah bangun pagi-pagi sekali untuk mengantri agar tidak kehabisan tiket bus.� Jawab Na jung. �Ah, apakah ini miss Na Jung?� tanya Ayah lagi. �Iya benar.� Na Jung tersenyum. �Apakah kau sudah memiliki pacar?� tanya Ayah. �Belum, Ayah.� Jawab Na Jung dengan kebingungan. �Ah, ajak teman-teman satu rumah kos ke tempat tinggal kami, kami akan menyuguhkan makanan laut lezat. Datanglah.� Pinta Ayah. Mendengar tawaran Ayah, membuat Na Jung tersenyum sangat senang. Ia akan makan makanan besar dan lezat. Yummy~
Setelah mengabarkan pada Chun Pyo bahwa ayahnya menelpon, Na Jung, Hae Tae dan Yoon Jin menyiapkan diri untuk ikut pergi bersama Chun Pyo ke kampong halamannya. �Mau kemana kalian?� tanya Chun Pyo heran. Yang akan pergi hari ini kan dirinya, mengapa yang lain juga ikut sibuk mengepak barang-barang. �Ayahmu yang baik mengajak kami untuk ikut bersamamu.� Na Jung terkekeh senang, Hae Tae membalas dengan tertawa. Tak lama, si kecil Yoon Joon menuruni anak tangga dengan sangat cepat.
�Lalu, dia?� tanya Chun Pyo yang langsung saja menyambar hoodi milik Yoon Jin. Chun Pyo mengangkat hoodie itu hingga badan Yoon jin yang kecil ikut terangkat. �Aku mengajaknya untuk ikut bersama kita. Jika Yoon Joo tak ikut aku akan sendirian dan aku tidak bisa tidur sendirian di malam hari.� Jawab Na Jung. Yang hanya bisa Chun Pyo lakukan hanya menarik nafas dalam-dalam, ia sudah memperkirakan kejadian-kejadian buruk yang benar-benar akan terjadi pada dirinya karena Yoon Jin. Padahal, nantinya yang terjadi malah sebaliknya.
Mereka menaiki bus yang tidak terlalu padat. Na Jung duduk bersebelahan dengan Yoon Jin, di seberang bangku mereka�ada Hae Tae dan Chun Pyo. Chun Pyo benar-benar tak ingin terlibat pertengkaran dengan Yoon Jin. Ia duduk dengan bersandar pada bangku bus dan menikmati angin Seoul yang perlahan meninggalkannya. Hae Tae dan Na Jung tengah mendiskusikan sesuatu. Mereka bercakap-cakap satu sama lain.
�Ah sayang sekali Geu Re dan Bong Yi tidak bisa ikut. Padahal pasti akan sangat mengasyikan. Aku bisa mengajak mereka bermain bola di pinggir pantai.� Ungkap Hae Tae. �Ah, Chun Pyo, kau mendapat nilai F di tiga mata pelajaran kan? Apakah Ayahmu tau tentang hal itu?� tanya Na Jung dengan khawatir. �Ia tidak tau apa-apa, jika kalian tidak memberitahukannya. Jangan katakan apapun pada Ayahku, atau kalian akan kubunuh.� Ancam Chun pyo. �Jaga saja Yoon Jin agar ia tidak mabuk.� Bisik Hae Tae pada Chun Pyo, Yoon Jin yang mendengarnya segera menatap geram kearah dua pria itu. Ggrr..
Ah~ udara sejuk dari daratan berlaut tempat Chun Pyo tinggal benar-benar menghanyutkan. Rasa capek yang tadinya melanda benar-benar terasa hilang. Na Jung, Chun Pyo, Yoon jin dan Hae Tae duduk di luar menunggu Ibu dan Ayah Chun Pyo yang sedang menyiapkan makanan laut. Tidak lama kemudian, satu meja jumbo berisi banyak lauk ikan-ikanan disuguhkan oleh keluarga Chun Pyo. Makanan laut segar itu sangat membuat Na Jung, Yoon Jin dan Hae Tae senang bukan main. Sudah lama mereka tak makan makanan laut seperti itu.
Selagi makan, Ayah dan Ibu menanyakan banyak hal. Hae Tae, Na Jung dan Yoon Jin memperkenalkan diri mereka masing-masing. Mereka juga tak lupa menggunakan kata-kata yang sangat formal saat berbicara dengan Ayah dan Ibu Chun Pyo. Secara formal juga, para sahabat Chun pyo itu memperkenalkan diri masing-masing, hanya Yoon Jin yang tak banyak berbicara, ia memakan nasinya sedikit demi sedikit.
Ibu sangat menyukai Na Jung. Ia memberikan daging kerang super besar untuk Na Jung. Daging kerang itu dilahap Na jung dengan cepat. Mulutnya yang masih dipenuhi oleh makanan tak menghambatnya untuk berbicara dan menjawab semua pertanyaan Ayah dan Ibu tentang Seoul. Hae Tae memperkenalkan Na Jung sebagai seorang anak dari pelatih baseball ternama. Mendengar hal tersebut, Ayah dan Ibu Chun Pyo terkejut bukan main. Mereka bangga, Chun Pyo bisa memiliki teman-teman yang sangat baik. Ibu bahkan memiliki pemikiran kalau ia akan menjodohkan Chun Pyo dengan Na Jung. Hmmpft.
Selesai makan, Na Jung, Chun Pyo, Hae Tae dan Yoon Jin menghangatkan diri mereka di sebuah ruangan. Mereka berada di sana karena udara laut di luar sangat kencang. Mereka saling membagi selimut tebal yang digunakan untuk menutupi bagian kaki. Dari ruangan itu, mereka bisa mendengarkan suara pengumuman dengan sangat jelas. Pengumuman tentang demo yang akan diadakan di depan sebuah gedung pemerintahan. Permasalahan yang diangkat adalah tentang perbatasan daerah. Salah satu ketua desa mengumumkan pengumuman tersebut dengan kata-kata yang sangat minim.
�Ah, ini benar-benar akan menjadi kekacauan.� Jawab Chun pyo mengomentari pengumuman yang baru saja di dengar mereka. �Daerah kami akan mengadakan penyatuan daerah dan warga mempermasalahkan tentang nama yang akan dipakai saat daerah kami dan daerah seberang menjadi satu.� Chun Pyo berdecak pasrah. �Ah, bukankah biasanya mereka menamakan dua daerah yang menjadi satu dengan menggunakan salah satu nama kota terbesar mereka.� Hae Tae berkomentar sesuai dengan kota yang ia ketahui. �Tidak juga, ada beberapa yang tidak menggunakan hal seperti itu� jawab Na Jung.
Ayah Chun Pyo membuka pintu dengan keras, ia menggunakan pengeras suaranya agar terdengar lebih jelas. Ayah menyuruh Chun pyo, Na Jung, Hae Tae dan Yoon Jin untuk ikut bergabung bersama mereka. Ikut bergabung untuk mendemo hak mereka sebagai tuan daerah. Yang sangat antusias dengan suruhan aksi demo mendemo tersebut hanya Na Jung, sedangkan Yoon Jin�ia lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam kamar tak ingin ikut bergabung dengan keramaian. Mau tak mau, dua orang pria yang lain�Hae Tae dan Chun Pyo�pun harus ikut berdemo hari itu.
�Kalian juga harus ikut, jadi nanti kalian bisa mengajarkan para warga desa bagaimana cara berdemo yang baik. Kadang warga hanya berkata seenaknya saja, tak tau tatakrama berdemo.� Ungkap Ayah. �Ya, Ayah.� Jawab Na Jung dengan bangga.
Demo yang diikuti oleh kebanyakan para orang-orang berumur itu diadakan di depan sebuah gedung. Semua orang menggunakan ikat kepala bertuliskan misi mereka, juga lengkap dengan banyak poster-poster yang ditulis dengan huruf-huruf besar. Yang aneh adalah.. Mereka melakukan demo, bukan dengan suara lantang atau emosi menggebu-gebu, tapi berdemo dengan sebuah tarian. Gyahahaa.. So udik, so unique. Pimpinan pendemo melakukan gerakan-gerakan aneh diikuti oleh para pendemo yang lain. Mereka menari dengan tidak beraturan.
Na Jung, Hae Tae dan Chun Pyo menahan dagu mereka agar tidak jatuh ke tanah. Shock. Mereka saling menatap satu sama lain. Saling memberikan telepati, kalau para pendemo ini harus diajarkan bagaimana cara orang-orang kota melakukan aksi demo yang se-sung-guh-nya. Na Jung, Chun Pyo dan Hae Tae berjalan dengan gagah, mereka akan memimpin demo.
Ketiganya sudah berdiri tegak di depan para pendemo yang lain. Namun.. tak lama� suara musik bergaung, diikuti oleh gerakan tarian yang dikomandoi langsung oleh Chun Pyo, Na jung dan Hae Tae. Gyahaha. Demo itu pun kembali berlangsung dengan tarian-tarian dari ketiga murid universita di Seoul.
Yoon Jin tak ikut bersama teman-temannya yang lain. Ia lebih memilih untuk membantu ibu di rumah. Selagi ibu mengangkat telepon, Yoon Jin menggantikan ibu�ia membersihkan dan mengambil daging kerang dari cangkangnya. Kelihaian Yoon Jin dalam mengerjakan pekerjaan itu membuat Ibu tersenyum. Ibu tak mengira kalau Yoon Jin akan menjadi sosok wanita serajin itu. Dari kejauhan Ibu terus menerus tersenyum, karena Yoon Jin membantunya tanpa disuruh.
�Kau sangat lihat dalam hal ini.� Ungkap Ibu. Yoon jin menceritakan dirinya, �Aku sering melakukan hal ini saat masih kecil. Ayahku bekerja di sebuah perusahaan dan Ibu memiliki pekerjaan sambilan memisahkan kulit kerang dan dagingnya. Walaupun ini pekerjaan sederhana, penghasilan yang di dapat cukup banyak. Kami bisa mendapatkan 50 dollar. Dan kadang kami menggunakan uang itu untuk membeli baju baru tanpa sepengetahuan Ayah.� Jawab Yoon jin. �Wah, kau benar-benar sangat lihai, lebih lihai daripada diriku.� Puji Ibu Cheon Pyo.
Di tempat lain, Bong Yi mendapat kabar kalau hari itu ia tidak diharuskan untuk menemui para petinggi pencarian atlet berbakat. Hal tersebut dibatalkan, Bong Yi malah senang bukan kepalang dengan berita dibatalkannya pertemuan itu. Pertemuan akan diadakan besok, alasan dibatalkannya pertemuan adalah karena hujan salju yang sangat lebat sehingga pesawat tidak bisa tinggal landas dengan baik. Dengan tersenyum manis, Bong Yi berpikir bahwa ini kesempatan baginya untuk menyusul Na Jung, Chun Pyo, Hae Tae dan Yoon Jin. Yang ada di pikirannya hanya agar dirinya bisa bersama dengan Na Jung. Modus. My keceBong penuh dengan modus, aih, suka deh~
Bersambung...